Tahukah Anda, Ada suatu doa yang selalu dibaca Rasullah pada pagi dan sore. Doa Rasulullah tersebut memohonan keselamatan di dunia dan akhirat.
Sebagaimana dilansir dari laman NU Onoline pada Senin (16/9), diriwayatkan oleh Abu Dawud, An-Nasai dan Ibnu Majjah dari Ibnu Umar ra, lafal doa Rasulullah itu yakni:
(Allâhumma innî as-aluka al-‘âfiyah fid dunyâ wal âkhirah, allâhumma innî as-asluka al-‘afwa wal âfiyah fî dînî wadunyâya wa ahlî wa mâlî, allâhumma-stur ‘aurâtî wa âmin rau‘âtî)
“Ya Allah, aku memohon keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga, dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut…” (Imam Nawawi, al-Adzkar, Semarang: Alawiyah, hal. 74).
Ada satu kata yang menarik untuk kita ketahui dalam doa Rasulullah tersebut, yakni (al-‘âfiyah). Kata ini cukup familier di tengah masyarakat. Di samping bersanding dengan kata ‘afwa (‘afwa wal ‘afiyah), kata itu juga biasa menjadi sambungan dari kata shihhah (shihhah wal ‘afiyah). Dalam bahasa Indonesia, shihhah wal ‘âfiyah diserap menjadi sehat walafiat, yang berarti sehat dan kuat; benar-benar sehat.
Kata ‘âfiyah bahasa Arab merupakan bentuk mashdar dari kata ‘âfâ yang berarti al-barra minal-asqâmi wal balâya, bebas dari penyakit dan musibah (lihat Mu’jam Al-Ma’ani al-Jami’). Lebih jauh, Imam Nawawi Al-Jawi dalam Nashâihul ‘Ibâd menjelaskan macam-macam ‘âfiyah yang terbagi dalam dua kelompok besar: ‘âfiyah di dunia dan ‘âfiyah di akhirat.
“Rasulullah bersabda: al-‘Afiyah mengandung 10 kebaikan. Lima kebaikan di dunia dan lima yang lain di akhirat. Lima kebaikan di dunia adalah (1) ilmu, (2) ibadah, (3) rezeki halal, (4) sabar atas penderitaan, dan (5) syukur. Sedangkan lima kebaikan di akhirat adalah (1) kedatangan malaikat maut dengan kasih sayang dan kelembutan, (2) tidak dikagetkan dengan malaikat munkar dan nakir di alam kubur, (3) aman dari segala ketakutan, (4) dihilangkan kejelekan dan diterima kebaikannya, (5) melewati shirat (jembatan) sebagaimana kilat untuk masuk surga dengan selamat.
Pertama, ilmu. Setiap manusia membutuhkan ilmu. Bahkan dalam hadits disebutkan “Barangsiapa menginginkan kebahagiaan dunia maka dengan ilmu, siapa menginginkan kebahagiaan akhirat maka dengan ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat juga dengan ilmu.”
Kedua, ibadah. Ibadah merupakan bentuk pengabdian makhluk terhadap Sang Khalik. Namun yang mesti diingat, seorang hamba tidak akan dapat khusyuk dan istiqamah beribadah kecuali atas pertolongan Allah. Lâhaula walâ quwwata illâ billâhil aliyyil ‘adhîm, tak ada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah. Oleh karenanya manusia harus selalu berdoa untuk mendapat karunia khusyuk dan istiqamah itu sehingga menjadi hamba yang diridhai Allah, selamat di dunia dan akhirat.
Ketiga, rezeki halal. Kata orang, “Hidup di zaman sekarang cari yang haram saja susah, apalagi yang halal!”. Tentu tidak demikian bagi orang-orang yang berpegang pada iman dan takwa. Hidup ini hanyalah sementara. Semua akan kembali kepada Allah sang pencipta. Seberapa pun banyak kekayaan yang dimiliki, semua akan dihisab berdasarkan cara memperoleh dan penggunaannya. Maka orang-orang beriman selalu memohon agar diberikan harta yang halal, bermanfaat, dan diridhai Allah.
Keempat, sabar; dan kelima, syukur. Sabar dan syukur menjadi kunci kebahagiaan manusia. Kesabaran akan berbuah keridhaan atas segala takdir Allah, baik yang disenangi ataupun tidak. Suasana hati menjadi tenang, khusyuk, dan sarat rasa terima kasih kepada Allah. (okz/ram)