29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Gratiskan Seribu Penonton demi 50 Ribu Fans

Kerusuhan konser Metallica 20 tahun lalu di Stadion Lebak Bulus, Jakarta, tidak bisa dihapus dari ingatan. Namun, konser grup heavy metal legendaris, Minggu (25/8), itu sukses besar dan aman-aman saja.

 JANESTI PRIYANDINI, Jakarta

KONSER: Konser Metallica  Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, belum lama ini.
KONSER: Konser Metallica di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, belum lama ini.

Zaki Sales Masyhur, 41, menceritakan konser Metallica 20 tahun lalu di kantornya, kawasan Warung Buncit, Jakarta, Rabu (28/9). Rumah dia tidak jauh dari Stadion Lebak Bulus, tempat konser kala itu. Sebagai anak metal dan penggemar berat grup band supercadas tersebut, Taye Masyhur “panggilan Zaki” tidak ingin melewatkan pertunjukan musik yang langka itu. Dia sangat ingin menonton idolanya manggung.

Namun, tak disangka, konser itu berubah menjadi petaka. Yang dilihat justru pemandangan mengerikan. Calon penonton yang tidak bisa masuk stadion mengamuk. Mereka membakar loket. Rusuh. Melihat seperti itu, Taye urung menonton. “Siapa pun orang yang ada di situ pasti ngibrit. Ngeri, ngeri, ngeri sekali,” ungkapnya sampai tiga kali mengulangi kata ngeri untuk menggambarkann kondisi saat itu.

Dua puluh tahun kemudian, Taye dan dua kawannya di Blackrock Entertainment seolah “membersihkan” ingatan tersebut. Sebab, konser Metallica yang mereka selenggarakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (25/8) sukses besar. Sekitar 60 ribu metalhead menyaksikan aksi James Hetfield dkk. Taye dan timnya pun merasa plong. Konser itu terselenggara dengan aman dan lancar.

Sebetulnya, ide mendatangkan kembali Metallica muncul spontan. Sebagai promotor, Taye bersama dua kawannya, Jay Alatas dan Khrisna Radithya, sering mendapat tawaran untuk mendatangkan artis luar negeri. Salah satunya Metallica.  “Dapat tawaran menarik seperti itu, kami bertiga spontan sepakat untuk mengambilnya. Besoknya, kami langsung kirim duit untuk deposit,” ungkap co-founder Blackrock Entertainment itu.

Tapi, Taye dan timnya baru mendapat kabar dari manajemen Metallica setahun kemudian. Selama setahun itu, mereka harap-harap cemas. Sebab, nilai deposit yang mereka kirimkan ke manajemen Metallica mencapai miliaran rupiah. “Itu duit bakal balik apa nggak ya? Alhamdulillah, di last minute, kami dapat kabar positif dari mereka,” ujar bapak Zidane Zaki tersebut.

Blackrock Entertainment termasuk baru di dunia promotor musik tanah air. Bisnis itu sebetulnya hanya bisnis sampingan bagi Taye cs. Sebab, tiga penggila Metallica tersebut memiliki usaha lain yang sudah eksis. Taye, misalnya, memiliki bisnis properti dan batu bara.

Namun, setelah beberapa kali menggelar konser besar, mereka mulai berpikir untuk menyeriusi bisnis “basah” itu. Tahun lalu mereka mendatangkan David Foster and Friends. Tahun sebelumnya, mereka memanggungkan Fantastic K-Pop. “Itu konser pertama kami yang cukup menjadi pelajaran. Jebol (rugi, Red) soalnya,” katanya lalu tertawa.

Nah, ketika menggarap Metallica, Taye dan Khrisna yang sama-sama pernah berada di lokasi kejadian 20 tahun lalu sudah memiliki gambaran lebih konkret. Misalnya, mereka harus menyiapkan venue dengan kapasitas superbesar. Yang ditangkap alumnus Tafe College Melbourne, Australia, tersebut saat konser 1993 itu, Indonesia belum siap menggelar konser grup band besar dengan banyak penggemar fanatik.

Panitia menyiapkan venue yang hanya mampu menampung sekitar 30 ribu penonton. Padahal, calon penonton yang datang membeludak hingga dua kali lipat.”Penonton yang di luar maunya masuk, nggak dikasih masuk. Sebab, tempatnya juga tidak ada. Masak mau dipangku? Itulah yang bikin penonton di luar stadion itu emosi,” ceritanya.

Taye cs tidak mau mengulangi kejadian tersebut. Caranya, mereka mengizinkan penonton tidak bertiket masuk di tengah konser. Mereka juga menyediakan 40 loket untuk yang membeli tiket di lokasi pada hari pertunjukan. Sebelumnya, tiket terjual sekitar 40 ribu lembar.  “Untuk mengindari terulangnya kejadian 20 tahun silam, kami harus mengakomodasi penonton yang mau beli tiket pada hari H konser,” ucapnya.

Benar saja, hari itu ada sekitar 20 ribu orang yang ingin membeli tiket. Tim Taye pun kewalahan. “Kami tidak menduga sebanyak itu. Saya yakin siapa pun pasti kewalahan menghadapi 20 ribu calon penonton dalam waktu 3 jam,” lanjutnya.

Saat show sudah dimulai, masih banyak calon penonton yang mengantre. Melihat kondisi itu, akhirnya mereka memutuskan untuk memasukkan calon penonton yang belum sempat membeli tiket tersebut tanpa tiket. Promotor sudah mengantisipasi hal itu, termasuk menyiapkan tempatnya.  “Nothing we can do. Itu satu-satunya jalan. Mereka bukan nggak punya uang buat beli tiket, tapi memang kami yang kewalahan. Lagi pula, show sudah setengah jalan. Anggap saja itu rezeki mereka,” kata Taye.

Toh, para penonton gratisan tersebut menyaksikan aksi Metallica di luar pagar. Berbeda dengan penonton yang memiliki tiket. Ada sekitar seribu orang yang dimasukkan promotor di tengah show. Semua berjalan tertib. Momen itu disikapi sangat hati-hati oleh promotor. Mereka tidak ingin kejadian Lebak Bulus terulang. Jadi, tidak boleh ada penanganan yang salah sekecil apa pun. Bayangkan jika seribu orang itu mereka tahan di luar.”Bisa saja mereka marah, lalu membuat kerusuhan. Bisa-bisa show dihentikan di tengah jalan. Padahal, 50 ribu orang sudah ada di dalam GBK. “Bisa-bisa saya digebukin orang satu GBK,” ,” kata Taye.

Menyiapkan konser besar seperti Metallica membuat Taye dan timnya tidak bisa nyenyak tidur. Memang, mereka juga tidak memiliki waktu untuk tidur. Seminggu sebelum hari H, mereka mulai deg-degan. Semakin mendekati harinya, jantung berdenyut makin kencang. “Darah serasa nggak ada di tubuh. Kalau tahajud bisa tiap jam, saya sudah tahajud setiap jam. Segala macam bacaan zikir saya baca,” ungkap Taye.

Meski dulu anak metal, Taye mengaku agak khawatir melihat karakter penonton konser saat itu. Menurut dia, serem melihat gaya mereka. “Dalam hati saya, kalau rusuh, bisa bahaya ini. Sangar-sangar semua yang nonton,” ucapnya.

Namun, ternyata seluruh penonton menikmati musik dengan tertib. “Sampai lupa kalau gaya mereka sangar. Mereka lupa kalau gayanya mengerikan. Hati mereka hati Metallica. Itu bikin saya terharu,” sambungnya.

Pekerjaan lain yang bikin tim Taye ketir-ketir adalah menunggu kedatangan sang superstar. Metallica baru tiba di Jakarta sekitar pukul 17.00. Ketika memastikan Metallica sudah berada di Hotel Mulia, Taye merasa 50 persen PR-nya selesai. Tinggal menjaga kondisi tetap kondusif hingga tiga jam ke depan, saat mereka semua memulai show.

Saking sibuknya mengawasi kondisi, Taye sampai tidak sempat berfoto bersama personel Metallica. Dia hanya sempat bertemu sebentar di backstage saat mereka datang. “Nggak sempat foto bareng. Dan ketika mereka selesai manggung, saya juga nggak ketemu. Mereka langsung ke hotel, mandi, lalu pulang pakai private jet,” urai dia.

Taye dan tim bahkan tidak tahu bagaimana Metallica pulang dari venue. “Nggak tahu sama sekali. Tahu-tahu dikabari sudah pulang. Tim evakuasi mereka memang sudah advance,” tambahnya.

Nggak nyesel nih nggak foto bareng? “Nggak. Orang mereka bakal balik lagi (ke Jakarta) kok,” ucapnya lalu tersenyum.
Namun, ketika ditanya lebih lanjut, Taye belum mau mengabarkan rencana kehadiran lagi Metallica itu. Katanya, Oktober nanti ada pemberitahuan dari manajemen Metallica. Yang pasti, pihaknya diundang ke UK (United Kingdom) dalam waktu dekat salah satunya untuk itu. Tim manajemen artis Metallica juga menaungi banyak band rock besar seperti Iron Maiden dan Motorhead.  “Mereka menawarkan kepada kami, band apa lagi yang bisa didatangkan ke Indonesia. Mereka bisa membantu. Insya Allah bisa kasih kabar di bulan Oktober,” tambahnya.

Taye dan timnya terharu saat promotor top Adrie Subono memuji kesuksesan konser Metallica malam itu. Dalam Twitter-nya, Adrie menulis, “Belum ada dalam sejarahnya di Indonesia konser sedahsyat konser Metallica malam ini” pertama kali!!!”
“Kami terharu membacanya. Sebab, dia kan bapak promotor di Indonesia,” tuturnya.

Setelah sukses menggelar konser Metallica, Taye dkk tidak hanya senang karena untung lumayan. Mereka juga senang karena telah menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia bukan negara anarkistis seperti yang dipersepsikan orang luar selama ini. (*)

Kerusuhan konser Metallica 20 tahun lalu di Stadion Lebak Bulus, Jakarta, tidak bisa dihapus dari ingatan. Namun, konser grup heavy metal legendaris, Minggu (25/8), itu sukses besar dan aman-aman saja.

 JANESTI PRIYANDINI, Jakarta

KONSER: Konser Metallica  Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, belum lama ini.
KONSER: Konser Metallica di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, belum lama ini.

Zaki Sales Masyhur, 41, menceritakan konser Metallica 20 tahun lalu di kantornya, kawasan Warung Buncit, Jakarta, Rabu (28/9). Rumah dia tidak jauh dari Stadion Lebak Bulus, tempat konser kala itu. Sebagai anak metal dan penggemar berat grup band supercadas tersebut, Taye Masyhur “panggilan Zaki” tidak ingin melewatkan pertunjukan musik yang langka itu. Dia sangat ingin menonton idolanya manggung.

Namun, tak disangka, konser itu berubah menjadi petaka. Yang dilihat justru pemandangan mengerikan. Calon penonton yang tidak bisa masuk stadion mengamuk. Mereka membakar loket. Rusuh. Melihat seperti itu, Taye urung menonton. “Siapa pun orang yang ada di situ pasti ngibrit. Ngeri, ngeri, ngeri sekali,” ungkapnya sampai tiga kali mengulangi kata ngeri untuk menggambarkann kondisi saat itu.

Dua puluh tahun kemudian, Taye dan dua kawannya di Blackrock Entertainment seolah “membersihkan” ingatan tersebut. Sebab, konser Metallica yang mereka selenggarakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Minggu (25/8) sukses besar. Sekitar 60 ribu metalhead menyaksikan aksi James Hetfield dkk. Taye dan timnya pun merasa plong. Konser itu terselenggara dengan aman dan lancar.

Sebetulnya, ide mendatangkan kembali Metallica muncul spontan. Sebagai promotor, Taye bersama dua kawannya, Jay Alatas dan Khrisna Radithya, sering mendapat tawaran untuk mendatangkan artis luar negeri. Salah satunya Metallica.  “Dapat tawaran menarik seperti itu, kami bertiga spontan sepakat untuk mengambilnya. Besoknya, kami langsung kirim duit untuk deposit,” ungkap co-founder Blackrock Entertainment itu.

Tapi, Taye dan timnya baru mendapat kabar dari manajemen Metallica setahun kemudian. Selama setahun itu, mereka harap-harap cemas. Sebab, nilai deposit yang mereka kirimkan ke manajemen Metallica mencapai miliaran rupiah. “Itu duit bakal balik apa nggak ya? Alhamdulillah, di last minute, kami dapat kabar positif dari mereka,” ujar bapak Zidane Zaki tersebut.

Blackrock Entertainment termasuk baru di dunia promotor musik tanah air. Bisnis itu sebetulnya hanya bisnis sampingan bagi Taye cs. Sebab, tiga penggila Metallica tersebut memiliki usaha lain yang sudah eksis. Taye, misalnya, memiliki bisnis properti dan batu bara.

Namun, setelah beberapa kali menggelar konser besar, mereka mulai berpikir untuk menyeriusi bisnis “basah” itu. Tahun lalu mereka mendatangkan David Foster and Friends. Tahun sebelumnya, mereka memanggungkan Fantastic K-Pop. “Itu konser pertama kami yang cukup menjadi pelajaran. Jebol (rugi, Red) soalnya,” katanya lalu tertawa.

Nah, ketika menggarap Metallica, Taye dan Khrisna yang sama-sama pernah berada di lokasi kejadian 20 tahun lalu sudah memiliki gambaran lebih konkret. Misalnya, mereka harus menyiapkan venue dengan kapasitas superbesar. Yang ditangkap alumnus Tafe College Melbourne, Australia, tersebut saat konser 1993 itu, Indonesia belum siap menggelar konser grup band besar dengan banyak penggemar fanatik.

Panitia menyiapkan venue yang hanya mampu menampung sekitar 30 ribu penonton. Padahal, calon penonton yang datang membeludak hingga dua kali lipat.”Penonton yang di luar maunya masuk, nggak dikasih masuk. Sebab, tempatnya juga tidak ada. Masak mau dipangku? Itulah yang bikin penonton di luar stadion itu emosi,” ceritanya.

Taye cs tidak mau mengulangi kejadian tersebut. Caranya, mereka mengizinkan penonton tidak bertiket masuk di tengah konser. Mereka juga menyediakan 40 loket untuk yang membeli tiket di lokasi pada hari pertunjukan. Sebelumnya, tiket terjual sekitar 40 ribu lembar.  “Untuk mengindari terulangnya kejadian 20 tahun silam, kami harus mengakomodasi penonton yang mau beli tiket pada hari H konser,” ucapnya.

Benar saja, hari itu ada sekitar 20 ribu orang yang ingin membeli tiket. Tim Taye pun kewalahan. “Kami tidak menduga sebanyak itu. Saya yakin siapa pun pasti kewalahan menghadapi 20 ribu calon penonton dalam waktu 3 jam,” lanjutnya.

Saat show sudah dimulai, masih banyak calon penonton yang mengantre. Melihat kondisi itu, akhirnya mereka memutuskan untuk memasukkan calon penonton yang belum sempat membeli tiket tersebut tanpa tiket. Promotor sudah mengantisipasi hal itu, termasuk menyiapkan tempatnya.  “Nothing we can do. Itu satu-satunya jalan. Mereka bukan nggak punya uang buat beli tiket, tapi memang kami yang kewalahan. Lagi pula, show sudah setengah jalan. Anggap saja itu rezeki mereka,” kata Taye.

Toh, para penonton gratisan tersebut menyaksikan aksi Metallica di luar pagar. Berbeda dengan penonton yang memiliki tiket. Ada sekitar seribu orang yang dimasukkan promotor di tengah show. Semua berjalan tertib. Momen itu disikapi sangat hati-hati oleh promotor. Mereka tidak ingin kejadian Lebak Bulus terulang. Jadi, tidak boleh ada penanganan yang salah sekecil apa pun. Bayangkan jika seribu orang itu mereka tahan di luar.”Bisa saja mereka marah, lalu membuat kerusuhan. Bisa-bisa show dihentikan di tengah jalan. Padahal, 50 ribu orang sudah ada di dalam GBK. “Bisa-bisa saya digebukin orang satu GBK,” ,” kata Taye.

Menyiapkan konser besar seperti Metallica membuat Taye dan timnya tidak bisa nyenyak tidur. Memang, mereka juga tidak memiliki waktu untuk tidur. Seminggu sebelum hari H, mereka mulai deg-degan. Semakin mendekati harinya, jantung berdenyut makin kencang. “Darah serasa nggak ada di tubuh. Kalau tahajud bisa tiap jam, saya sudah tahajud setiap jam. Segala macam bacaan zikir saya baca,” ungkap Taye.

Meski dulu anak metal, Taye mengaku agak khawatir melihat karakter penonton konser saat itu. Menurut dia, serem melihat gaya mereka. “Dalam hati saya, kalau rusuh, bisa bahaya ini. Sangar-sangar semua yang nonton,” ucapnya.

Namun, ternyata seluruh penonton menikmati musik dengan tertib. “Sampai lupa kalau gaya mereka sangar. Mereka lupa kalau gayanya mengerikan. Hati mereka hati Metallica. Itu bikin saya terharu,” sambungnya.

Pekerjaan lain yang bikin tim Taye ketir-ketir adalah menunggu kedatangan sang superstar. Metallica baru tiba di Jakarta sekitar pukul 17.00. Ketika memastikan Metallica sudah berada di Hotel Mulia, Taye merasa 50 persen PR-nya selesai. Tinggal menjaga kondisi tetap kondusif hingga tiga jam ke depan, saat mereka semua memulai show.

Saking sibuknya mengawasi kondisi, Taye sampai tidak sempat berfoto bersama personel Metallica. Dia hanya sempat bertemu sebentar di backstage saat mereka datang. “Nggak sempat foto bareng. Dan ketika mereka selesai manggung, saya juga nggak ketemu. Mereka langsung ke hotel, mandi, lalu pulang pakai private jet,” urai dia.

Taye dan tim bahkan tidak tahu bagaimana Metallica pulang dari venue. “Nggak tahu sama sekali. Tahu-tahu dikabari sudah pulang. Tim evakuasi mereka memang sudah advance,” tambahnya.

Nggak nyesel nih nggak foto bareng? “Nggak. Orang mereka bakal balik lagi (ke Jakarta) kok,” ucapnya lalu tersenyum.
Namun, ketika ditanya lebih lanjut, Taye belum mau mengabarkan rencana kehadiran lagi Metallica itu. Katanya, Oktober nanti ada pemberitahuan dari manajemen Metallica. Yang pasti, pihaknya diundang ke UK (United Kingdom) dalam waktu dekat salah satunya untuk itu. Tim manajemen artis Metallica juga menaungi banyak band rock besar seperti Iron Maiden dan Motorhead.  “Mereka menawarkan kepada kami, band apa lagi yang bisa didatangkan ke Indonesia. Mereka bisa membantu. Insya Allah bisa kasih kabar di bulan Oktober,” tambahnya.

Taye dan timnya terharu saat promotor top Adrie Subono memuji kesuksesan konser Metallica malam itu. Dalam Twitter-nya, Adrie menulis, “Belum ada dalam sejarahnya di Indonesia konser sedahsyat konser Metallica malam ini” pertama kali!!!”
“Kami terharu membacanya. Sebab, dia kan bapak promotor di Indonesia,” tuturnya.

Setelah sukses menggelar konser Metallica, Taye dkk tidak hanya senang karena untung lumayan. Mereka juga senang karena telah menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia bukan negara anarkistis seperti yang dipersepsikan orang luar selama ini. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/