3 WNA Afghanistan Ditangkap, 4 Kabur
PADANG-Tujuh Warga Negara Asing (WNA) Afghanistan, diamankan jajaran Polresta Padangpanjang saat razia multi sasaran di Jembatan Kembar Silaiang Bawah, Sabtu (4/2) dinihari. Ketujuh WNA ini tak memiliki visa. Satu di antaranya, Hussain Nabi, tak memiliki paspor. Saat ditanya petugas, mereka tidak bisa menjelaskan tujuan perjalanan mreka.
Razia dipimpin Kasat Lantas, AKP Sodikin Fachrozinur selaku ketua Tim 6. Aparat menyetop mobil APV nopol BA 1719 RL yang dikemudikan Nal (54) membawa tujuh WNA (6 laki-laki dan satu perempuan) tersebut.
Yakni, Hsan Ali (64) Mehdi (18) Hussain Nabi (30) Fatema (perempuan) (27) Esaq Ali (48) Ghazni (45) dan Abdul Hamid (48) Untuk kepentingan penyelidikan, ketujuhnya digelandang ke Mapolresta untuk penyelidikan lebih lanjut.
Namun, apa yang terjadi? Empat dari tujuh WNA berhasil kabur saat sedang menunaikan salat Subuh di mushalla Mapolres. WNA yang kabur itu; Fatema (perempuan), 27, Esaq Ali, 48, Ghazni, 45 dan Abdul Hamid, 48.
Dalam menjalankan proses pemeriksaan, aparat penyidik mengalami kesulitan karena tiga WNA tersebut tidak bisa berbahasa Arab dan Inggris dengan fasih. Dari keterangan penyidik, ketujuh WNA ini terbagi dalam dua rombongan.
Rombongan pertama, Hsan Ali, 64, Mehdi, 18, Hussain Nabi, 30. Rombongan kedua, Fatema, 27, Esaq Ali, 48, Ghazni, 45 dan Abdul Hamid, 48.
“Mereka mengaku bertemu di Pekanbaru.
Pengakuan mereka, ia pernah ditelepon temannya yang akan memberangkatkan mereka ke Australia,” ujarKapolrestaPadangpanjang, AKBP Sofyan Hidayat didampingi Kasat Reskrim, AKP Abdurochman dan Kasat Intel, AKP John Hendri.
Pengakuan ketiga WNA, mereka mengaku tidak sama berangkat dari Afghanistan. Ini dibuktikan dengan tanggal keberangkatan dari Dubai yang terdapat di paspor mereka. Dari pengakuannya, mereka hendak ke Australiauntukmencaripekerjaansetelah berhasil keluar dari negaranya yang sedang berkecamuk perang.
Kapolres menjelaskan, penanganan selanjutnya akan diserahkan ke pihak Imigrasi Bukittinggi. Sebelum diserahkan ke pihak Imigrasi Bukittinggi, WNA tersebut lebih dulu dibuatkan berita acara pemeriksaan dan serah terima terhadap pihak Imigrasi. “Kita hanya melakukan sebatas pengamanan.
Setelah itu, kita serahkan ke pihak Imigrasi Bukittinggi dengan pengawalan ketat,” tutur Sofyan.
Salah seorang WNA, Mehdi (18) kepada Padang Ekspres (Group Sumut Pos) menceritakan dirinya bersama enam rekan lainnya telah terluntang lantung di Indonesia sejak sebulan lalu. Keberangkatan dirinya dari Dubai menggunakan pesawat juga atas suruhan orang yang tidak mengetahui kemana tujuan pesawat tersebut.
Mehdi sendiri, melarikan diri dari negaranya. Keluarganya banyak tewas selama peperangan. “Saya bersama dua teman lainnya ingin ke Australia untuk mencari pekerjaan,” ulasnya.
Mehdi menceritakan, di Pekanbaru dirinya bersama teman lainnya tidak tahu harus ke mana. Mereka naik ke mobil di Panam, Kota Pekanbaru.
Mehdi juga mengaku tidak mengenal daerah Pekanbaru. “Sejak mendarat di Indonesia, kami hanya terus bergerak menaiki kendaraan apa saja dengan satu tujuan akhir.
Bagaimana bisa sampai ke Australia,” ungkapnya.
Begitu juga dengan nasib puluhan imigran gelap asal Pakistan, Afganistan, Saudi Arabia dan Iran. Mereka gagal menyeberang dari Dermaga Pantai Pamayang, Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya ke Australia Sabtu (4/2) dinihari. Dikabarkan kapal yang mereka tumpangi mengalami kebocoran hingga nakoda kapal asal Baubau, Makassar, Sulses tidak melanjutkan penyeberangan.
Kapolres Tasikmalaya Irman Sugema SH, SIK mengatakan jumlah imigran yang sudah berada di lautan saat itu berjumlah 47 orang.
Selain mengamankan 47 imigran dari lautan, polisi juga menangkap 49 imigran yang belum berlayar.
Mereka ditangkap saat akan menuju tempat pemberangkatan di Dermaga Pamayang menuju kapal yang sudah menunggu di tengah laut.
Saat ditangkap Sabtu (4/2) pukul 02.00, 49 imigran asal Timur Tengah itu masih berada di dalam bus.
“Menurut informasi, mereka akan pergi ke Australia dan kata imigran yang ada di sini (49 yang siang kemarin sudah berada di Mapolres Tasik, red) sebagian teman mereka ada yang sudah naik kapal,” jelas Irman kepada wartawan di Mapolres Tasikmalaya kemarin. “Mereka secara utuh tidak menggunakan paspor dan visa. Hanya satu yang menggunakan UNHCR untuk pengungsian,” ujarnya.
Kasat Reskim Polres Tasikmalaya AKP Baharuddin Noer menambahkan sudah mengamankan salah seorang yang diduga menjadi koordinator atau pemimpin rombongan para imigran.
Menurut Baharuddin, koordinator imigran itu adalah warga Indonesia berinisial AM. AM, kata dia, yang mengatur perjalanan dari Jakarta menuju Cipatujah. Selain itu, polisi juga sudah mengamankan sopir bus yang membawa rombongan imigran ilegal itu. “Kalau makelarnya dari Afgan (Afganistan, red,” jelas dia.
Polisi, jelasnya, mengalami kesulitan melakukan pendataan identitas imigran. Sebagian imigran menolak dimintai keterangan tentang identitas mereka. Terlebih kewenangan sepenuhnya persoalan imigran kata Baharuddin kewenangannya imigrasi.
“Yang jelas mereka itu tidak mau didata polisi,” ungkapnya. (wr/ snd/jpnn).