Buyung Sidi Rajo, Korban Selamat dari Tragedi Bus PO Yanti
Gusti Ayu, Payakumbuh
Buyung Sidi Rajo tak pernah menduga, Selasa (1/5) pukul 03.30 WIB akan menjadi hari terakhir kebersamaannya dengan istrinya, Rosida. Kebakaran bus PO Yanti Dumai–Solok di kelok 9 Kabupaten Limapuluh Kota, telah merenggut nyawa istrinya.
Dengan mata kepalanya sendiri, ia menyaksikan istrinya meregang nyawa saat kobaran api membakar tubuh istrinya. Ia tak berdaya untuk dapat menyelamatkan Rosida. Karena tubuhnyapun sudah mengalami luka bakar yang cukup parah. Dengan airmata yang berlinang, ia hanya dapat memandangi tubuh istrinya terbakar. Walau dalam lubuk hatinya, ia ingin sekali menolong sang istri yang berjuang melawan kobaran api.
Buyung hanya terduduk lesu di salah satu tempat tidur di ruangan bangsal rumah sakit Adnaan Payakumbuh. Sesekali terlihat ia meringis menahan sakit. Sebab dipungungnya dipenuhi luka bakar. Tak hanya itu, kedua tangannya juga di penuhi luka bakar. Namun luka bakar itu hanya mengenai dari siku sampai pangkal lengannya saja. Matanya memandang ke setiap orang yang masuk ke ruangannya, tatapannya nanar melihat pengunjung yang datang satu persatu ke ruang tempat dia dirawat.
Pada Padang Ekspres (grup Sumut Pos) ia bercerita, kejadian kebakaran PO Yanti yang terbakar itu hanya berlangsung singkat. Hanya dalam rentan waktu 5 menit kobaran api sudah menghanguskan seluruh badan bus. Sejak berangkat dari Duri sampai Kelok 9, tak sekalipun ada kerusakan pada kendaraan itu. Bahkan saat bus berhenti di rumah makan, juga tidak pernah ada kerusakan mesin kendaraan. Para penumpang memanfaatkan untuk mengisi perut yang lapar. Kala itu, ia bersama istrinya juga makan bersama di rumah makan tepi jalan tersebut.
Setelah 30 menit kendaraan melaju, para penumpang mengeluhkan aroma kabel yang terbakar. Tak lama kemudian terlihat percikan api di bagian depan kendaraan. Para penumpang di dalam bus itupun panik. Sopir dan kernek PO Yanti terlihat keluar dari kendaraan. Sementara para penumpang masih terkunci di dalam.
Api semakin membesar. Para penumpang di bagian depan, masih dapat menyelamatkan diri melewati pintu depan. Namun karena api cepat menjalar, para penumpang pada bagian tengah tak bisa keluar dari bus. Penumpang bagian tengah dan belakang terperangkap dalam kendaraan. Pintu bagian belakang bus tak bisa terbuka karena diikat. Tumpukan barang-barang memenuhi depan pintu keluar. Tak hanya itu, ban kendaraan juga ada di pintu bagian belakang. Api semakin besar berkobar. Para penumpang pun akhirnya panik. Buyung yang duduk di bagian tengah juga panik, di samping tempat duduknya sang istri juga terlihat cemas.
“Saya panik pintu tak bisa terbuka. Karena diikat. Saya tak tahu kenapa pintu belakang diikat seperti itu. Lalu saya menendang kaca pintu dengan kaki saya, lalu diikuti oleh penumpang lainnya. Tenaga saya tak cukup kuat untuk melakukan itu seorang diri. Asap yang menghitam membuat saya sesak napas. Seorang anak muda mempersilahkan saya untuk keluar melalui jendela bus. Sambil merangkak saya berhasil keluar,” aku Buyung.
Sayang, usahanya untuk menolong sang istri tak tercapai. “Saya sudah berusaha menolong istri , namun ia tak punya tenaga untuk merangkak seperti saya. Anak muda itu berhasil keluar bus. Sedangkan istri saya tidak. Dari bawah bus, saya melihat istri saya terbakar hidup-hidup,” ujar pria yang berumur 63 tahun ini.
Ia kembali melanjutkan ceritanya, jarak rumah masyarakat dengan lokasi kebakaran bus cukup jauh, sehingga korban yang selamat tidak cepat mendapatkan pertolongan. Ia juga mengaku tak tahu pasti, berapa orang yang selamat atau yang meninggal dalam kebakaran itu. Ia hanya melihat banyak penumpang yang terjebak dalam bus yang tak bisa menyelamatkan diri.
“Kejadian itu terjadi setelah kami melewatkan makan malam bersama. Saya tak menduga jika hari itu akan jadi hari terakhir saya bersama istri,” ucapnya.
Pria berkulit hitam manis ini mengatakan, ia kerap mengunakan Bus Yanti saat pulang dari Duri ke Solok. Namun biasanya, ia hanya mengunakan PO Yanti dengan ukuran kecil. “Saya tak tahu, kenapa pada saat itu, saya ingin sekali naik kendaraan dengan bus besar. Rupanya peristiwa ini terjadi. Sekarang saya hanya bisa pasrah, mungkin memang ini surah suratan dari Yang Maha Kuasa,” ujarnya.
Penumpang yang selamat lainnya Fikri (27) juga mengaku selamat karena ia membobol kaca jendela dengan kakinya. Ia mengatakan awalnya ia panik untuk menyelamatkan diri, namun saat ia melihat Buyung Sidi Rajo menghantamkan kakinya ke kaca jendela, ia pun melakukan hal yang sama. Ia mendahulukan Buyung Sidi Rajo keluar dari bus karena ia melihat kondisi Buyung Sidi Rajo sudah kewalahan bertahan. “ Saya tak tega saja melihat Pak Buyung kesulitan bernapas. Alhamdulillah saya masih bisa selamat,” ujarnya. (*)