JAKARTA – Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) masih menelusuri keberadaan warga negara Indonesia (WNI) di Syria. Hal ini terkait dengan keamanan di negeri itu yang masih belum menentu. Kemenlu melalui KBRI di Syria harus ekstra keras karena sebagian besar dari ribuan WNI yang ada Syria bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
Direktur Perlindungan WNI Kemenlu Tatang Razak menuturkan, pihaknya terus memantau perkembangan keamanan dua negara. Selain di Syria, pantauan juga terus dilakukan di Nigeria. “Khusus di Syria pemantauan lebih ekstra,” tandasnya.
Sebab, tutur Tatang, WNI yang ada di Syria bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Sebagian kecil lainnya adalah para pelajar. Sedangkan di Nigeria, para WNI rata-rata berpendidikan lebih tinggi dan bekerja sebagai pegawai kantoran. Menurut Tatang, himbauan atau warning bagi para WNI di Syria lebih sulit diterima dibandingkan dengan WNI yang ada di Nigeria.
Terkait perkembangan proses pemulangan ribuan WNI yang ada di Syria, Tatang mengatakan menunggu situasi terakhir di Syria. Dia memastikan, KBRI di Syria sudah menyiapkan langkah darurat jika kondisi keamanan di Syria sudah benar-benar mengancam keselamatan para WNI. Pihak KBRI di Syria sendiri terus meng-up date jumlah WNI terbaru.
Sementara itu, perkembangan situasi dalam negeri Nigeria yang cukup mengkhawatirkan dipaparkan oleh Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah. Itu menyusul diberlakukan situasi darurat menyusul konflik bersenjata yang terjadi beberapa waktu terakhir. Pemerintah berharap, sekitar 300 WNI bisa merapat ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di Abuja, Nigeria. (wan/fal/jpnn)