30 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Ketum PDS: Komitmen dengan RE Selesai

Sekjen: Kader PDS Tetap Setia Dukung RE

JAKARTA-Bergabungnya Partai Damai Sejahtera (PDS) ke PDI Perjuangan yang mengusung paket Effendi Simbolon-Djumiran Abdi, bukan berarti koalisi mereka sudah solid. Dukungan PDS masih di atas kertas, sementara para pengurus dan kadernya belum ikut bergerak untuk memenangkan pasangan Effendi-Djumiran.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDS, Sahat Sinaga, blak-blakan mengatakan bahwa para pengurus dan kader partainya di Sumut tetap setia mendukung RE Nainggolan, yang berpasangan dengan cagub dari Partai Demokrat, Amri Tambunan.
Pasalnya, menurut Sahat Sinaga, sejak lama para pengurus dan kader PDS di Sumut giat menggalang dukungan untuk pencalonan RE Nainggolan. Para pendukung RE Nainggolan yang sudah komit memberikan dukungan ke mantan Sekdaprov Sumut itu, tergabung dalam ‘Sahabat RE’.

“Penggalangan dukungan itu sudah lama dilakukan bersama sejumlah kader dari partai lain.

Komitmen sudah terbentuk, basis dukungan untuk RE juga sudah terbentuk,” ujar Sahat Sinaga kepada Sumut Pos di Jakarta, Jumat (30/11).

Dia pun mengutarakan keyakinannya bahwa para pengurus dan kader PDS di Sumut tetap loyal menjaga komitmen awal, yakni mendukung RE Nainggolan, bukan calon lain. “Orang PDS itu tak gampang ke lain hati,” cetus Sahat.
Meski demikian, dia mengatakan, dirinya tidak akan menghalangi-halangi jika pasangan Effendi-Djumiran berupaya menggaet dukungan dari para pengurus dan kader PDS di Sumut. Namun dia yakin, upaya itu tidak akan gampang. Sahat menyebut Effendi Simbolon sebagai orang baru yang tiba-tiba berusaha masuk ke internal PDS.

“Orang yang baru datang, perlu kerja keras untuk mencari simpati,” ujarnya.

Namun, apa yang diungkapkan oleh Sahat langsung dibantah Ketum PDS, Denny Tewu. Dia menjelaskan, dukungan ke RE sejak semula diberikan jika mantan Sekdaprov Sumut itu sebagai cagub. “Ketika Pak RE tak dapat tambahan agar bisa mendapat dukungan 15 persen, maka komitmen kami selesai. Karena PDS ingin mencalonkan cagub, bukan cawagub,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, kemarin.

Denny juga membantah soal tudingan Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PDS Sumut (sebelumnya tertulis Sekretaris DPW PDS Sumut, Sahat Simatupang, Red) yang menyebut dugaan adanya aliran dana Rp10 miliar yang masuk ke PDS, yang menyebabkan dukungan partai tersebut beralih dari RE Nainggolan ke Effendi-Djumiran Abdi. Bahkan, Denny tidak mengambil pusing soal kabar tersebut. “Itu gosip. Tak perlu ditanggapi. Namanya Pilkada, selalu ada dinamika, ada gosip-gosip,” sergah politisi asal Sulut itu.

Bintatar Mencak-mencak via Telepon

Beda dengan Denny yang bersikap santai, Bintatar Hutabarat yang merupakan adik ipar Effendi Simbolon malah mencak-mencak. Balon Gubsu yang sempat mencuat namanya akan maju lewat parpol PDIP itu, marah karena merasa dirinyalah yang dimaksud sebagai B.

“Saya sudah membaca beritanya. Saya tahu sayalah yang dimaksud sebagai B itu. Jangan gitulah. Kalau kalian pro kepada calon tertentu, jangan memojokkan calon lain,” katanya mengawali pembicaraan.
Saat Sumut Pos mengatakan, bahwa nama Bintatar tidak ada disebut-sebut dalam berita, Bintatar jadi emosi. “Jangan pura-pura bodohlah. Kalian pasti tahu siapa yang dimaksud dengan B. Saya menggunakan otak saya. Saya tahu. Jangan pura-pura bodoh,” cetusnya mencak-mencak.

Kembali, Sumut Pos menegaskan, bahwa nama berinisial B itu banyak, bukan hanya Bintatar. Pun, pegawai BUMN berinisial B bukan hanya dia. Tetapi mantan General Manager Pikitring SUAR PT PLN Wilayah Sumut, Aceh, dan Riau itu tetap marah-marah dan merasa bahwa inisial B itu adalah  dirinya. “Saya akan melaporkan hal ini. Akan saya laporkan,” katanya emosi.

Karena sama sekali tidak ada menyebut nama Bintatar dalam pemberitaan, Sumut Pos mempersilakan Bintatar melakukan apa yang diancamkannya.

Seperti diberitakan sebelumnya, awalnya PDS memberi dukungan RE Nainggolan, menjadi calon Gubsu. Dukungan itu disampaikan lewat sebuah deklarasi. Belakangan, dukungan mendadak beralih ke Effendi Simbolon. Pengakuan Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Sumut, Sahat Simatupang, pekan lalu, peralihan dukungan terjadi setelah adanya uang politik sebesar Rp10 miliar kepada PDS, yang diserahkan oleh cukong berinisial B.

Menurut Sahat, pihaknya akan mempelajari apakah uang politik itu memenuhi unsur gratifikasi (suap,). Sebab cukong itu ditengarai adalah pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Dari mana dia (B) memiliki uang sebesar itu. Karena pembayaran pertamanya sebesar Rp2,5 miliar memakai cek, memudahkan semua pihak menelusuri cek tersebut dikeluarkan oleh siapa dan dicairkan oleh siapa, di bank mana,” kata Sahat.

Namun, Sahat Simatupang tidak memberitahu nama sebenarnya cukong berinisial B yang dimaksudnya. “Cukup inisial saja ya, tidak etis memberitahukan nama sebenarnya. Ada sama kita,” kata Sahat.
Terkait dengan informasi itu, Ketua DPW PDS Sumut, Toga Sianturi, membantah. “Tidak ada. Semuanya sesuai dengan keputusan partai,” akunya, seperti dimuat di Sumut Pos edisi nomor 60, Jumat 30 November 2012.
“Kan sudah diputuskan dan ditandatangani DPP, kita bergabung dengan PDI P. Ya, mengusung pasangan (Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi, red) dari koalisi yang ada,” tambahnya.

Effendi dan PDIP Panen Kecaman

Terlepas dari itu, ada yang menarik dari pencalonan Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi oleh PDIP. Lazimnya, yang keluar dana adalah calon yang bersangkutan, namun untuk pasangan Effendi-Djumiran, pasangan ini pula yang disubsidi dana dari 33 Kab/Kota DPC PDIP Se-Sumut. Dari penggalangan dana itu, 500 juta terkumpul dan diserahkan kepada tim pemenangan sebagai dana perjuangan menuju Sumut 1 dan 2.

Informasi ini dilontarkan oleh Sekretaris DPC PDIP Kota Tebingtinggi, Parlindungan Rajagukguk pada acara temu kader PDIP di Jalan Batubara, Kota Tebingtinggi, Minggu sore (25/11) lalu, sekira pukul 16.30 WIB. “Sebagai bentuk kebersamaan, 33 Kab/Kota DPC PDIP Se-Sumut mengumpulkan dana secara patung-patungan untuk membantu perjuangan kemenangan pasangan Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi maju sebagai Cagub dan Cawagubsu 2013. Total yang telah disumbangkan kepada tim sebesar Rp 500 juta,” ujar Parlindungan yang juga sebagai Bendahara Tim Pemenangan Pasangan Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi untuk Kota Tebingtinggi.

Sementara, saat melacak data harta Effendi Simbolon, koran ini menemukan data bahwa harta anggota DPR dari dapil DKI Jakarta itu mencapai Rp4.304.542.278. Namun, itu bukan total harta terbaru, melainkan saat menjelang maju sebagi caleg DPR para pemilu 2004. Data harta pemilik nama lengkap Effendi Muara Sakti Simbolon itu diberitakan Viva.com pada Rabu, 8 Oktober 2008.

Di sana tercantum, tanah dan bangunan milik Effendi senilai Rp3,2 miliar. Dia juga punya empat mobil dan satu motor senilai Rp838 juta. Hanya saja, Viva.com tak menyebutkan sumber data tersebut.
Yang menarik, hingga kemarin kecaman terhadap PDIP dan Effendi Simbolon terus muncul dari publik. Hal ini setidaknya bisa dilihat dari komentar pembaca JPNN.com (grup Sumut Pos) terhadap berita-berita mengenai pencalonan Effendi sebagai cagub Sumut.

Terhadap berita berjudul Dari RE ke Effendi Simbolon, PDS Diduga Terima Rp10 M, yang terbit kemarin, seorang pembaca yang menyebut dirinya Cinta Sumatra, berkomentar, “Proses pencaguban Sumut di pdip sangat memalukan..terkesan main main dan sembrono..payah”.

Pada berita sebelumnya, seorang pembaca bernama Hery, pada 28 Nopvmber 2011, menulis komentar, “Sudah berapa tahun bang jd pejabat negara? Kok gak lapor kekayaan ke KPK. Bgm mau ngawasi org lain?”
Pada berita berjudul PDIP Usung Effendi Simbolon jadi Cagub Sumut tanggal 14 November 2012, ada komentar pembaca menulis, “Aneh ini partai. yg jelas2 ikut fit and proper test dan elektabilitasnya tinggi (Pak RE) kok malah gak dimajukan. Habislah kau PDIP”.

Pada tanggal yang sama, seorang pembaca yang menyebut dirinya Anti Effendi, berceloteh, “Bro Effendi ini kan sok pinter dan menghina kredibilitas bu ke dirut pertamina? ha..ha.haa sudahlah lae preman macam kau itu masuk pasar senen aj, perbaiki dulu sikapmu klo mau jd pemimpin!!! Payah PDIP cari calon lain yg bermutu donk”.

Sementara, pada berita JPNN berjudul Effendi Simbolon dapat Pasangan Pengurus Pramuka, tanggal 15 November 2012, pembaca yang menyebut dirinya Investigasi, cuap-cuap, “dengan mencalonkan Efendy Simbolon calon GUBSU dari PDIP, itu artinya PDIP menginginkan PDIP tinggal kenangan di SUMUT. goodbye PDIP.”

Pembaca lain, Ryo, menulis keomentar,”Gk ada otak tu effendy simbolon..tidak menghargai yg telah diperjuangkan RE selama ni di SUMUT”.
Meski mayoritas mengecam, namun ada juga yang memberikan dukungan. Seperti Faisal, yang komentar,” PDIP pilih Efendy sangat cerdas! RE sejak lama orang golkar. PDIP konsisten membangun partai. bukan perkara menang atau kalah lae ! butuh ujian.” (sam/awi/smg)

Sekjen: Kader PDS Tetap Setia Dukung RE

JAKARTA-Bergabungnya Partai Damai Sejahtera (PDS) ke PDI Perjuangan yang mengusung paket Effendi Simbolon-Djumiran Abdi, bukan berarti koalisi mereka sudah solid. Dukungan PDS masih di atas kertas, sementara para pengurus dan kadernya belum ikut bergerak untuk memenangkan pasangan Effendi-Djumiran.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDS, Sahat Sinaga, blak-blakan mengatakan bahwa para pengurus dan kader partainya di Sumut tetap setia mendukung RE Nainggolan, yang berpasangan dengan cagub dari Partai Demokrat, Amri Tambunan.
Pasalnya, menurut Sahat Sinaga, sejak lama para pengurus dan kader PDS di Sumut giat menggalang dukungan untuk pencalonan RE Nainggolan. Para pendukung RE Nainggolan yang sudah komit memberikan dukungan ke mantan Sekdaprov Sumut itu, tergabung dalam ‘Sahabat RE’.

“Penggalangan dukungan itu sudah lama dilakukan bersama sejumlah kader dari partai lain.

Komitmen sudah terbentuk, basis dukungan untuk RE juga sudah terbentuk,” ujar Sahat Sinaga kepada Sumut Pos di Jakarta, Jumat (30/11).

Dia pun mengutarakan keyakinannya bahwa para pengurus dan kader PDS di Sumut tetap loyal menjaga komitmen awal, yakni mendukung RE Nainggolan, bukan calon lain. “Orang PDS itu tak gampang ke lain hati,” cetus Sahat.
Meski demikian, dia mengatakan, dirinya tidak akan menghalangi-halangi jika pasangan Effendi-Djumiran berupaya menggaet dukungan dari para pengurus dan kader PDS di Sumut. Namun dia yakin, upaya itu tidak akan gampang. Sahat menyebut Effendi Simbolon sebagai orang baru yang tiba-tiba berusaha masuk ke internal PDS.

“Orang yang baru datang, perlu kerja keras untuk mencari simpati,” ujarnya.

Namun, apa yang diungkapkan oleh Sahat langsung dibantah Ketum PDS, Denny Tewu. Dia menjelaskan, dukungan ke RE sejak semula diberikan jika mantan Sekdaprov Sumut itu sebagai cagub. “Ketika Pak RE tak dapat tambahan agar bisa mendapat dukungan 15 persen, maka komitmen kami selesai. Karena PDS ingin mencalonkan cagub, bukan cawagub,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, kemarin.

Denny juga membantah soal tudingan Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PDS Sumut (sebelumnya tertulis Sekretaris DPW PDS Sumut, Sahat Simatupang, Red) yang menyebut dugaan adanya aliran dana Rp10 miliar yang masuk ke PDS, yang menyebabkan dukungan partai tersebut beralih dari RE Nainggolan ke Effendi-Djumiran Abdi. Bahkan, Denny tidak mengambil pusing soal kabar tersebut. “Itu gosip. Tak perlu ditanggapi. Namanya Pilkada, selalu ada dinamika, ada gosip-gosip,” sergah politisi asal Sulut itu.

Bintatar Mencak-mencak via Telepon

Beda dengan Denny yang bersikap santai, Bintatar Hutabarat yang merupakan adik ipar Effendi Simbolon malah mencak-mencak. Balon Gubsu yang sempat mencuat namanya akan maju lewat parpol PDIP itu, marah karena merasa dirinyalah yang dimaksud sebagai B.

“Saya sudah membaca beritanya. Saya tahu sayalah yang dimaksud sebagai B itu. Jangan gitulah. Kalau kalian pro kepada calon tertentu, jangan memojokkan calon lain,” katanya mengawali pembicaraan.
Saat Sumut Pos mengatakan, bahwa nama Bintatar tidak ada disebut-sebut dalam berita, Bintatar jadi emosi. “Jangan pura-pura bodohlah. Kalian pasti tahu siapa yang dimaksud dengan B. Saya menggunakan otak saya. Saya tahu. Jangan pura-pura bodoh,” cetusnya mencak-mencak.

Kembali, Sumut Pos menegaskan, bahwa nama berinisial B itu banyak, bukan hanya Bintatar. Pun, pegawai BUMN berinisial B bukan hanya dia. Tetapi mantan General Manager Pikitring SUAR PT PLN Wilayah Sumut, Aceh, dan Riau itu tetap marah-marah dan merasa bahwa inisial B itu adalah  dirinya. “Saya akan melaporkan hal ini. Akan saya laporkan,” katanya emosi.

Karena sama sekali tidak ada menyebut nama Bintatar dalam pemberitaan, Sumut Pos mempersilakan Bintatar melakukan apa yang diancamkannya.

Seperti diberitakan sebelumnya, awalnya PDS memberi dukungan RE Nainggolan, menjadi calon Gubsu. Dukungan itu disampaikan lewat sebuah deklarasi. Belakangan, dukungan mendadak beralih ke Effendi Simbolon. Pengakuan Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Sumut, Sahat Simatupang, pekan lalu, peralihan dukungan terjadi setelah adanya uang politik sebesar Rp10 miliar kepada PDS, yang diserahkan oleh cukong berinisial B.

Menurut Sahat, pihaknya akan mempelajari apakah uang politik itu memenuhi unsur gratifikasi (suap,). Sebab cukong itu ditengarai adalah pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Dari mana dia (B) memiliki uang sebesar itu. Karena pembayaran pertamanya sebesar Rp2,5 miliar memakai cek, memudahkan semua pihak menelusuri cek tersebut dikeluarkan oleh siapa dan dicairkan oleh siapa, di bank mana,” kata Sahat.

Namun, Sahat Simatupang tidak memberitahu nama sebenarnya cukong berinisial B yang dimaksudnya. “Cukup inisial saja ya, tidak etis memberitahukan nama sebenarnya. Ada sama kita,” kata Sahat.
Terkait dengan informasi itu, Ketua DPW PDS Sumut, Toga Sianturi, membantah. “Tidak ada. Semuanya sesuai dengan keputusan partai,” akunya, seperti dimuat di Sumut Pos edisi nomor 60, Jumat 30 November 2012.
“Kan sudah diputuskan dan ditandatangani DPP, kita bergabung dengan PDI P. Ya, mengusung pasangan (Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi, red) dari koalisi yang ada,” tambahnya.

Effendi dan PDIP Panen Kecaman

Terlepas dari itu, ada yang menarik dari pencalonan Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi oleh PDIP. Lazimnya, yang keluar dana adalah calon yang bersangkutan, namun untuk pasangan Effendi-Djumiran, pasangan ini pula yang disubsidi dana dari 33 Kab/Kota DPC PDIP Se-Sumut. Dari penggalangan dana itu, 500 juta terkumpul dan diserahkan kepada tim pemenangan sebagai dana perjuangan menuju Sumut 1 dan 2.

Informasi ini dilontarkan oleh Sekretaris DPC PDIP Kota Tebingtinggi, Parlindungan Rajagukguk pada acara temu kader PDIP di Jalan Batubara, Kota Tebingtinggi, Minggu sore (25/11) lalu, sekira pukul 16.30 WIB. “Sebagai bentuk kebersamaan, 33 Kab/Kota DPC PDIP Se-Sumut mengumpulkan dana secara patung-patungan untuk membantu perjuangan kemenangan pasangan Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi maju sebagai Cagub dan Cawagubsu 2013. Total yang telah disumbangkan kepada tim sebesar Rp 500 juta,” ujar Parlindungan yang juga sebagai Bendahara Tim Pemenangan Pasangan Effendi Simbolon dan Djumiran Abdi untuk Kota Tebingtinggi.

Sementara, saat melacak data harta Effendi Simbolon, koran ini menemukan data bahwa harta anggota DPR dari dapil DKI Jakarta itu mencapai Rp4.304.542.278. Namun, itu bukan total harta terbaru, melainkan saat menjelang maju sebagi caleg DPR para pemilu 2004. Data harta pemilik nama lengkap Effendi Muara Sakti Simbolon itu diberitakan Viva.com pada Rabu, 8 Oktober 2008.

Di sana tercantum, tanah dan bangunan milik Effendi senilai Rp3,2 miliar. Dia juga punya empat mobil dan satu motor senilai Rp838 juta. Hanya saja, Viva.com tak menyebutkan sumber data tersebut.
Yang menarik, hingga kemarin kecaman terhadap PDIP dan Effendi Simbolon terus muncul dari publik. Hal ini setidaknya bisa dilihat dari komentar pembaca JPNN.com (grup Sumut Pos) terhadap berita-berita mengenai pencalonan Effendi sebagai cagub Sumut.

Terhadap berita berjudul Dari RE ke Effendi Simbolon, PDS Diduga Terima Rp10 M, yang terbit kemarin, seorang pembaca yang menyebut dirinya Cinta Sumatra, berkomentar, “Proses pencaguban Sumut di pdip sangat memalukan..terkesan main main dan sembrono..payah”.

Pada berita sebelumnya, seorang pembaca bernama Hery, pada 28 Nopvmber 2011, menulis komentar, “Sudah berapa tahun bang jd pejabat negara? Kok gak lapor kekayaan ke KPK. Bgm mau ngawasi org lain?”
Pada berita berjudul PDIP Usung Effendi Simbolon jadi Cagub Sumut tanggal 14 November 2012, ada komentar pembaca menulis, “Aneh ini partai. yg jelas2 ikut fit and proper test dan elektabilitasnya tinggi (Pak RE) kok malah gak dimajukan. Habislah kau PDIP”.

Pada tanggal yang sama, seorang pembaca yang menyebut dirinya Anti Effendi, berceloteh, “Bro Effendi ini kan sok pinter dan menghina kredibilitas bu ke dirut pertamina? ha..ha.haa sudahlah lae preman macam kau itu masuk pasar senen aj, perbaiki dulu sikapmu klo mau jd pemimpin!!! Payah PDIP cari calon lain yg bermutu donk”.

Sementara, pada berita JPNN berjudul Effendi Simbolon dapat Pasangan Pengurus Pramuka, tanggal 15 November 2012, pembaca yang menyebut dirinya Investigasi, cuap-cuap, “dengan mencalonkan Efendy Simbolon calon GUBSU dari PDIP, itu artinya PDIP menginginkan PDIP tinggal kenangan di SUMUT. goodbye PDIP.”

Pembaca lain, Ryo, menulis keomentar,”Gk ada otak tu effendy simbolon..tidak menghargai yg telah diperjuangkan RE selama ni di SUMUT”.
Meski mayoritas mengecam, namun ada juga yang memberikan dukungan. Seperti Faisal, yang komentar,” PDIP pilih Efendy sangat cerdas! RE sejak lama orang golkar. PDIP konsisten membangun partai. bukan perkara menang atau kalah lae ! butuh ujian.” (sam/awi/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/