JAKARTA- Awal Ramadan beda, tetapi lebaran kompak. Begitulah perkiraan fenomena penetapan 1 Ramadan dan 1 Syawal tahun ini (1435 H). Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah sudah mengeluarkan maklumat bahwa 1 Ramadan jatuh pada 28 Juni. Sedangkan pemerintah hampir pasti menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 29 Juni.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, bakal adaperbedaan penetapan awal puasa atau 1 Ramadan. “Bakal ada perbedaan antara kelompok yang menggunakan hisab (Muhammadiyah, red), dengan kelompok yang menggunakan rukyatul hilal (pemerintah dan NU, red),” katanya.
Thomas mengatakan Kementerian Agama (Kemenag) bakal menggelar sidang isbat penetapan 1 Ramadan 1435 H pada 27 Juni nanti. Pada saat itu, hampir bisa dipastikan bulan sudah di atas ufuk. Sehingga kelompok yang menggunakan sistem hisab, sudah bisa memastikan bahwa pada 28 Juni sudah masuk Ramadan. Sebab penganut hisab menggunakan sistem, pokoknya bulan sudah di atas ufuk.
Tetapi bagi penganut sistem rukyat (mengamati bulan langsung), 28 Juni masih belum masuk 1 Ramadan alias masih bulan sya”ban. Alasannya ketika dipantau pada 27 Juni nanti, di beberapa wilayah seperti di Jogjakarta bulan hanya berada di 0,3 derajat di atas ufuk saat matahari terbenam. “Sehingga mustahil bulan bisa dilihat melalui metode rukyat,” jelas Thomas.
Dengan demikian pemerintah dan NU serta ormas lain yang menganut sistem rukyat, bakal menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 29 Juni.
Sementara itu untuk pemantauan kondisi bulan untuk penetapan lebaran atau 1 Syawal, kemungkinan dilakukan pemerintah pada 27 Juli. Saat pemantauan itu dilaksanakan, posisi bulan berada 3 derajat di atas ufuk. Sehingga memungkinkan dilakukan pengamatan langsung dengan mata telanjang alias rukyat. Sehingga pemerintah, NU, dan Muhammadiyah serta ormas-ormas lainnya, bakal berlebaran bareng pada 28 Juli.
“Lebih pastinya kita tunggu sidang isbat oleh Kemenag nanti,” tandas Thomas. Menurutnya kedua kelompok yang menggunakan metode berbeda itu (hisab dan rukyat), sama-sama mengaku memiliki landasan masing-masing.
Hingga tadi malam posisi Dirjen Bimas Islam Kemenag masih kosong. Posisi dirjen sebelumnya yang dijabat oleh Abdul Jamil kosong, karena dia duduk sebagai Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) menggantikan Anggito Abimanyu yang mengundurkan diri. Ketika masih menjabat sebagai dirjen bimas Islam, Abdul Jamil mengatakan sikap resmi pemerintah terkait penetapan 1 Ramadan dan 1 Syawal harus menunggu sidang isbat. (wan/jpnn/tom)