MAKKAH, SUMUTPOS.CO – Puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) selesai diselenggarakan pada hari ketiga tasyrik, Sabtu (1/7). Seluruh jamaah sudah kembali ke hotel masing-masing di Makkah. Pemerintah mencatat, ada beberapa persoalan layanan masa Armuzna yang menjadi bahan investigasi.
Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi M Subhan Cholid di Makkah menegaskan, seluruh fase Armuzna menjadi tanggung jawab syirkah (perusahaan) Saudi. Khususnya syirkah mashariq. Pria yang juga menjabat Direktur Pelayanan Haji Luar.
Negeri Kemenag itu mencatat sejumlah persoalan yang dialami jamaah selama fase Armuzna. Sejumlah persoalan itu dimulai dengan keterlambatan pemberangkatan sebagian jamaah dari Muzdalifah menuju Mina pada 28 Juni lalu.
Sebagaimana diketahui, sesuai dengan jadwal Kemenag, pemberangkatan jamaah seharusnya rampung pada pukul 10.00 waktu setempat. Namun, akibat keterlambatan arus armada bus, seluruh jamaah baru selesai diangkut ke Mina pada pukul 13.30 waktu setempat.
Persoalan berikutnya adalah keterlambatan distribusi makanan atau katering ke tenda-tenda jamaah di Mina. Di sejumlah posting-an di media sosial, ada rombongan jamaah yang seharian belum mendapatkan kiriman makanan. Misalnya, yang dialami jamaah dari embarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG).
Subhan menyebutkan, persoalan lainnya adalah minimnya air bersih di beberapa tenda jamaah haji. “Kami sudah sampaikan protes ke mashariq sebagai penanggung jawab atas penyiapan layanan ini. Saat ini dilakukan investigasi,” jelasnya.
Para jamaah yang baru tiba di Makkah dianjurkan lebih dulu istirahat. Tidak terburu-buru melakukan tawaf ifadah di Masjidilharam. Apalagi, layanan bus salawat baru beroperasi kembali pada 2 Juli. Subhan menjelaskan, jamaah gelombang pertama mulai dipulangkan ke tanah air dari Jeddah pada 4 Juli mendatang.
Jamaah haji gelombang kedua mulai diberangkatkan dari Makkah menuju Madinah pada 10 Juli. Setelah beberapa hari berada di Madinah, jamaah gelombang kedua akan dipulangkan ke Indonesia mulai 19 Juli. Pemulangan jamaah haji berlangsung sampai 2 Agustus.
Menanggapi adanya berbagai permasalahan yang dihadapi jamaah haji Indonesia, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas tidak tinggal diam. Dia menyampaikan sejumlah masalah tersebut kepada Menteri Haji dan Umrah Arab Saudi Taufiq F Al Rabiah. Hal itu disampaikannya saat menggelar pertemuan khusus sebelum menghadiri acara perayaan selesainya puncak haji di Kantor Kementerian Haji dan Umrah di Makkah, Jumat (30/6) malam.
“Layanan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab mashariq dan pihak Saudi. Karenanya, Menag menyampaikan sejumlah masalah yang muncul kepada Menhaj Saudi,” terang Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief di Makkah, Minggu (2/7). Hilman menjelaskan, Menhaj Saudi akan melakukan perbaikan dan tidak akan membiarkan hal itu terjadi kembali.
Selain itu, Pemerintah Arab Saudi juga akan mengubah kebijakan penentuan lokasi di Arafah dan Mina (Masyair) bagi suatu negara pada penyelenggaraan ibadah haji 1445 Hijriah. Yakni tidak ada lokasi khusus untuk negara tertentu di Masyair. Kebijakan baru tersebut disampaikan Menhaj Saudi dalam pertemuan Haflatul Hajj Al-Khitamy di Kantor Kementerian Haji dan Umrah, Makkah, Jumat, 30 Juni 2023. “Tahun depan, Saudi akan memberlakukan kebijakan baru bahwa lokasi di Masyair, utamanya Arafah dan Mina ditentukan oleh negara yang lebih cepat menyelesaikan semua kontrak dan siap untuk musim haji 1445 Hijriyah,” terang Menag Yaqut.
Menurut Menag, sebagai langkah awal, Kementrian Haji dan Umrah menyerahkan sejumlah dokumen persiapan kepada kantor urusan haji (KUH) negara-negara pengirim jamaah haji. Dalam dokumen persiapan itu, tercakup rangkaian tahapan kegiatan penyelenggaaran, dari persiapan hingga keberangkatan jamaah pada musim haji 1445 Hijriah. Kementerian Haji dan Umrah akan menyerahkan dokumen lebih awal agar persiapan penyelenggaraan haji 1445 Hijriah juga bisa dilakukan lebih awal. “Menhaj Taufiq menginformasikan bahwa penyelesaian kontrak layanan akomodasi dan Masyair ditargetkan pada 25 Februari 2024. Negara yang menyelesaikan kontraknya lebih awal akan mendapat prioritas dalam mengambil dan memilih tempat di Masyair,” jelas Menag.
Menag mengatakan, kebijakan baru ini menantang semua negara, termasuk Indonesia, untuk bergerak lebih cepat dalam persiapan penyelenggaraan ibadah haji 1445 Hijriah. Karena itu, pihaknya akan segera mendiskusikan hal ini dengan Komisi VIII DPR dan Badan Pengelola Keungan Haji (BPKH) agar bisa dilakukan langkah percepatan dalam persiapan. Mulai dari kuota, pembahasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH), termasuk kemungkinan percepatan pelunasan biaya haji. “Ini akan segera kita sikapi. Kami akan berkoordinasi dengan Komisi VIII DPR RI dan BPKH guna membahas bersama langkah percepatan persiapan haji tahun depan,” pungkasnya.
Sementara itu, mulai tahun ini pemerintah mengelola dam haji tamattu’. Pengelolaan dam atau denda untuk jamaah dan petugas haji berjalan lancar. Total, ada 3.117 ekor hewan dam yang disembelih. Dalam waktu dekat, dagingnya dikirimkan ke Indonesia dalam bentuk kemasan kaleng. Penyembelihan hewan dam tersebut dilakukan di Makkah.
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief meninjau langsung lokasi penyembelihan di Makkah kemarin. Hilman menyampaikan terima kasih kepada para petugas dan jamaah haji yang sudah berpartisipasi. “Laporan yang saya terima, 2.624 ekor untuk dam petugas dan sisanya dam jamaah haji,” jelasnya.
Sesuai dengan syariat Islam, para petugas atau jamaah itu dikenai dam karena menunaikan haji tamattu’. Haji tamattu’ adalah kembali melepas kain ihram setelah menjalankan umrah qudum. Hampir seluruh jamaah haji Indonesia terkena dam haji tamattu’ karena kedatangan mereka di Arab Saudi masih cukup jauh dari pelaksanaan wukuf di Arafah.
18 Jamaah Sumut Wafat
Menjelang kepulangan jamaah haji, tercatat sudah 18 jamaah asal Sumatera Utara wafat di Tanah Suci. Koordinator Humas dan Protokol Pembantu Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (P3IH) Embarkasi/Debarkasi Medan, M Yunus mengatakan, para jamaah yang wafat umumnya lanjut usia (lansia).
“Total sudah 18 jamaah kita wafat di Tanah Suci. Jamaah lansia ini wafat di pemondokan dan di rumah sakit,” katanya kepada wartawan, Minggu (2/7).
Ke- 18 jamaah yang wafat tersebut diantaranya, Suhaimi Aris Kliwon bin Kliwon (74) warga Jalan Tangguk Bongkar II, Medan Denai asal kloter 6. Habibah Saleh binti Saleh (59) warga Dusun Kelambir V Kampung Dusun I, Hamparan Perak, Langkat asal kloter 12.
Kemudian, Muzerah Asnawi Muala binti Asnawi Muala (66) warga Jalan Setiabudi Gg Rambe, Medan Selayang asal kloter 8. Abdul Hakim bin Yahya (64) warga Jalan Masjid Taufik, Medan Perjuangan asal kloter 5. Mangaraja Buaya Harahap bin H Abdul Manan Harahap (90) warga Hutanopan, Padanglawas Utara asal kloter 21.
Yakrup Muhammad Yaku Kadir bin Syekh M Yakub Abdul Kadir Nst (66) warga Jati Luhur, Bandar Klippa Percut Seituan, Deliserdang asal kloter 16 dan Nur Zaitun Muhammad binti Muhammad (72) warga Dusun VII, PON, Sei Bamban, Serdangbedagai asal kloter 17. Kemudian, Ani Misrah (59) warga Jalan Eka Budi, Medan Johor asal kloter 18. Sudarno Ali (59) warga Kabupaten Deliserdang asal kloter 2, Sartiyem binti Murghali (86) asal kloter 12 dan Hasan Basri (86) warga Kabupaten Labuhanbatu Utara asal kloter 22.
Yang terbaru, sambung Yunus, Taufik Edi Sahputra bin Marun (59) warga Jalan Lk VI Limau Mungkur, Binjai Barat, Kota Binjai asal kloter 4, Martono Mujioto Suwarno bin Mujioto (61) warga B Katamso Gang Perbatasan Baru, Medan Maimun asal kloter 18, Lamidi Pujo Santiko bin Pujo Santiko (79) warga Dusun III Bagan Baru, Tanjung Tiram, Batubara asal kloter 13
Kemudian, Rolia Medan Batara binti Medan (87) warga Desa Hambula, Padangbolak, Padanglawas Utara asal kloter 21, Daulat Harahap bin TK Panangian (51) warga Desa Bahal, Padangbolak, Padanglawas Utara asal kloter 22, Muhammad Said bin Deram (78) warga Dusun III Seltan Beting, Labuhanbatu asal kloter 9 dan Fauziah Maimun Abdullah binti Meman (66) warga Dusun Sidodadi, Labuhanbatu asal kloter 9. (gih/wan/c14/oni/jpg/man/adz)