JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Jumlah kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia sudah mencapai 152 orang. Diyakini, Omicron sudah menyebar di tengah masyarakat. Terlebih, dari 152 kasus tersebut, enam di antaranya merupakan transmisi atau penularan lokal. Untuk mengantisipasi lonjakan kasus Omicron, pemerintah telah menyiapkan 120 ribu tempat tidur dan 2.200 ton oksigen per hari di seluruh rumah sakit Indonesia.
MENKES Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, dari 152 kasus Covid-19 Omicron di Tanah Air umumnya bergejala ringan dan tanpa gejala. Mereka tak memerlukan oksigen ataupun perawatan khusus di rumah sakit. Walaupun demikian, pemerintah tetap menyiapkan 120 ribu tempat tidur rumah sakit dan oksigen. “Jumlah tempat tidur di Indonesia ada 400 ribu, 30 persennya sekitar 120 ribu kita dedikasikan ke Covid-19,” ujar Budi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (3/1).
Mantan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini mengungkapkan, sampai saat ini tempat tidur di rumah sakit yang telah terisi sekitar 2.400-2.500. Masih ada lebih dari 110 ribu tempat tidur. “Jadi masih ada room lebih dari 110 ribu yang sebelumnya telah dialokasikan untuk penanganan Covid-19,” katanya.
Budi menambahkan, pemerintah juga telah menyediakan sebanyak 2.200 ton oksigen per hari. Angka ini dinaikkan pemerintah dari 700 ton per hari untuk menghadapi lonjakan kasus Omicron. Budi mengatakan, pemerintah juga telah mendatangkan puluhan ribu konsentrator oksigen. Semuanya telah dikirimkan ke seluruh rumah sakit di Indonesia.
“Kita sejak Juli kemarin sudah mendatangkan 16.000 oxygen concentrator yang kita kirim ke seluruh rumah sakit di seluruh Indonesia, terutama yang akses oksigennya susah. Ini setara dengan 800 ton per hari,” tuturnya.
Pemerintah juga sudah memasang 70 persen atau 31 oksigen generator. Yaitu oksigen yang besar yang bisa mensuplai satu rumah sakit dan juga bisa untuk pengisi tabung. Selain itu, Budi menuturkan, pemerintah juga akan kedatangan obat terapi Covid-19 yakni Molnuvirapir. Obat tersebut disiapkan oleh pemerintah jika terjadi lonjakan kasus varian Omicron.
“Kita sudah simpan dulu. Kalau nanti ada apa-apa, kita sudah siapkan obatnya. Karena ini sudah terbukti bisa mengurangi laju masuknya ke rumah sakit untuk orang-orang yang terkena Covid-19 yang saturasinya masih di atas 94 persen,” jelasnya.
Menurut Budi, secara klinis dapat dilihat bahwa walaupun Omicron bisa menurunkan tingkat perlindungan antibodi yang berasal dari vaksin, namun untuk menembus T-Sel dalam tubuh cukup sulit. Sehingga seseorang yang terinfeksi, umumnya bergejala ringan. “Walaupun Omicron bisa melalui perlindungan tapi perlindungan dari T-selnya masih bisa melindungi dengan cukup baik. Itu yang menjelaskan kenapa hospitalization ratenya yang masuk rumah sakit yang fatal lebih rendah,” ungkapnya.
Indonesia Ranking 40 Dunia
Menkes Budi Gunadi Sadikin juga mengungkapkan, tambahan terbaru kasus Omicron di Indonesia terdiri dari 16 kasus yang merupakan kasus impor dari pelaku perjalanan internasional. Dengan jumlah itu, Menkes Budi menyebut, Indonesia berada di ranking 40 negara kasus Omicron terbanyak di dunia. Dari 152 kasus, 6 di antaranya menular lokal di masyarakat.
“Indonesia ada di posisi 40 jumlahnya per hari ini 152 ada tambahan 16 dibandingkan 2 hari yang lalu dan semuanya berasal dari pelaku perjalanan luar negeri,” kata Menkes Budi secara virtual, Senin (3/1).
“Indonesia Alhamdulillah relatif lebih rendah kalau kita lihat dari populasinya dan juga luas geografisnya ini berhubung karantina kita sudah cukup ketat kita berhasil menahan masuknya omicron kedalam tapi dari 152 kita tahu 6 sudah merupakan transmisi lokal,” jelasnya.
Ia menyebutkan, dari mana saja kasus lokal tersebut berasal. Di antaranya, Jakarta, Bali, Medan, dan Surabaya. “Ada yang datang sebagian besar di Jakarta tapi ada juga yang datang dari Medan dan juga dari Bali dan Surabaya. Jadi kita tetap harus selalu waspada,” jelasnya.
Pasien menular lokal salah satunya merupakan warga Surabaya, Jawa Timur, yang tak punya riwayat perjalanan ke luar negeri. Namun ia memiliki riwayat perjalanan berlibur dari Bali. Pemeriksaan dilaporkan awalnya oleh tim laboratorium Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Namun belum disebutkan secara rinci bagaimana kondisi pasien dan siapa profilnya, laki-laki atau perempuan. “Ditunggu informasi resmi dari Jatim ya (soal profilnya),” tegas Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi kepada JawaPos.com.
Yang bersangkutan, kata Nadia, terdeteksi lewat pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS). Hasil sample PCR pasien diperiksa dengan WGS. “(Terdeteksi) dengan WGS,” ungkapnya singkat.
Sudah Menyebar ke Mana-mana
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Panjaitan meyakini, Covid-19 varian Omicron sudah menyebar di tengah masyarakat. Terlebih, kasus varian Omicron di Indonesia sudah mencapai 152. Enam di antaranya merupakan transmisi atau penularan lokal. “Saya jujur, kalau melihat tadi (varian Omicron) sudah menyebar di mana-mana, ya tidak mungkin Omicron itu tidak ada di publik, sudah ada,” kata Luhut dalam konferensi pers di Youtube Sekretariat Presiden, Senin (3/1).
Dia menyebut, adanya laporan bahwa satu pasien Omicron yang bertemu dengan belasan orang. Namun, belasan orang tersebut dinyatakan negatif Covid-19 saat dites. Kendati begitu, Luhut mengingatkan, masyarakat untuk tetap waspada. Sebab, bisa saja mereka tidak terinfeksi varian Omicron karena memiliki antibodi yang cukup kuat. “Kita tidak tahu mungkin antibodi kita sudah cukup kuat, kita hanya terpapar tidak terinfeksi bisa juga begitu,” ujarnya.
Dia memastikan, pemerintah telah melakukan persiapan untuk menghadapi lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron. Mulai dari, rumah sakit, alat-alat kesehatan, hingga tempat untuk karantina.
Di sisi lain, Luhut mengimbau masyarakat untuk tidak paranoid dengan munculnya varian Omicron. Dia meminta masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan agar tak tertular varian Omicron.
“Kita tidak perlu takut berlebihan, paranoid tapi pemakaian ini dalam ruang-ruang publik itu diharuskan. Jadi saya pikir kita tetap rileks, tapi disiplin, itu saya kira akan bisa mencegah kita masuk kepada keadaan seperti yang lalu,” jelas Luhut.
Menurutnya, meskipun program vaksinasi terus berjalan namun sikap waspada juga senantiasa dijaga. Karenanya, lanjut Luhut, pemerintah meminta agar masyarakat tetap mematuhi dan disiplin dalam penerapan protokol kesehatan Covid-19. Sebab, dalam perkembangannya di dunia manapun yang menyebabkan adanya lonjakan kasus adalah persoalan disiplin prokes yang rendah.
“Karena kalau tidak, tadi Presiden mengingatkan kita, nanti kita tidak disiplin dan kunci kita lihat Omicron berkembang di dunia mana pun itu adalah masalah disiplin. Disiplin masalah masker, disiplin tadi masalah vaksin, disiplin cuci tangan dan seterusnya. Jadi kata kunci harus disiplin,” ungkapnya.
Luhut mengklaim, saat ini kondisi Indonesia pada masa pandemi yang masih berlangsung jauh lebih baik dibandingkan dengan negara lain seperti India, bahkan Amerika dan Inggris. Hal itu karena kebijakan wajib masker di area umum dapat meminimalisir penularan sehingga angka penularan dapat ditekan.
Luhut menambahkan, pemerintah selalu mengevaluasi terkait kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi terkini dan perkembangan Covid-19 itu sendiri. Sehingga pertemuan rutin selalu dilakukan dengan melibatkan para pakar yang kompeten. “Jadi kita tidak perlu merasa bahwa kita ini seperti kalah. Kita justru orang lain sekarang banyak mulai berkaca kepada kita kenapa Indonesia bisa mengcontain atau memelihara keadaan seperti ini,” pungkasnya. (jpc/mdc)