30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

2 Kasus Mutasi Virus Corona B.1.1.7, Masuk RI dari Arab Saudi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dua kasus mutasi virus corona asal Inggris atau B.1.1.7 yang masuk ke Indonesia, ternyata berasal dari WNI yang kembali dari Arab Saudi. “Ini dari pelaku perjalanan yang kembali dari Arab Saudi ya,” kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi, Rabu (3/3).

NADIA MENGATAKAN, mutasi virus corona B.1.1.7 berbeda dari virus corona yang muncul pertama kali di Wuhan, China. Kata dia, mutasi virus corona tersebut lebih cepat menular. Namun, tidak mematikan. “WHO belum mendapatkan laporan bukti bahwa virus mutasi Covid-19 ini lebih tinggi tingkat keganasannya,” ujar dia.

Gejala yang ditimbulkan mutasi virus corona ini sama seperti virus corona yang ada. Kendati demikian, ia meminta masyarakat semakin waspada dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus. “Dan segera mengetahui secara dinin

kalau kita ada kemungkinan Covid-19 dengan tes dini dan melakukan isolasi,” ucap Nadia.

Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono mengonfirmasi, mutasi virus corona dari Inggris atau B.1.1.7 sudah masuk ke Indonesia. Dante mengatakan, sudah ditemukan dua kasus Covid-19 dengan mutasi virus corona tipe B.1.1.7 tersebut. “Tadi malam saya mendapatkan informasi bahwa dalam tepat satu tahun hari ini kita menemukan mutasi B.1.1.7 UK di Indonesia. Ini fresh from the oven baru tadi malam ditemukan dua kasus,” kata Dante dalam acara “Inovasi Indonesia untuk Indonesia Pulih Pasca Pandemi”, Selasa (2/3).

TKI Asal Karawang

Diketahui, dua tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Karawang, Jawa Barat, M (40) dan A (45) terpapar varian baru virus corona B.1.1.7. Kedua perempuan pekerja migran itu baru pulang dari Arab Saudi. M berasal dari Kecamatan Lemahabang, Karawang. Ia bersama 49 orang lainnya pulang ke Tanah Air menggunakan maskapai Qatar Airways pada 28 Januari 2021.

Sesuai peraturan, mereka harus menjalani karantina usai tiba di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta). Sebelum dikarantina, mereka dites menggunakan PCR. Hasilnya, ditemukan 7 orang positif Covid-19, yakni 3 dari Karawang, 2 dari Cianjur dua, 1 dari Bekasi 1, dan 1 dari Sukabumi 1.

“Dari 7 positif ini sudah dilakukan penelitian di Litbangkes, ternyata terdapat satu yang terkena virus (corona) B.1.1.7. Kebetulan itu dari Karawang,” ujar Pelaksana Kepala Dinas Kesehatan Karawang Nanik Jodjana saat ditemui di Gedung Singaperbangsa, Kompleks Kantor Pemkab Karawang, Rabu (3/3).

Kemudian, pada 31 Januari 2021, A, asal Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, pulang ke Indonesia dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Dari total 33 penumpang, ditemukan 4 orang positif Covid-19. “Dari 4 positif itu, ada dari Karawang 2, dan satunya terkena B.1.1.7,” ujar Nanik.

Nanik mengatakan, kedua warga yang terjangkit virus corona B.1.1.7 itu pulang ke Karawang pada empat hari lalu, setelah masa karantina di Jakarta selesai. Saat pulang ke Karawang, M dan A sudah negatif Covid-19.

Setelah menerima informasi dari Kementerian Kesehatan RI bahwa dua warga Karawang itu terjangkit virus corona varian baru, pihaknya langsung bergerak. Dinkes Karawang bersama Dinkes Provinsi Jabar, Kemenkes RI, dan Balitbangkes langsung mendatangi tempat tinggal M dan A. “Arahan dari Gubernur, harus cepat dan waspada,” ujar Nanik.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil juga berpesan agar berhati-hati dengan virus corona varian baru ini. Virus Corona B.1.1.7 diketahui pertama kali ditemukan di Inggris pada September 2020. Virus ini lebih cepat menyebar ketimbang varian Covid-19 yang ada sebelumnya. Nanik menyebut, ini pertama kali virus varian ini ditemukan di Indonesia. “Sehingga pemerintah mengantisipasi supaya jangan cepat menyebar. Kita langsung lakukan tracing dan testing,” ujar dia.

Nanik mengatakan, saat ini M dan A dalam kondisi baik. Tim telah turun langsung melakukan tracing dan testing. Sebab di kediaman A ada 4 orang yang tinggal, termasuk anaknya. “Masih (isolasi) di rumah masing-masing,” kata dia.

Bagaimana Efektivitas Vaksin?

Tepat setahun pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, kita mendapatkan kabar tentang masuknya mutasi virus corona asal Inggris atau B.1.1.7 ke Indonesia. Beberapa negara lain juga sudah melaporkan penemuan kasus dari mutasi virus ini, termasuk Singapura, India, Malaysia, hingga Korea Selatan. Di beberapa negara, varian ini bahkan sudah menjadi strain yang dominan.

Di sisi lain, program vaksinasi Covid-19 kini sedang dijalani, termasuk di tanah air. Bagaimana efektivitas vaksin menyusul adanya strain baru yang masuk ke Indonesia?

Vaksin yang saat ini sudah didistribusikan ke masyarakat adalah vaksin dari Sinovac, yang jumlahnya ditargetkan mencapai 185 juta dosis. Selain Sinovac, pemerintah masih menunggu pengadaan vaksin dari sejumlah produsen, antara lain Pfizer, AstraZeneca dan Novavax. Sejauh ini, vaksin-vaksin yang ada disebut masih efektif untuk “melawan” strain virus corona yang ada di tanah air.

“Sampai sejauh ini vaksin yang ada, termasuk Sinovac, masih efektif untuk mencegah terinfeksi virus yang mengalami mutasi ini,” ungkap Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, Selasa (3/3).

Efektivitas vaksin terhadap B.1.1.7 juga telah banyak menjadi pembahasan di berbagai negara.

Laman DW, misalnya, menyoroti kemungkinan kemanjuran vaksin yang bisa berubah saat varian baru virus corona muncul. Menurut para ilmuwan dari Universitas Cambridge, vaksin Pfizer-BioNTech kemungkinan besar masih efektif melawan varian virus B.1.1.7 yang disebut lebih mudah menular. Namun, kemanjurannya mungkin sedikit terpengaruh.

Sementara Medical News Today menyebut adanya sebuah penelitian yang menemukan bahwa dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech tetap akan efektif terhadap mutasi virus corona B.1.1.7. Makalah penelitian yang diterbitkan di jurnal Science tersebut mencatat, vaksin cukup merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam jumlah yang cukup, yang dapat menetralkan varian SARS-CoV-2 baru.

Penelitian tersebut menggunakan “pseudovirus”, yang mengandung karakteristik protein lonjakan baik dari varian B.1.1.7 maupun varian yang lebih lama, yang awalnya muncul di Wuhan, China. Saat menggunakan protein lonjakan varian baru, ada sedikit penurunan antibodi penetral pada peserta yang lebih muda, tetapi tidak ada penurunan pada peserta yang lebih tua.

Para ilmuwan berpikir bahwa penurunan yang sedikit itu tidak signifikan secara biologis. Oleh karena itu mereka menyimpulkan bahwa vaksin Pfizer-BioNTech masih efektif atau masih akan memberikan perlindungan yang cukup terhadap varian baru. Begitu juga dengan vaksin Moderna. Riset terbaru yang belum melalui ulasan dari sejawat menemukan hasil serupa untuk vaksin Moderna.

Produsen vaksin Moderna merilis pernyataan pada akhir Januari 2021, yang menyatakan bahwa vaksin mereka masih menawarkan perlindungan tidak hanya terhadap varian B.1.1.7 tetapi juga varian B.1.351, yang pertama kali diidentifikasi oleh para ilmuwan di Afrika Selatan.

Masuknya mutasi virus corona B.1.1.7 idealnya bisa menjadi pengingat bagi kita untuk lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Apalagi, Ari menambahkan, strain ini diketahui dapat menular dengan lebih cepat dan menyerang usia muda, walaupun keganasannya masih menjadi pertanyaan.

“Tetap 3M dan juga konsisten skrining pada pintu2 masuk Indonesia, 3T (testing, tracing, treatment) harus ketat, dan support pemerintah untuk pelaksanaan sequencing ditingkatkan,” ungkapnya.

Guru besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI itu mengingatkan agar strain ini tidak menyebabkan gelombang kedua di Indonesia. Masuknya B.1.1.7 ke tanah air menurutnya harus mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah. Termasuk mempercepat jalannya program vaksinasi Covid-19 yang kini sudah berjalan dan memperketat pintu-pintu masuk ke Indonesia.

“Pintu-pintu masuk Indonesia tetap harus dijaga ketat untuk men-skrining adanya WNI atau WNA yang masuk Indonesia dengan membawa virus strain B.1.1.7 ini,” ujar Ari.

8 Ciri Terinfeksi Varian Baru

Dalam sebuah riset yang dilakukan di Inggris, seseorang yang terinfeksi Covid-19 akan mengalami gejala dalam waktu 2-14 hari.

Berikut gejala terbaru COVID-19 yang perlu diwaspadai dikutip dari Times of India, Rabu (3/3):

  1. Demam: Menurut data terbaru ONS, terdapat sekitar 19 persen pasien COVID-19 yang melaporkan mengalami demam karena varian asli virus Corona. Namun, terdapat 22 persen pasien yang dikaitkan dengan varian baru virus tersebut.
  2. Batuk: Sebanyak 35 persen pasien mengalami gejala batuk setelah terinfeksi varian baru COVID-19. Di sisi lain, pasien yang mengalami gejala batuk akibat varian virus asli hanya sebanyak 28 persen saja.
  3. Sesak Napas: Sesak napas merupakan gejala umum yang kerap dialami oleh pasien terinfeksi COVID-19. Gejala ini kerap dialami oleh orang-orang terinfeksi varian virus asli dan juga varian baru Corona.
  4. Nyeri Otot: Sebanyak 21 persen pasien terinfeksi virus Corona mengalami nyeri otot. Pada varian baru COVID-19, diketahui terdapat sebanyak 24 pasien yang juga mengalami hal yang sama.
  5. Kehilangan Indra Penciuman dan Perasa: Menurut data, terdapat sekitar 18-19 persen pasien yang terinfeksi strain asli Corona yang mengeluhkan kehilangan indera penciuman dan perasa, sedangkan pada varian baru Corona, sebanyak 15 persen pasien yang mengeluh mengalami hilangnya indra perasa.
  6. Sakit Kepala: Sakit kepala juga merupakan gejala lain yang turut dialami oleh pasien-pasien yang terlibat dalam penelitian tersebut.
  7. Sakit Tenggorokan: Pada pasien terinfeksi varian baru Corona, terdapat sebanyak 22 persen pasien yang mengalami gejala sakit tenggorokan. Sementara itu, pasien terinfeksi strain asli Corona yang mengalami sakit tenggorokan hanya sebanyak 19 persen.
  8. Gejala gastrointesnial: Studi yang dilakukan oleh ONS tersebut juga menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan persentase gejala gastrointesnial yang dialami pasien terinfeksi kedua kelompok varian Corona tersebut.

Sementara itu, menurut United Kingdom NHS dan Express, selain ke-8 gejala di atas, terdapat beberapa gejala lainnya dari varian baru Corona ini, yakni diare, konjungtivitis (mata merah), ruam pada kulit, perubahan warna pada jari tangan serta kaki, kelelahan, pilek, dan muntah-muntah. (kps/net)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Dua kasus mutasi virus corona asal Inggris atau B.1.1.7 yang masuk ke Indonesia, ternyata berasal dari WNI yang kembali dari Arab Saudi. “Ini dari pelaku perjalanan yang kembali dari Arab Saudi ya,” kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi, Rabu (3/3).

NADIA MENGATAKAN, mutasi virus corona B.1.1.7 berbeda dari virus corona yang muncul pertama kali di Wuhan, China. Kata dia, mutasi virus corona tersebut lebih cepat menular. Namun, tidak mematikan. “WHO belum mendapatkan laporan bukti bahwa virus mutasi Covid-19 ini lebih tinggi tingkat keganasannya,” ujar dia.

Gejala yang ditimbulkan mutasi virus corona ini sama seperti virus corona yang ada. Kendati demikian, ia meminta masyarakat semakin waspada dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus. “Dan segera mengetahui secara dinin

kalau kita ada kemungkinan Covid-19 dengan tes dini dan melakukan isolasi,” ucap Nadia.

Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono mengonfirmasi, mutasi virus corona dari Inggris atau B.1.1.7 sudah masuk ke Indonesia. Dante mengatakan, sudah ditemukan dua kasus Covid-19 dengan mutasi virus corona tipe B.1.1.7 tersebut. “Tadi malam saya mendapatkan informasi bahwa dalam tepat satu tahun hari ini kita menemukan mutasi B.1.1.7 UK di Indonesia. Ini fresh from the oven baru tadi malam ditemukan dua kasus,” kata Dante dalam acara “Inovasi Indonesia untuk Indonesia Pulih Pasca Pandemi”, Selasa (2/3).

TKI Asal Karawang

Diketahui, dua tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Karawang, Jawa Barat, M (40) dan A (45) terpapar varian baru virus corona B.1.1.7. Kedua perempuan pekerja migran itu baru pulang dari Arab Saudi. M berasal dari Kecamatan Lemahabang, Karawang. Ia bersama 49 orang lainnya pulang ke Tanah Air menggunakan maskapai Qatar Airways pada 28 Januari 2021.

Sesuai peraturan, mereka harus menjalani karantina usai tiba di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta). Sebelum dikarantina, mereka dites menggunakan PCR. Hasilnya, ditemukan 7 orang positif Covid-19, yakni 3 dari Karawang, 2 dari Cianjur dua, 1 dari Bekasi 1, dan 1 dari Sukabumi 1.

“Dari 7 positif ini sudah dilakukan penelitian di Litbangkes, ternyata terdapat satu yang terkena virus (corona) B.1.1.7. Kebetulan itu dari Karawang,” ujar Pelaksana Kepala Dinas Kesehatan Karawang Nanik Jodjana saat ditemui di Gedung Singaperbangsa, Kompleks Kantor Pemkab Karawang, Rabu (3/3).

Kemudian, pada 31 Januari 2021, A, asal Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, pulang ke Indonesia dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia. Dari total 33 penumpang, ditemukan 4 orang positif Covid-19. “Dari 4 positif itu, ada dari Karawang 2, dan satunya terkena B.1.1.7,” ujar Nanik.

Nanik mengatakan, kedua warga yang terjangkit virus corona B.1.1.7 itu pulang ke Karawang pada empat hari lalu, setelah masa karantina di Jakarta selesai. Saat pulang ke Karawang, M dan A sudah negatif Covid-19.

Setelah menerima informasi dari Kementerian Kesehatan RI bahwa dua warga Karawang itu terjangkit virus corona varian baru, pihaknya langsung bergerak. Dinkes Karawang bersama Dinkes Provinsi Jabar, Kemenkes RI, dan Balitbangkes langsung mendatangi tempat tinggal M dan A. “Arahan dari Gubernur, harus cepat dan waspada,” ujar Nanik.

Gubernur Jabar Ridwan Kamil juga berpesan agar berhati-hati dengan virus corona varian baru ini. Virus Corona B.1.1.7 diketahui pertama kali ditemukan di Inggris pada September 2020. Virus ini lebih cepat menyebar ketimbang varian Covid-19 yang ada sebelumnya. Nanik menyebut, ini pertama kali virus varian ini ditemukan di Indonesia. “Sehingga pemerintah mengantisipasi supaya jangan cepat menyebar. Kita langsung lakukan tracing dan testing,” ujar dia.

Nanik mengatakan, saat ini M dan A dalam kondisi baik. Tim telah turun langsung melakukan tracing dan testing. Sebab di kediaman A ada 4 orang yang tinggal, termasuk anaknya. “Masih (isolasi) di rumah masing-masing,” kata dia.

Bagaimana Efektivitas Vaksin?

Tepat setahun pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, kita mendapatkan kabar tentang masuknya mutasi virus corona asal Inggris atau B.1.1.7 ke Indonesia. Beberapa negara lain juga sudah melaporkan penemuan kasus dari mutasi virus ini, termasuk Singapura, India, Malaysia, hingga Korea Selatan. Di beberapa negara, varian ini bahkan sudah menjadi strain yang dominan.

Di sisi lain, program vaksinasi Covid-19 kini sedang dijalani, termasuk di tanah air. Bagaimana efektivitas vaksin menyusul adanya strain baru yang masuk ke Indonesia?

Vaksin yang saat ini sudah didistribusikan ke masyarakat adalah vaksin dari Sinovac, yang jumlahnya ditargetkan mencapai 185 juta dosis. Selain Sinovac, pemerintah masih menunggu pengadaan vaksin dari sejumlah produsen, antara lain Pfizer, AstraZeneca dan Novavax. Sejauh ini, vaksin-vaksin yang ada disebut masih efektif untuk “melawan” strain virus corona yang ada di tanah air.

“Sampai sejauh ini vaksin yang ada, termasuk Sinovac, masih efektif untuk mencegah terinfeksi virus yang mengalami mutasi ini,” ungkap Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, Selasa (3/3).

Efektivitas vaksin terhadap B.1.1.7 juga telah banyak menjadi pembahasan di berbagai negara.

Laman DW, misalnya, menyoroti kemungkinan kemanjuran vaksin yang bisa berubah saat varian baru virus corona muncul. Menurut para ilmuwan dari Universitas Cambridge, vaksin Pfizer-BioNTech kemungkinan besar masih efektif melawan varian virus B.1.1.7 yang disebut lebih mudah menular. Namun, kemanjurannya mungkin sedikit terpengaruh.

Sementara Medical News Today menyebut adanya sebuah penelitian yang menemukan bahwa dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech tetap akan efektif terhadap mutasi virus corona B.1.1.7. Makalah penelitian yang diterbitkan di jurnal Science tersebut mencatat, vaksin cukup merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam jumlah yang cukup, yang dapat menetralkan varian SARS-CoV-2 baru.

Penelitian tersebut menggunakan “pseudovirus”, yang mengandung karakteristik protein lonjakan baik dari varian B.1.1.7 maupun varian yang lebih lama, yang awalnya muncul di Wuhan, China. Saat menggunakan protein lonjakan varian baru, ada sedikit penurunan antibodi penetral pada peserta yang lebih muda, tetapi tidak ada penurunan pada peserta yang lebih tua.

Para ilmuwan berpikir bahwa penurunan yang sedikit itu tidak signifikan secara biologis. Oleh karena itu mereka menyimpulkan bahwa vaksin Pfizer-BioNTech masih efektif atau masih akan memberikan perlindungan yang cukup terhadap varian baru. Begitu juga dengan vaksin Moderna. Riset terbaru yang belum melalui ulasan dari sejawat menemukan hasil serupa untuk vaksin Moderna.

Produsen vaksin Moderna merilis pernyataan pada akhir Januari 2021, yang menyatakan bahwa vaksin mereka masih menawarkan perlindungan tidak hanya terhadap varian B.1.1.7 tetapi juga varian B.1.351, yang pertama kali diidentifikasi oleh para ilmuwan di Afrika Selatan.

Masuknya mutasi virus corona B.1.1.7 idealnya bisa menjadi pengingat bagi kita untuk lebih disiplin menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Apalagi, Ari menambahkan, strain ini diketahui dapat menular dengan lebih cepat dan menyerang usia muda, walaupun keganasannya masih menjadi pertanyaan.

“Tetap 3M dan juga konsisten skrining pada pintu2 masuk Indonesia, 3T (testing, tracing, treatment) harus ketat, dan support pemerintah untuk pelaksanaan sequencing ditingkatkan,” ungkapnya.

Guru besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI itu mengingatkan agar strain ini tidak menyebabkan gelombang kedua di Indonesia. Masuknya B.1.1.7 ke tanah air menurutnya harus mendapatkan perhatian penuh dari pemerintah. Termasuk mempercepat jalannya program vaksinasi Covid-19 yang kini sudah berjalan dan memperketat pintu-pintu masuk ke Indonesia.

“Pintu-pintu masuk Indonesia tetap harus dijaga ketat untuk men-skrining adanya WNI atau WNA yang masuk Indonesia dengan membawa virus strain B.1.1.7 ini,” ujar Ari.

8 Ciri Terinfeksi Varian Baru

Dalam sebuah riset yang dilakukan di Inggris, seseorang yang terinfeksi Covid-19 akan mengalami gejala dalam waktu 2-14 hari.

Berikut gejala terbaru COVID-19 yang perlu diwaspadai dikutip dari Times of India, Rabu (3/3):

  1. Demam: Menurut data terbaru ONS, terdapat sekitar 19 persen pasien COVID-19 yang melaporkan mengalami demam karena varian asli virus Corona. Namun, terdapat 22 persen pasien yang dikaitkan dengan varian baru virus tersebut.
  2. Batuk: Sebanyak 35 persen pasien mengalami gejala batuk setelah terinfeksi varian baru COVID-19. Di sisi lain, pasien yang mengalami gejala batuk akibat varian virus asli hanya sebanyak 28 persen saja.
  3. Sesak Napas: Sesak napas merupakan gejala umum yang kerap dialami oleh pasien terinfeksi COVID-19. Gejala ini kerap dialami oleh orang-orang terinfeksi varian virus asli dan juga varian baru Corona.
  4. Nyeri Otot: Sebanyak 21 persen pasien terinfeksi virus Corona mengalami nyeri otot. Pada varian baru COVID-19, diketahui terdapat sebanyak 24 pasien yang juga mengalami hal yang sama.
  5. Kehilangan Indra Penciuman dan Perasa: Menurut data, terdapat sekitar 18-19 persen pasien yang terinfeksi strain asli Corona yang mengeluhkan kehilangan indera penciuman dan perasa, sedangkan pada varian baru Corona, sebanyak 15 persen pasien yang mengeluh mengalami hilangnya indra perasa.
  6. Sakit Kepala: Sakit kepala juga merupakan gejala lain yang turut dialami oleh pasien-pasien yang terlibat dalam penelitian tersebut.
  7. Sakit Tenggorokan: Pada pasien terinfeksi varian baru Corona, terdapat sebanyak 22 persen pasien yang mengalami gejala sakit tenggorokan. Sementara itu, pasien terinfeksi strain asli Corona yang mengalami sakit tenggorokan hanya sebanyak 19 persen.
  8. Gejala gastrointesnial: Studi yang dilakukan oleh ONS tersebut juga menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan persentase gejala gastrointesnial yang dialami pasien terinfeksi kedua kelompok varian Corona tersebut.

Sementara itu, menurut United Kingdom NHS dan Express, selain ke-8 gejala di atas, terdapat beberapa gejala lainnya dari varian baru Corona ini, yakni diare, konjungtivitis (mata merah), ruam pada kulit, perubahan warna pada jari tangan serta kaki, kelelahan, pilek, dan muntah-muntah. (kps/net)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/