26 C
Medan
Saturday, July 6, 2024

Jumlah Korban Tragedi Hercules di Luar Perkiraan

Amunisi dan Senjata Belum Ditemukan
Komandan Yon (Danyon) Zeni Tempur (Zipur) Letkol Deden Sumarlin yang juga berada di lokasi menyebutkan, sejumlah peralatan tetap di-standby-kan hingga proses evakuasi benar-benar selesai. Sebab, masih ada sejumlah amunisi dan senjata yang belum ditemukan.Menurut sumber yang tak ingin identitasnya dikorankan menjelaskan, di dalam pesawat terdapat 23 ribu amunisi. Namun, petugas baru menemukan 20 ribu amunisi. “Tidak hanya itu, dua senjata jenis P1 juga belum ditemukan,” kata sumber.

Terkait itu, Deden menyatakan, lokasi pesawat jatuh akan tetap disterilkan hingga beberapa radius sampai ada perintah dihentikan. “Personel tetap berjaga dan semoga secepatnya selesai. Karena, masih terdapat sisa amunisi serta dua unit senjata (P1) milik kru dan pasukan belum ditemukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari sesuatu yang tak diinginkan dikemudian hari,” ungkap Deden.

Sementara dari Lanud Soewondo, satu per satu peti jenazah kru dan korban Hercules tiba di hanggar. Suasana haru dengan isak tangis dari para korban mewarnai prosesi upacara kemiliteran yang dipimpin langsung Kepala Staff Angkatan Udara (KSAU) TNI Agus Supriatna yang melepas 15 jenazah di Hanggar Lanud Soewondo, Rabu (1/7) siang, sekitar pukul 12.40 WIB.

“Kepada bapak dan ibu semuanya marilah kita hadapi musibah ini dengan tabah dan sabar,” tutur Agus Supriatna dengan nada sedih.

Dalam prosesi serah terima jenazah, TNI mengerahkan 5 unit pesawat yakni Boeing 737 dua unit, CN-295 dua unit, dan Hercules C-130 satu unit yang dikerahkan dari Bandara Halim Perdanakesuma, Jakarta. Tepat, pada pukul 13.25 WIB, seluruh pesawat diterbangkan ke Jakarta, Malang, Padang, Palembang, Semarang, Pekanbaru dan Pulau Pinang.

Agus Supriatna membantah bahwa pesawat tua itu, overkapasitas. Karena, total seluruh muatan seberat 135 ton. “Tidak overkapasitas, karena mempunyai muatan yang sesuai untuk diterbangkan. Sudah jelas tidak overkapasitas, pilot sendiri sudah meminta kembali ke pangkalan udara, karena ada permasalah yang terjadi. Ini sudah musibah namanya,” ujarnya.

Menurut informasi yang dihimpun di Posko Lanud Soewondo, pada pukul 20.00 WIB, jenazah yang sudah diterbangkan dari Lanud Soewondo Medan, sebanyak 22 jenazah. Sementara ada dua mayat yang dipulangkan melalui darat. Jadi, total jenazah sudah dipulangkan ke rumah dukan sebanyak 24 jenazah.

Sementara itu, hingga hari kedua, koordinasi tim Disaster Victim Investigation (DVI) terkesan masih sembraut. Informasi jumlah kantung jenazah yang dikirimkan pun berbeda yang diberikan setiap posko.

Di waktu yang tak jauh beda,  dari posko antem mortem, Ketua Tim Zulkhairi,  menyatakan jumlah kantung jenazah yang diterima tim DVI dari TKP sebanyak 142 kantung, dengan rincian 135 jenazah utuh dan 7 potongan badan. Sedangkan dari  Wakil Ketua Tim DVI Polda Sumut, Kombes Didiet Setioboedi, menyatakan dari 142 kantung jenazah, 139 jenazah utuh, dan 2 potongan badan.

Kepala Staff TNI AU, Agus Supriyatna malah menyatakan dari 141 kantung jenazah yang ditemukan, 91 jenazah utuh dan 50 potongan badan. Ketidaksinkronan data ini,  membuat keluarga dan awak media bingung.

“Seharusnya informasi yang diberikan satu pintu. Karena akan disiarkan ke masyarakat.  Jika seperti ini, informasi yang disiarkan simpang siur,” ujar keluarga korban, Andi (30).

Terkait keluhan ini, Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Helfi Assegaf menuturkan, kemarin malam telah dibentuk media center untuk mendapatkan informasi perkembangan terkait.  “Jadi dibuat satu pintu informasinya,” jelas dia.

Helfi menuturkan hingga  pukul 18.00 WIB,  dari 142 kantong jenazah korban pesawat Hercules C 130 jatuh di daerah Jalan Djamin Ginting, baru 74 jenazah yang sudah teridentifikasi. “Setelah teridentifikasi, sebut dia,  sebanyak 54 jenazah sudah dikembalikan kepada keluarga.

Tak Sempat Kontak ke Radar KNIA
Informasi yang didapat dari Bandara Kualanamu Internasional Airport, Hercules yang celaka tersebut ternyata tak sempat kontak radar. “Coba dicek dulu ke Lanud Soewondo. Radar di KNIA belum ada menerima kontak dari pesawat itu (Hercules C-130 TNI AU),” kata General Manager (GM) Air Navigasi KNIA, Suharyoko ketika dikonfirmasi, Rabu (1/7).

Kabarnya, pesawat yang gagal take off ini dengan Pilot Kapten Penerbang Sandi Permana sebelum jatuh sempat melakukan komunikasi dengan Pangkalan Lanud Soewondo untuk balik kanan. Tetapi, itu tidak sempat dilakukans sebelum insiden terjadi.

Kepala Otoritas Bandara Wilayah II Medan, M Nasir Usman menjelaskan, umum setiap penerbangan yang akan melintas di kawasan lain, harus melakukan komunikasi terlebih dahulu. Itu terjadi juga berdasarkan perjanjian yang ditentukan.

“Jadi begini, (radar) Lanud Soewondo dan KNIA memang berdekatan. Tapi operator berbeda, Soewondo milik AURI dan KNIA koemersil. Begitupun, setiap melintas juga harus melakukan komunikasi dengan tower. Karena, tower itu mengatur dan memandu lalu lintas udara,” kata Nasir.

“Di sekian ribu kaki dari ketinggian di udara, misalnya dalam perjanjian itu. Jadi itu sudah diatur mereka,” tambahnya.

Menurutnya, kedua instansi yang berbeda itu telah melakukan perjanjian sebelumnya ketika Hercules C-130 TNI AU akan take off. Pun demikian, lanjut dia, setiap pesawat dari Lanud Soewondo juga tak perlu melakukan kontak. Dengan syarat, jika memang tak melewati air traffic control (ATC) di KNIA. (ris/gus/put/ted/rbb)

Amunisi dan Senjata Belum Ditemukan
Komandan Yon (Danyon) Zeni Tempur (Zipur) Letkol Deden Sumarlin yang juga berada di lokasi menyebutkan, sejumlah peralatan tetap di-standby-kan hingga proses evakuasi benar-benar selesai. Sebab, masih ada sejumlah amunisi dan senjata yang belum ditemukan.Menurut sumber yang tak ingin identitasnya dikorankan menjelaskan, di dalam pesawat terdapat 23 ribu amunisi. Namun, petugas baru menemukan 20 ribu amunisi. “Tidak hanya itu, dua senjata jenis P1 juga belum ditemukan,” kata sumber.

Terkait itu, Deden menyatakan, lokasi pesawat jatuh akan tetap disterilkan hingga beberapa radius sampai ada perintah dihentikan. “Personel tetap berjaga dan semoga secepatnya selesai. Karena, masih terdapat sisa amunisi serta dua unit senjata (P1) milik kru dan pasukan belum ditemukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari sesuatu yang tak diinginkan dikemudian hari,” ungkap Deden.

Sementara dari Lanud Soewondo, satu per satu peti jenazah kru dan korban Hercules tiba di hanggar. Suasana haru dengan isak tangis dari para korban mewarnai prosesi upacara kemiliteran yang dipimpin langsung Kepala Staff Angkatan Udara (KSAU) TNI Agus Supriatna yang melepas 15 jenazah di Hanggar Lanud Soewondo, Rabu (1/7) siang, sekitar pukul 12.40 WIB.

“Kepada bapak dan ibu semuanya marilah kita hadapi musibah ini dengan tabah dan sabar,” tutur Agus Supriatna dengan nada sedih.

Dalam prosesi serah terima jenazah, TNI mengerahkan 5 unit pesawat yakni Boeing 737 dua unit, CN-295 dua unit, dan Hercules C-130 satu unit yang dikerahkan dari Bandara Halim Perdanakesuma, Jakarta. Tepat, pada pukul 13.25 WIB, seluruh pesawat diterbangkan ke Jakarta, Malang, Padang, Palembang, Semarang, Pekanbaru dan Pulau Pinang.

Agus Supriatna membantah bahwa pesawat tua itu, overkapasitas. Karena, total seluruh muatan seberat 135 ton. “Tidak overkapasitas, karena mempunyai muatan yang sesuai untuk diterbangkan. Sudah jelas tidak overkapasitas, pilot sendiri sudah meminta kembali ke pangkalan udara, karena ada permasalah yang terjadi. Ini sudah musibah namanya,” ujarnya.

Menurut informasi yang dihimpun di Posko Lanud Soewondo, pada pukul 20.00 WIB, jenazah yang sudah diterbangkan dari Lanud Soewondo Medan, sebanyak 22 jenazah. Sementara ada dua mayat yang dipulangkan melalui darat. Jadi, total jenazah sudah dipulangkan ke rumah dukan sebanyak 24 jenazah.

Sementara itu, hingga hari kedua, koordinasi tim Disaster Victim Investigation (DVI) terkesan masih sembraut. Informasi jumlah kantung jenazah yang dikirimkan pun berbeda yang diberikan setiap posko.

Di waktu yang tak jauh beda,  dari posko antem mortem, Ketua Tim Zulkhairi,  menyatakan jumlah kantung jenazah yang diterima tim DVI dari TKP sebanyak 142 kantung, dengan rincian 135 jenazah utuh dan 7 potongan badan. Sedangkan dari  Wakil Ketua Tim DVI Polda Sumut, Kombes Didiet Setioboedi, menyatakan dari 142 kantung jenazah, 139 jenazah utuh, dan 2 potongan badan.

Kepala Staff TNI AU, Agus Supriyatna malah menyatakan dari 141 kantung jenazah yang ditemukan, 91 jenazah utuh dan 50 potongan badan. Ketidaksinkronan data ini,  membuat keluarga dan awak media bingung.

“Seharusnya informasi yang diberikan satu pintu. Karena akan disiarkan ke masyarakat.  Jika seperti ini, informasi yang disiarkan simpang siur,” ujar keluarga korban, Andi (30).

Terkait keluhan ini, Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Helfi Assegaf menuturkan, kemarin malam telah dibentuk media center untuk mendapatkan informasi perkembangan terkait.  “Jadi dibuat satu pintu informasinya,” jelas dia.

Helfi menuturkan hingga  pukul 18.00 WIB,  dari 142 kantong jenazah korban pesawat Hercules C 130 jatuh di daerah Jalan Djamin Ginting, baru 74 jenazah yang sudah teridentifikasi. “Setelah teridentifikasi, sebut dia,  sebanyak 54 jenazah sudah dikembalikan kepada keluarga.

Tak Sempat Kontak ke Radar KNIA
Informasi yang didapat dari Bandara Kualanamu Internasional Airport, Hercules yang celaka tersebut ternyata tak sempat kontak radar. “Coba dicek dulu ke Lanud Soewondo. Radar di KNIA belum ada menerima kontak dari pesawat itu (Hercules C-130 TNI AU),” kata General Manager (GM) Air Navigasi KNIA, Suharyoko ketika dikonfirmasi, Rabu (1/7).

Kabarnya, pesawat yang gagal take off ini dengan Pilot Kapten Penerbang Sandi Permana sebelum jatuh sempat melakukan komunikasi dengan Pangkalan Lanud Soewondo untuk balik kanan. Tetapi, itu tidak sempat dilakukans sebelum insiden terjadi.

Kepala Otoritas Bandara Wilayah II Medan, M Nasir Usman menjelaskan, umum setiap penerbangan yang akan melintas di kawasan lain, harus melakukan komunikasi terlebih dahulu. Itu terjadi juga berdasarkan perjanjian yang ditentukan.

“Jadi begini, (radar) Lanud Soewondo dan KNIA memang berdekatan. Tapi operator berbeda, Soewondo milik AURI dan KNIA koemersil. Begitupun, setiap melintas juga harus melakukan komunikasi dengan tower. Karena, tower itu mengatur dan memandu lalu lintas udara,” kata Nasir.

“Di sekian ribu kaki dari ketinggian di udara, misalnya dalam perjanjian itu. Jadi itu sudah diatur mereka,” tambahnya.

Menurutnya, kedua instansi yang berbeda itu telah melakukan perjanjian sebelumnya ketika Hercules C-130 TNI AU akan take off. Pun demikian, lanjut dia, setiap pesawat dari Lanud Soewondo juga tak perlu melakukan kontak. Dengan syarat, jika memang tak melewati air traffic control (ATC) di KNIA. (ris/gus/put/ted/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/