25 C
Medan
Tuesday, November 26, 2024
spot_img

Pertumbuhan Ekonomi Jateng Meningkat, Ganjar Gaspol Penanaman Modal Dalam Negeri dan Asing

SUMUTPOS.CO – Pada periode 2019-2023, Indonesia diterpa pandemi Covid-19 yang tidak hanya memengaruhi sektor kesehatan, tapi juga ekonomi. Kondisi tersebut sempat mengempaskan upaya pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah, salah satunya di Provinsi Jawa Tengah.

“Ada beberapa target yang memang belum berhasil tercapai, karena terkena pandemi Covid-19. Tapi kemudian bisa kita samakan seperti sebelum terkena Covid-19. Kita genjot kades, camat dan seluruhnya untuk bergerakn

alhamdulillah berhasil,” ujar Ganjar Pranowo di alun-alun Kabupaten Brebes pada Sabtu (19/8) lalu.

Seiring meredanya Covid-19, ikhtiar pemerintah bersama elemen warga Jateng membuat perekonomian Jateng semakin baik. Tercatat angka kemiskinan pada Maret 2023 sebesar 3,79 juta orang, turun 66,73 ribu orang bila dibandingkan September 2022, dan turun 39,94 ribu orang bila dibandingkan Maret 2022. Bila dipersentase, jumlah penduduk miskin di Jateng 10,77 persen, hampir menyamai kondisi pada 2019.

Selain itu, Ganjar membeberkan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah menunjukan peningkatan. Bahkan, data BPS Jateng menyebut, angkanya jauh lebih baik daripada pertumbuhan ekonomi nasional. Pada triwulan II 2023, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,23 persen, secara year on year (YoY), sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional 5,17 persen.

Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan selama menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah dua periode, Ganjar yakin perekonomian di Jateng akan semakin maksimal di masa depan.

Karena itu, dia mengajak seluruh pihak untuk selalu pro terhadap investasi. “Kita gaspol investasi, bisa dilakukan bila kita tidak mempersulit perizinan, kalau tak ada pungli, jaga integritas, penegakan hukum bagus, pengusaha kalau datang jangan diperes, jangan dipersulit, itu akan jadi trigger ekonomi,” paparnya.

Salah satu investasi besar yang masuk ke provinsi Jawa Tengah adalah pembangunan pabrik air separation plant (APS) di Kawasan Industri Terpadu Batang. Pabrik milik PT Samator Indonesia Gas itu dibangun dengan nilai investasi sekitar Rp500 miliar.

“Kami menyampaikan terima kasih karena ini plant terbesar dari Samator. Jawa Tengah dan Batang dipercaya untuk itu. Karena itu, mesti dilakukan pelayanan yang juga terbaik, cepat, jangan ada pungli, jangan ada korupsi, dan sebagainya,” kata saat menghadiri groundbreaking APS Samator di Batang pada Jumat (17/3).

Ditambahkannya, setelah semua kebutuhan untuk lokasi pabrik terpenuhi, selanjutnya adalah penyerapan tenaga kerja. Menurut Ganjar suplai tenaga kerja dapat diambil dari masyarakat di Kabupaten Batang, wilayah sekitarnya, atau daerah lain di Jawa Tengah.”Kami mendorong agar warga sekitar menyiapkanman power,” jelasnya.

Pengamat Ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo mengatakan, memang banyak tantangan untuk menarik investor berinvestasi ke suatu daerah. Sehingga memang sangat dibutuhkan komitmen pemerintah daerah dan dukungan semua pihak. Tantangan yang dihadapi termasuk budaya dari masyarakat.

Wahyu mencontohkan masyarakat di Sumut. Pola pikir masyarakat terkadang masih ada orientasi komersil, sehingga begitu tahu kalau ada investor yang akan masuk maka yang ada dipikiran masyarakat adalah duit. Hal inilah yang menjadi tantangan. Disamping tantangan lain seperti infrastruktur dan sebagainya. (rel/wir/ika)

SUMUTPOS.CO – Pada periode 2019-2023, Indonesia diterpa pandemi Covid-19 yang tidak hanya memengaruhi sektor kesehatan, tapi juga ekonomi. Kondisi tersebut sempat mengempaskan upaya pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah, salah satunya di Provinsi Jawa Tengah.

“Ada beberapa target yang memang belum berhasil tercapai, karena terkena pandemi Covid-19. Tapi kemudian bisa kita samakan seperti sebelum terkena Covid-19. Kita genjot kades, camat dan seluruhnya untuk bergerakn

alhamdulillah berhasil,” ujar Ganjar Pranowo di alun-alun Kabupaten Brebes pada Sabtu (19/8) lalu.

Seiring meredanya Covid-19, ikhtiar pemerintah bersama elemen warga Jateng membuat perekonomian Jateng semakin baik. Tercatat angka kemiskinan pada Maret 2023 sebesar 3,79 juta orang, turun 66,73 ribu orang bila dibandingkan September 2022, dan turun 39,94 ribu orang bila dibandingkan Maret 2022. Bila dipersentase, jumlah penduduk miskin di Jateng 10,77 persen, hampir menyamai kondisi pada 2019.

Selain itu, Ganjar membeberkan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah menunjukan peningkatan. Bahkan, data BPS Jateng menyebut, angkanya jauh lebih baik daripada pertumbuhan ekonomi nasional. Pada triwulan II 2023, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,23 persen, secara year on year (YoY), sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional 5,17 persen.

Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan selama menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah dua periode, Ganjar yakin perekonomian di Jateng akan semakin maksimal di masa depan.

Karena itu, dia mengajak seluruh pihak untuk selalu pro terhadap investasi. “Kita gaspol investasi, bisa dilakukan bila kita tidak mempersulit perizinan, kalau tak ada pungli, jaga integritas, penegakan hukum bagus, pengusaha kalau datang jangan diperes, jangan dipersulit, itu akan jadi trigger ekonomi,” paparnya.

Salah satu investasi besar yang masuk ke provinsi Jawa Tengah adalah pembangunan pabrik air separation plant (APS) di Kawasan Industri Terpadu Batang. Pabrik milik PT Samator Indonesia Gas itu dibangun dengan nilai investasi sekitar Rp500 miliar.

“Kami menyampaikan terima kasih karena ini plant terbesar dari Samator. Jawa Tengah dan Batang dipercaya untuk itu. Karena itu, mesti dilakukan pelayanan yang juga terbaik, cepat, jangan ada pungli, jangan ada korupsi, dan sebagainya,” kata saat menghadiri groundbreaking APS Samator di Batang pada Jumat (17/3).

Ditambahkannya, setelah semua kebutuhan untuk lokasi pabrik terpenuhi, selanjutnya adalah penyerapan tenaga kerja. Menurut Ganjar suplai tenaga kerja dapat diambil dari masyarakat di Kabupaten Batang, wilayah sekitarnya, atau daerah lain di Jawa Tengah.”Kami mendorong agar warga sekitar menyiapkanman power,” jelasnya.

Pengamat Ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo mengatakan, memang banyak tantangan untuk menarik investor berinvestasi ke suatu daerah. Sehingga memang sangat dibutuhkan komitmen pemerintah daerah dan dukungan semua pihak. Tantangan yang dihadapi termasuk budaya dari masyarakat.

Wahyu mencontohkan masyarakat di Sumut. Pola pikir masyarakat terkadang masih ada orientasi komersil, sehingga begitu tahu kalau ada investor yang akan masuk maka yang ada dipikiran masyarakat adalah duit. Hal inilah yang menjadi tantangan. Disamping tantangan lain seperti infrastruktur dan sebagainya. (rel/wir/ika)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/