32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Kerabat SBY Penuhi Daftar Caleg Demokrat

JAKARTA- Daftar Caleg Sementara (DCS) DPR dari Partai Demokrat dipenuhi nama-nama orang yang terhitung keluarga Ketua Umum Partai Demokrat, yang juga Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. “Tak hanya nepotis, kroni-kroni dari Cikeas juga bejibun,” ungkap mantan Sekretaris Departemen Agama DPP Partai Demokrat, Ma’mun Murod Al-Barbasy, Selasa (30/4).

Tak hanya keluarga Cikeas, Ma’mun mencatat ada nama lain yang juga mempraktikkan politik berbasis keluarga. Dia menuturkan, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Jawa Tengah (Jateng), Sukawi Sutarip, menjadi penyumbang terbesar kedua praktik nepotisme dalam daftar DCS.
“Kenyataan adanya praktik nepotisme dan kronisme di tubuh Partai Demokrat ini tentu diyakini akan semakin menambah bopeng Partai Demokrat dalam menyongsong Pemilu 2014,” ujarnya.

Ma’mun menilai, proses rekrutmen DCS partai berlambang bintang mercy itu tidak berjalan sehat. Terlebih, petinggi Demokrat menyingkirkan loyalis Anas, termasuk dirinya dengan cara yang tidak fair.

“Partai Demokrat justru menampung keluarga koruptor Nazaruddin yang turut andil menurunkan elektabilitas partai dalam daftar caleg nomor urut 1 DPR RI di dua dapil yang berbeda,” katanya.

Hanya saja, partai pemenang Pemilu 2009 lalu itu membantah tudingan yang sempat dilontarkan oleh para loyalis Anas Urbaningrum.
“Enggak lah (politik dinasti). Biasa, itu hanya opini yang lagi berkembang. Opini yang lagi berkembang memang seperti itu,” kata Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok saat dihubungi di Jakarta, Selasa (30/4).

Mubarok mengaku tidak mengetahui dengan pasti, siapakah nama-nama yang dianggap sebagai keluarga SBY yang tertera dalam DCS. Dia hanya menegaskan bahwa keluarga SBY yang maju sebagai caleg hanya Sekretaris Jenderal (Sekjen) Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas).

“Saya enggak tahu persis siapa saja yang jadi caleg. Tapi yang pasti keluarga Pak SBY cuma satu, Sekjen (Ibas) itu kan yang nyaleg. Kalau keluarga jauh masa harus dihalangi. Masa misalnya keponakan mau maju sebagai caleg terus dihalangi. Kan enggak bisa,” tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Mubarok juga menerangkan bahwa seleksi untuk menjadi caleg dari partainya sangat ketat. Dia juga menegaskan bahwa tidak ada perlakuan khusus terhadap kerabat SBY saat mendaftarkan diri sebagai caleg.

“Kan ada standar nilai, rekrutmennya profesional, enggak mengutamakan kerabat atau keluarga Pak SBY,” terangnya.

Sementara, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Suaidi Marasabessy membantah ada tawar-menawar partainya dengan Muhammad Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Demokrat. Suaidi menegaskan, tuduhan nepotisme itu datang dari ‘barisan sakit hati’.

Tuduhan ‘nepotisme’ itu terlontar dari Carrel Ticuali, loyalis Anas Urbaningrum yang kini pindah ke Partai Hanura. Carrel yang juga membela Anas Urbaningrum di kasus korupsi Hambalang itu menyebut, nepotisme keluarga Nazaruddin merupakan hasil bargaining atau tawar menawar.
“Carrel itu semula bakal caleg Demokrat di cadangan nomor satu. Saya sudah suruh dia (Carrel) bersabar. Tapi, dia malah pindah ke partai lain,” tegas Suaidi.

Dia mengaku tak heran dan tak ambil pusing kalau kemudian Carrel menuding macam-macam mengenai Partai Demokrat. “Iya, dia ini semacam barisan sakit hati,” kata dia. (net/jpnn)

JAKARTA- Daftar Caleg Sementara (DCS) DPR dari Partai Demokrat dipenuhi nama-nama orang yang terhitung keluarga Ketua Umum Partai Demokrat, yang juga Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. “Tak hanya nepotis, kroni-kroni dari Cikeas juga bejibun,” ungkap mantan Sekretaris Departemen Agama DPP Partai Demokrat, Ma’mun Murod Al-Barbasy, Selasa (30/4).

Tak hanya keluarga Cikeas, Ma’mun mencatat ada nama lain yang juga mempraktikkan politik berbasis keluarga. Dia menuturkan, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Jawa Tengah (Jateng), Sukawi Sutarip, menjadi penyumbang terbesar kedua praktik nepotisme dalam daftar DCS.
“Kenyataan adanya praktik nepotisme dan kronisme di tubuh Partai Demokrat ini tentu diyakini akan semakin menambah bopeng Partai Demokrat dalam menyongsong Pemilu 2014,” ujarnya.

Ma’mun menilai, proses rekrutmen DCS partai berlambang bintang mercy itu tidak berjalan sehat. Terlebih, petinggi Demokrat menyingkirkan loyalis Anas, termasuk dirinya dengan cara yang tidak fair.

“Partai Demokrat justru menampung keluarga koruptor Nazaruddin yang turut andil menurunkan elektabilitas partai dalam daftar caleg nomor urut 1 DPR RI di dua dapil yang berbeda,” katanya.

Hanya saja, partai pemenang Pemilu 2009 lalu itu membantah tudingan yang sempat dilontarkan oleh para loyalis Anas Urbaningrum.
“Enggak lah (politik dinasti). Biasa, itu hanya opini yang lagi berkembang. Opini yang lagi berkembang memang seperti itu,” kata Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok saat dihubungi di Jakarta, Selasa (30/4).

Mubarok mengaku tidak mengetahui dengan pasti, siapakah nama-nama yang dianggap sebagai keluarga SBY yang tertera dalam DCS. Dia hanya menegaskan bahwa keluarga SBY yang maju sebagai caleg hanya Sekretaris Jenderal (Sekjen) Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas).

“Saya enggak tahu persis siapa saja yang jadi caleg. Tapi yang pasti keluarga Pak SBY cuma satu, Sekjen (Ibas) itu kan yang nyaleg. Kalau keluarga jauh masa harus dihalangi. Masa misalnya keponakan mau maju sebagai caleg terus dihalangi. Kan enggak bisa,” tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Mubarok juga menerangkan bahwa seleksi untuk menjadi caleg dari partainya sangat ketat. Dia juga menegaskan bahwa tidak ada perlakuan khusus terhadap kerabat SBY saat mendaftarkan diri sebagai caleg.

“Kan ada standar nilai, rekrutmennya profesional, enggak mengutamakan kerabat atau keluarga Pak SBY,” terangnya.

Sementara, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Suaidi Marasabessy membantah ada tawar-menawar partainya dengan Muhammad Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Demokrat. Suaidi menegaskan, tuduhan nepotisme itu datang dari ‘barisan sakit hati’.

Tuduhan ‘nepotisme’ itu terlontar dari Carrel Ticuali, loyalis Anas Urbaningrum yang kini pindah ke Partai Hanura. Carrel yang juga membela Anas Urbaningrum di kasus korupsi Hambalang itu menyebut, nepotisme keluarga Nazaruddin merupakan hasil bargaining atau tawar menawar.
“Carrel itu semula bakal caleg Demokrat di cadangan nomor satu. Saya sudah suruh dia (Carrel) bersabar. Tapi, dia malah pindah ke partai lain,” tegas Suaidi.

Dia mengaku tak heran dan tak ambil pusing kalau kemudian Carrel menuding macam-macam mengenai Partai Demokrat. “Iya, dia ini semacam barisan sakit hati,” kata dia. (net/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/