26 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Dunia untuk Ladang Beramal

Jika kita keluar rumah, kita akan menyaksikan bahwa kebanyakan manusia -mungkin juga diri kita- memandang dunia sebagai tujuan hidupnya.
Belum yang kita saksikan di kota-kota baik di pinggiran jalan, di kendaraan; di bus-bus, kereta maupun lainnya. Kita akan menyaksikan bahwa yang terlintas di benaknya hanyalah “Bagaimana caranya agar bisa hidup enak di dunia ini “, tidak lebih dari itu. Seakan-akan tidak pernah terlintas di hati ini bahwa hidup di dunia ini hanya sementara dan bahwa Allah menjadikan dunia ini sebagai ladang untuk beramal. Kita akan melihat manusia bermegah-megahan dalam segala hal sampai tidak sempat lagi beramal. Allah berfirman:
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu-sampai kamu masuk ke dalam kubur. “ (QS. At. Takatsur: 1-2)

Ketika azan dikumandangkan mereka masih saja sibuk dengan pekerjaannya, tanpa mempedulikan seruan adzan. Padahal tentang dunia ini, Allah Ta’ala berfirman, “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan saling berbangga dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu “. (QS. Al Hadiid : 20)

Di ayat lain, Allah berfirman: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia itu, adalah seperti air yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanaman-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya dan berhias, dan permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan laksana tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang berfikir. “ (QS. Yunus : 24)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dunia dibanding akhirat, tidak lain seperti salah seorang di antara kamu menyelupkan jarinya ke dalam lautan (kemudian diangkat), lalu lihatlah yang menempel darinya?” (HR. Muslim)

Hikmah di balik musibah

Berbagai macam bencana, musibah, kecelakaan dan kematian yang kita lihat seharusnya membuat diri kita berhenti dari sikap ini “Mengerahkan fikiran dan tenaga hanya untuk meraih kenikmatan dunia “, karena pada bencana, musibah, kecelakaan dan kematian terdapat bukti nyata akan fananya dunia dan tidak pantasnya dijadikan sebagai tempat tujuan.

Cara pandang yang salah

Sebenarnya, tidak mengapa meraih kesenangan dunia, hanya saja yang menjadi masalah adalah ketika sibuk dengan dunia sampai lupa dengan akhirat. Shalat lima waktu dan ibadah-ibadah lainnya yang sesungguhnya manusia diciptakan untuk itu malah ditinggalkan dan tidak menggunakan kenikmatan yang ada untuk itu. Nampaknya, untuk orang yang seperti ini hanya maut saja yang dapat membuatnya menyadari kelalaiannya. Allah Ta’ala berfirman,
Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata (menyesali): “Wahai Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan aku sedikit waktu lagi, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”- Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan seseorang apabila telah datang waktunya. Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Munafiqun : 10-11) Akibatnya ia pun menyesal, karena terlena oleh dunia dan tidak sempat beramal. Sungguh sangat sedikit sekali orang yang memiliki pandangan “Dunia adalah ladang tempat beramal “ sebagai persiapan menuju negeri yang kekal, yaitu akhirat. Padahal inilah pandangan yang benar terhadap dunia yang seharusnya dimiliki oleh setiap insan. Oleh karena itu, ia pun menjadikan berbagai fasilitas yang ada sebagai sarana untuk memperbanyak amal shalih.

Dunia adalah jembatan menuju akhirat, di dunia ia bisa memperbanyak bekal, yaitu takwa. Dunia adalah tempat ibadah, tempat shalat, tempat puasa, tempat bersedekah, tempat berjihad dan tempat ia berlomba-lomba dengan saudaranya untuk menggapai kebaikan (surga).

Petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menjalani hidup di dunia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jadilah kamu di dunia seakan-akan sebagai orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HR. Bukhari) Yakni janganlah kamu cenderung kepada dunia, jangan kamu jadikan sebagai tempat tujuan, jangan sampai terlintas dalam dirimu bahwa kamu akan kekal di situ, jangan berlebihan terhadapnya, jangan sampai hatimu bergantung kepadanya, jangan sampai kamu disibukkan oleh selain tujuanmu yang sebenarnya di dunia ini (yaitu memperbanyak bekal).

Sumber Mimbar Jumat

Jika kita keluar rumah, kita akan menyaksikan bahwa kebanyakan manusia -mungkin juga diri kita- memandang dunia sebagai tujuan hidupnya.
Belum yang kita saksikan di kota-kota baik di pinggiran jalan, di kendaraan; di bus-bus, kereta maupun lainnya. Kita akan menyaksikan bahwa yang terlintas di benaknya hanyalah “Bagaimana caranya agar bisa hidup enak di dunia ini “, tidak lebih dari itu. Seakan-akan tidak pernah terlintas di hati ini bahwa hidup di dunia ini hanya sementara dan bahwa Allah menjadikan dunia ini sebagai ladang untuk beramal. Kita akan melihat manusia bermegah-megahan dalam segala hal sampai tidak sempat lagi beramal. Allah berfirman:
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu-sampai kamu masuk ke dalam kubur. “ (QS. At. Takatsur: 1-2)

Ketika azan dikumandangkan mereka masih saja sibuk dengan pekerjaannya, tanpa mempedulikan seruan adzan. Padahal tentang dunia ini, Allah Ta’ala berfirman, “Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan saling berbangga dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu “. (QS. Al Hadiid : 20)

Di ayat lain, Allah berfirman: “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia itu, adalah seperti air yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanaman-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya dan berhias, dan permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (memetik hasilnya), tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami pada waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan laksana tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang berfikir. “ (QS. Yunus : 24)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dunia dibanding akhirat, tidak lain seperti salah seorang di antara kamu menyelupkan jarinya ke dalam lautan (kemudian diangkat), lalu lihatlah yang menempel darinya?” (HR. Muslim)

Hikmah di balik musibah

Berbagai macam bencana, musibah, kecelakaan dan kematian yang kita lihat seharusnya membuat diri kita berhenti dari sikap ini “Mengerahkan fikiran dan tenaga hanya untuk meraih kenikmatan dunia “, karena pada bencana, musibah, kecelakaan dan kematian terdapat bukti nyata akan fananya dunia dan tidak pantasnya dijadikan sebagai tempat tujuan.

Cara pandang yang salah

Sebenarnya, tidak mengapa meraih kesenangan dunia, hanya saja yang menjadi masalah adalah ketika sibuk dengan dunia sampai lupa dengan akhirat. Shalat lima waktu dan ibadah-ibadah lainnya yang sesungguhnya manusia diciptakan untuk itu malah ditinggalkan dan tidak menggunakan kenikmatan yang ada untuk itu. Nampaknya, untuk orang yang seperti ini hanya maut saja yang dapat membuatnya menyadari kelalaiannya. Allah Ta’ala berfirman,
Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata (menyesali): “Wahai Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan aku sedikit waktu lagi, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”- Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan seseorang apabila telah datang waktunya. Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Munafiqun : 10-11) Akibatnya ia pun menyesal, karena terlena oleh dunia dan tidak sempat beramal. Sungguh sangat sedikit sekali orang yang memiliki pandangan “Dunia adalah ladang tempat beramal “ sebagai persiapan menuju negeri yang kekal, yaitu akhirat. Padahal inilah pandangan yang benar terhadap dunia yang seharusnya dimiliki oleh setiap insan. Oleh karena itu, ia pun menjadikan berbagai fasilitas yang ada sebagai sarana untuk memperbanyak amal shalih.

Dunia adalah jembatan menuju akhirat, di dunia ia bisa memperbanyak bekal, yaitu takwa. Dunia adalah tempat ibadah, tempat shalat, tempat puasa, tempat bersedekah, tempat berjihad dan tempat ia berlomba-lomba dengan saudaranya untuk menggapai kebaikan (surga).

Petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menjalani hidup di dunia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jadilah kamu di dunia seakan-akan sebagai orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HR. Bukhari) Yakni janganlah kamu cenderung kepada dunia, jangan kamu jadikan sebagai tempat tujuan, jangan sampai terlintas dalam dirimu bahwa kamu akan kekal di situ, jangan berlebihan terhadapnya, jangan sampai hatimu bergantung kepadanya, jangan sampai kamu disibukkan oleh selain tujuanmu yang sebenarnya di dunia ini (yaitu memperbanyak bekal).

Sumber Mimbar Jumat

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/