26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Cerita Asmara se-Marga yang Ditentang Adat Batak

Bonaran Promosi Tapanuli Tengah Lewat Film Layar Lebar

Pernah tahu film Kingkong pertama yang cukup fenomenal di dunia perfilman internasional beberapa waktu lalu? Ternyata pembuatannya di Pulau Mursala, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara.

MENGETAHUI hal ini tentu sangat menggelitik Bupati Bonaran Situmeang. Hingga akhirnya bersama RAJS Production, ia terpanggil membuat film layar lebar mengangkat keindahan pulau tersebut.

Menurutnya di Jakarta, Sabtu (4/2), sebenarnya keindahan Tapteng tidak hanya terdapat di Pulau Mursala. Namun hampir di seluruh Tapteng, terutama di 30 pulau yang ada di kabupaten tersebut.

Hanya sayangnya, keindahan ini hampir tidak pernah terekspose secaramaksimal.“PadahaldiPulau Mursala, terdapat salah satu yang saya sebut keajaiban dunia. Karena selain alamnya yang begitu indah, juga terdapat sebuah air terjun air tawar yang langsung jatuh ke laut,”ungkapnya.

Film berdurasi 100 menit ini menurut rencana akan digarap dengan tidak hanya bertujuan mempromosikan pariwisata Tapteng semata. Namun juga melestarikan budaya adat batak yang ada.

Untuk itu dari 30 hari shooting yang dijadwalkan, sutradara Viva Westy mengaku sebagian besarnya akan dilakukan di pulau tersebut. Dengan tentunya mengutamakan para pemain yang berasal dari Tapteng.

Dan hanya empat pemain utama yang dibawa dari Jakarta.

Film Mursala sendiri berkisah percintaan. Anggiat Saragi yang diperankan Rio Dewanto, tersebut seorang pengacara sukses di Jakarta.

Namun sebagai orang Batak, ia tetap harus tunduk pada adat. Permasalahan muncul saat ia menjalin cinta dengan Clarisa Turnip.

Sebab menurut adat, kedua marga ini tidak boleh menikah karena masih satu marga. Ditengah kegalauan, Anggiat kembali bertemu dengan paribannya Bonatiur Sinaga yang diperankan oleh Titi Shuman.

“Saya pecinta film. Makanya terhadap sutradara saya akan kritis. Agar film ini benar-benar nantinya memiliki skenario kuat. Demikian juga ceritnya harus dalam. Makanya saya akan turun langsung,” ungkap Bupati yang menyatakan meski tidak ada anggaran dari APBD Tapteng yang dialokasikan untuk film ini, namun memastikanPemdaakanmemberi support secara maksimal. Termasuk soal izin, tempat, dan banyak hal lainnya.

“Kebetulan saya bekerja di kantor pengacara Bonaran Situmeang sebelum beliau menjadi bupati.

Keterharuan saya muncul waktu kampenya, Bonaran bilang apa yang mau kita buat untuk kampung halaman? Makanya kita tergerak untuk buat film, apalagi Pulau Mursala itu benar- benar indah. Letaknya ditengah laut, di Samudera Hindia. Bahkan diatas ada pulau itu juga terdapat danau,” ungkap eksekutif Produser Anna Sinaga yang juga berprofesi sebagai seorang advocate ini.(san)

Bonaran Promosi Tapanuli Tengah Lewat Film Layar Lebar

Pernah tahu film Kingkong pertama yang cukup fenomenal di dunia perfilman internasional beberapa waktu lalu? Ternyata pembuatannya di Pulau Mursala, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara.

MENGETAHUI hal ini tentu sangat menggelitik Bupati Bonaran Situmeang. Hingga akhirnya bersama RAJS Production, ia terpanggil membuat film layar lebar mengangkat keindahan pulau tersebut.

Menurutnya di Jakarta, Sabtu (4/2), sebenarnya keindahan Tapteng tidak hanya terdapat di Pulau Mursala. Namun hampir di seluruh Tapteng, terutama di 30 pulau yang ada di kabupaten tersebut.

Hanya sayangnya, keindahan ini hampir tidak pernah terekspose secaramaksimal.“PadahaldiPulau Mursala, terdapat salah satu yang saya sebut keajaiban dunia. Karena selain alamnya yang begitu indah, juga terdapat sebuah air terjun air tawar yang langsung jatuh ke laut,”ungkapnya.

Film berdurasi 100 menit ini menurut rencana akan digarap dengan tidak hanya bertujuan mempromosikan pariwisata Tapteng semata. Namun juga melestarikan budaya adat batak yang ada.

Untuk itu dari 30 hari shooting yang dijadwalkan, sutradara Viva Westy mengaku sebagian besarnya akan dilakukan di pulau tersebut. Dengan tentunya mengutamakan para pemain yang berasal dari Tapteng.

Dan hanya empat pemain utama yang dibawa dari Jakarta.

Film Mursala sendiri berkisah percintaan. Anggiat Saragi yang diperankan Rio Dewanto, tersebut seorang pengacara sukses di Jakarta.

Namun sebagai orang Batak, ia tetap harus tunduk pada adat. Permasalahan muncul saat ia menjalin cinta dengan Clarisa Turnip.

Sebab menurut adat, kedua marga ini tidak boleh menikah karena masih satu marga. Ditengah kegalauan, Anggiat kembali bertemu dengan paribannya Bonatiur Sinaga yang diperankan oleh Titi Shuman.

“Saya pecinta film. Makanya terhadap sutradara saya akan kritis. Agar film ini benar-benar nantinya memiliki skenario kuat. Demikian juga ceritnya harus dalam. Makanya saya akan turun langsung,” ungkap Bupati yang menyatakan meski tidak ada anggaran dari APBD Tapteng yang dialokasikan untuk film ini, namun memastikanPemdaakanmemberi support secara maksimal. Termasuk soal izin, tempat, dan banyak hal lainnya.

“Kebetulan saya bekerja di kantor pengacara Bonaran Situmeang sebelum beliau menjadi bupati.

Keterharuan saya muncul waktu kampenya, Bonaran bilang apa yang mau kita buat untuk kampung halaman? Makanya kita tergerak untuk buat film, apalagi Pulau Mursala itu benar- benar indah. Letaknya ditengah laut, di Samudera Hindia. Bahkan diatas ada pulau itu juga terdapat danau,” ungkap eksekutif Produser Anna Sinaga yang juga berprofesi sebagai seorang advocate ini.(san)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/