29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Desak Investigasi Tragedi Hercules

ANDRI GINTING/SUMUT POS-- Evakuasi bangkai pesawat Hercules milik TNI AU yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Rabu (1/7).
ANDRI GINTING/SUMUT POS– Evakuasi bangkai pesawat Hercules milik TNI AU yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Rabu (1/7).

SUMUTPOS.CO-  WAKIL Ketua Komisi Pertahanan DPR Hanafi Rais meminta TNI segera menginvestigasi kecelakaan pesawat Hercules C-130 yang menewaskan 12 kru dan 113 warga sipil di Medan, Selasa (30/9).

“Kami harap investigasi dari internal TNI bisa cepat dilakukan maka apabila ada tindakan bisa segera dilakukan,” katanya di Jakarta, kemarin.

Dia mengatakan apabila benar ada ketidaksesuaian prosedur terkait alutsista maka Komisi I DPR RI menyakini TNI memiliki mekanisme internal untuk menginvestigasi dan mengusut pihak yang terlibat.

Hanafi menjelaskan penggunaan alutsista baik pesawat dan kapal seharusnya untuk prajurit dan itu harus ditaati peruntukannnya.

“Apabila ada masyarakat sipil di sana, saya memahami bahwa pemerintah perlu perhatian lebih,” katanya.

Dia menjelaskan Hercules adalah pesawat angkut artinya untuk droping barang dan perpindahan pasukan, dan apabila ada tujuan khusus sipil ikut dalam pesawat itu maka itu ada pengecualian.

“Tapi di luar itu tidak diperkenankan membuat atau memakai alutsista untuk transportasi pribadi atau sipil,” kata Hanafi.

Dia menegaskan Komisi I DPR berwenang mengawasi proses investigasi itu agar berjalan transparan, selain akan berkomunikasi intetensif dengan Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan Udara agar investigasi tidak salah sangka di publik.

Anggota Komisi dari Fraksi PDI Perjuangan, Tubagus Hasanudin, mengungkapkan penumpang nonmiliter ditagih tiket seharga Rp900 ribu per orang untuk menaiki pesawat Hercules C-130, yang jatuh di Medan.

“Saya dapat informasi katanya ada yang bayar sampai hampir Rp 900 ribu. Kalau pakai pesawat sipil saja, itu tidak sampai Rp 600 ribu, jadi kenapa harus membayar mahal?” kata Hasanudin di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu (1/7).

Menurut Hasanudin, pesawat Hercules memang berfungsi sebagai pesawat angkut bukan pesawat tempur. Biasanya, Hercules digunakan untuk mengangkut bantuan logistik, bantuan pasukan, dan alat tempur, serta kepentingan militer lainnya.

Dia tidak menampik pesawat ini kerap dipakai anggota TNI dan keluarga untuk penerbangan antarwilayah. “Dalam prosedurnya dibenarkan saat melakukan pergeseran ada keluarga prajurit yang ikut, sebatas itu keluarganya atau pejabat pemerintah daerah,” kata Hasanudin.

Meski begitu, pengangkutan penumpang sipil harus dilakukan seizin Komandan Lapangan Udara. “Jadi, apakah 110 orang penumpang yang ikut Hercules sudah seizin komandan pangkalan?” kata Hasanudin. “Kalau tidak, itu sebuah pelanggaran.”
Komandan Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Khairil Lubis menjelaskan, pesawat Hercules C-130 yang jatuh di Medan sebenarnya hanya bisa ditumpangi keluarga besar TNI Angkatan Udara. Namun ada beberapa warga sipil serta mahasiswa asal Ranai, Natuna, turut menumpang.

“Pangkalan TNI AU memberikan kemudahan bagi warga sipil dan mahasiswa yang akan pulang kampung dalam rangka kegiatan kuliah kerja nyata atau liburan saat Lebaran,” kata Khairil, Rabu (1/7).

Khairil berujar, warga sipil menumpang Hercules lantaran ada surat rekomendasi dari anggota TNI yang mereka kenal atau dari paguyuban setempat.

Sebanyak 47 jenazah korban pesawat Hercules C-130 yang berangkat dari Pekanbaru, Riau, bakal dievakuasi ke kampung halaman masing-masing setelah melakukan diskusi bersama keluarga korban.

Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin menunggu kedatangan korban asal Pekanbaru sebanyak 18 jenazah. Sedangkan untuk 19 jenazah lain langsung dievakuasi ke Ranai, Natuna, Kepulauan Riau.

Tiga jenazah lagi dievakuasi ke Tanjung Pinang, Kepulauan Riau; 4 jenazah ke Pangkalan Udara Adisucipto, Yogyakarta; 1 jenazah ke Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun; 1 jenazah ke Padang; dan 1 jenazah lagi ke Biak.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyebutkan bahwa pesawat Hercules sejak dulu memang biasa ditumpangi warga sipil yang membayarkan sejumlah uang.

“Dari dulu juga ada yang ikut,” ujar Ryamizard di Lapangan Mako Kor Brimob Polri, Jalan Akses UI, Kelapa Dua, Cimanggis, Depok, Rabu (1/7).

Menurut dia, warga memang diperbolehkan untuk menumpangi pesawat milik TNI Angkatan Udara itu sebagai bukti kedekatan tentara dengan rakyat.

“Kalau mau ikut boleh saja. Dari dulu begitu. Tidak apa-apa. Dengan rakyat harus sama-sama. Naik-naik tank itu tidak apa-apa,” ujar dia.

Meski demikian, Ryamizard menolak jika ikutnya warga sipil dalam penerbangan pesawat militer disebut-sebut sebagai salah satu cara TNI mengambil keuntungan.

Ryamizard juga menjelaskan dalam media sosial Twitter, kalau pesawat Hercules jenis C-130 merupakan pesawat pengangkut udara untuk pasukan militer dan sipil yang paling banyak dipakai di dunia.

Pesawat ini terbang dengan empat mesin turbo pop dan umumnya dioperasikan oleh empat hingga enam awak. Hercules C 130 umumnya berpartisipasi dalam militer, sipil dan bantuan kemanusiaan.

Keterangan serupa disampaikan Sahala Sihotang. Bapak dari dua orang kakak beradik Ruly dan Reni, yang menjadi penumpang Hercules C-130 naas asal Pekanbaru, mengatakan keberangkatan anaknya tidak membayar tiket sepeserpun. “Kedua anak saya didaftarkan abangnya Lettu Penerbang Andi Paulus Sihotang melalui temannya yang bekerja di Lanud Pekanbaru,” kata Sahala di Pekanbaru, Rabu (1/7).

Menurut Sahala, sesuai prosedur untuk menggunakan layanan penerbangan Hercules milik Tentara Nasional Indonesia, keluarga yang memiliki saudara bertugas di TNI boleh menggunakan fasilitas Hercules. Dengan syarat yang mendaftarkan harus yang bersangkutan. “Harus ada rekomendasi dari keluarganya yang juga bertugas sebagai militer di situ maka akan bisa mendapatkan fasilitas terbang gratis,” ujarnya.

Hal inilah yang sering dilakukan mereka, terang Sahala, terhadap keluarganya sejak anak mereka Andi bertugas di Penerbangan. “Jadi bukan kali ini saja kami naik Hercules, anak saya Ruly sudah dua kali, walau adiknya Reni baru kali ini. Saya dan istri juga sudah sering,” paparnya.

Diakuinya selama ini mereka saat menggunakan Hercules nyaman-nyaman saja, tidak ada kendala, selain tidak perlu merogoh saku untuk membayar tiket. Karena cukup didaftarkan saja sebagai manivestasi oleh keluarga yang bertugas di Lanud maka kemanapun tujuan arah penerbangan bisa dilayani. “Tidak pakai tiket cukup didaftar sebagai manifes tidak bayar sedikitpun,” katanya.

Berbicara kejadian kecelakaan ini, sang bapak yang terlihat tegar ini mengakui sang abang korban Andi mengatakan penyesalannya telah merekomendasikan adiknya menggunakan pesawat Hercules. Ia bahkan terpukul, karena gara-gara dia mereka harus kehilangan dua orang saudara sekaligus pada kecelakaan pesawat Hercules C-130 di Jalan Jamin Ginting Medan Selasa pukul 11.50 WIB. “Pak gara-gara saya kedua adik harus meninggal,” ujar Sahala menirukan ucapan anaknya.

Kedua bersaudara Ruly Sihotang (24) dan Reni Sihotang (17) th, yang beralamat di Jalan Gabus, RT03 RW07 Labuh Baru Barat, Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru, menumpang pesawat Hercules C-130 dari Bandara Sultan Syarif Kasim II dengan tujuan Pontianak untuk berlibur ke tempat abang kandungnya yang bertugas di Lanud Pontianak. (*)

ANDRI GINTING/SUMUT POS-- Evakuasi bangkai pesawat Hercules milik TNI AU yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Rabu (1/7).
ANDRI GINTING/SUMUT POS– Evakuasi bangkai pesawat Hercules milik TNI AU yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Rabu (1/7).

SUMUTPOS.CO-  WAKIL Ketua Komisi Pertahanan DPR Hanafi Rais meminta TNI segera menginvestigasi kecelakaan pesawat Hercules C-130 yang menewaskan 12 kru dan 113 warga sipil di Medan, Selasa (30/9).

“Kami harap investigasi dari internal TNI bisa cepat dilakukan maka apabila ada tindakan bisa segera dilakukan,” katanya di Jakarta, kemarin.

Dia mengatakan apabila benar ada ketidaksesuaian prosedur terkait alutsista maka Komisi I DPR RI menyakini TNI memiliki mekanisme internal untuk menginvestigasi dan mengusut pihak yang terlibat.

Hanafi menjelaskan penggunaan alutsista baik pesawat dan kapal seharusnya untuk prajurit dan itu harus ditaati peruntukannnya.

“Apabila ada masyarakat sipil di sana, saya memahami bahwa pemerintah perlu perhatian lebih,” katanya.

Dia menjelaskan Hercules adalah pesawat angkut artinya untuk droping barang dan perpindahan pasukan, dan apabila ada tujuan khusus sipil ikut dalam pesawat itu maka itu ada pengecualian.

“Tapi di luar itu tidak diperkenankan membuat atau memakai alutsista untuk transportasi pribadi atau sipil,” kata Hanafi.

Dia menegaskan Komisi I DPR berwenang mengawasi proses investigasi itu agar berjalan transparan, selain akan berkomunikasi intetensif dengan Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan Udara agar investigasi tidak salah sangka di publik.

Anggota Komisi dari Fraksi PDI Perjuangan, Tubagus Hasanudin, mengungkapkan penumpang nonmiliter ditagih tiket seharga Rp900 ribu per orang untuk menaiki pesawat Hercules C-130, yang jatuh di Medan.

“Saya dapat informasi katanya ada yang bayar sampai hampir Rp 900 ribu. Kalau pakai pesawat sipil saja, itu tidak sampai Rp 600 ribu, jadi kenapa harus membayar mahal?” kata Hasanudin di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu (1/7).

Menurut Hasanudin, pesawat Hercules memang berfungsi sebagai pesawat angkut bukan pesawat tempur. Biasanya, Hercules digunakan untuk mengangkut bantuan logistik, bantuan pasukan, dan alat tempur, serta kepentingan militer lainnya.

Dia tidak menampik pesawat ini kerap dipakai anggota TNI dan keluarga untuk penerbangan antarwilayah. “Dalam prosedurnya dibenarkan saat melakukan pergeseran ada keluarga prajurit yang ikut, sebatas itu keluarganya atau pejabat pemerintah daerah,” kata Hasanudin.

Meski begitu, pengangkutan penumpang sipil harus dilakukan seizin Komandan Lapangan Udara. “Jadi, apakah 110 orang penumpang yang ikut Hercules sudah seizin komandan pangkalan?” kata Hasanudin. “Kalau tidak, itu sebuah pelanggaran.”
Komandan Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Khairil Lubis menjelaskan, pesawat Hercules C-130 yang jatuh di Medan sebenarnya hanya bisa ditumpangi keluarga besar TNI Angkatan Udara. Namun ada beberapa warga sipil serta mahasiswa asal Ranai, Natuna, turut menumpang.

“Pangkalan TNI AU memberikan kemudahan bagi warga sipil dan mahasiswa yang akan pulang kampung dalam rangka kegiatan kuliah kerja nyata atau liburan saat Lebaran,” kata Khairil, Rabu (1/7).

Khairil berujar, warga sipil menumpang Hercules lantaran ada surat rekomendasi dari anggota TNI yang mereka kenal atau dari paguyuban setempat.

Sebanyak 47 jenazah korban pesawat Hercules C-130 yang berangkat dari Pekanbaru, Riau, bakal dievakuasi ke kampung halaman masing-masing setelah melakukan diskusi bersama keluarga korban.

Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin menunggu kedatangan korban asal Pekanbaru sebanyak 18 jenazah. Sedangkan untuk 19 jenazah lain langsung dievakuasi ke Ranai, Natuna, Kepulauan Riau.

Tiga jenazah lagi dievakuasi ke Tanjung Pinang, Kepulauan Riau; 4 jenazah ke Pangkalan Udara Adisucipto, Yogyakarta; 1 jenazah ke Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun; 1 jenazah ke Padang; dan 1 jenazah lagi ke Biak.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyebutkan bahwa pesawat Hercules sejak dulu memang biasa ditumpangi warga sipil yang membayarkan sejumlah uang.

“Dari dulu juga ada yang ikut,” ujar Ryamizard di Lapangan Mako Kor Brimob Polri, Jalan Akses UI, Kelapa Dua, Cimanggis, Depok, Rabu (1/7).

Menurut dia, warga memang diperbolehkan untuk menumpangi pesawat milik TNI Angkatan Udara itu sebagai bukti kedekatan tentara dengan rakyat.

“Kalau mau ikut boleh saja. Dari dulu begitu. Tidak apa-apa. Dengan rakyat harus sama-sama. Naik-naik tank itu tidak apa-apa,” ujar dia.

Meski demikian, Ryamizard menolak jika ikutnya warga sipil dalam penerbangan pesawat militer disebut-sebut sebagai salah satu cara TNI mengambil keuntungan.

Ryamizard juga menjelaskan dalam media sosial Twitter, kalau pesawat Hercules jenis C-130 merupakan pesawat pengangkut udara untuk pasukan militer dan sipil yang paling banyak dipakai di dunia.

Pesawat ini terbang dengan empat mesin turbo pop dan umumnya dioperasikan oleh empat hingga enam awak. Hercules C 130 umumnya berpartisipasi dalam militer, sipil dan bantuan kemanusiaan.

Keterangan serupa disampaikan Sahala Sihotang. Bapak dari dua orang kakak beradik Ruly dan Reni, yang menjadi penumpang Hercules C-130 naas asal Pekanbaru, mengatakan keberangkatan anaknya tidak membayar tiket sepeserpun. “Kedua anak saya didaftarkan abangnya Lettu Penerbang Andi Paulus Sihotang melalui temannya yang bekerja di Lanud Pekanbaru,” kata Sahala di Pekanbaru, Rabu (1/7).

Menurut Sahala, sesuai prosedur untuk menggunakan layanan penerbangan Hercules milik Tentara Nasional Indonesia, keluarga yang memiliki saudara bertugas di TNI boleh menggunakan fasilitas Hercules. Dengan syarat yang mendaftarkan harus yang bersangkutan. “Harus ada rekomendasi dari keluarganya yang juga bertugas sebagai militer di situ maka akan bisa mendapatkan fasilitas terbang gratis,” ujarnya.

Hal inilah yang sering dilakukan mereka, terang Sahala, terhadap keluarganya sejak anak mereka Andi bertugas di Penerbangan. “Jadi bukan kali ini saja kami naik Hercules, anak saya Ruly sudah dua kali, walau adiknya Reni baru kali ini. Saya dan istri juga sudah sering,” paparnya.

Diakuinya selama ini mereka saat menggunakan Hercules nyaman-nyaman saja, tidak ada kendala, selain tidak perlu merogoh saku untuk membayar tiket. Karena cukup didaftarkan saja sebagai manivestasi oleh keluarga yang bertugas di Lanud maka kemanapun tujuan arah penerbangan bisa dilayani. “Tidak pakai tiket cukup didaftar sebagai manifes tidak bayar sedikitpun,” katanya.

Berbicara kejadian kecelakaan ini, sang bapak yang terlihat tegar ini mengakui sang abang korban Andi mengatakan penyesalannya telah merekomendasikan adiknya menggunakan pesawat Hercules. Ia bahkan terpukul, karena gara-gara dia mereka harus kehilangan dua orang saudara sekaligus pada kecelakaan pesawat Hercules C-130 di Jalan Jamin Ginting Medan Selasa pukul 11.50 WIB. “Pak gara-gara saya kedua adik harus meninggal,” ujar Sahala menirukan ucapan anaknya.

Kedua bersaudara Ruly Sihotang (24) dan Reni Sihotang (17) th, yang beralamat di Jalan Gabus, RT03 RW07 Labuh Baru Barat, Kecamatan Payung Sekaki, Pekanbaru, menumpang pesawat Hercules C-130 dari Bandara Sultan Syarif Kasim II dengan tujuan Pontianak untuk berlibur ke tempat abang kandungnya yang bertugas di Lanud Pontianak. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/