25.6 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

Tim Itjen Cium Aroma Korupsi di Tender UN

JAKARTA – Investigasi kekacauan ujian nasional (UN) 2013 oleh tim Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus menggelinding. Unit utama pimpinan Haryono Umar itu mencium aroma korupsi dalam tender unas, sampai akhirnya pelaksanaan ujian tahunan itu amburadul.

Haryono menuturkan sampai saat ini tim itjen masih menuntaskan satu dari tiga aspek investigasi. “Tidak benar kalau investigasi sudah rampung ketiga-tiganya,” tandasnya kemarin. Haryono menuturkan bahwa investigasi yang sudah beres di aspek penundaan pelaksanaan unas jenjang SMA sederajat.

Sedangkan investigasi aspek tender dan pengawasan masih berjalan.

“Untuk investigasi urusan tender, kami mencium ada korupsi. Tapi investigasi ini belum rampung lho ya,” ujar mantan pimpinan KPK itu. Haryono mengatakan indikasi korupsi di urusan tender unas muncul sejak beberapa saat menjelang pelaksanaan ujian jenjang SMA sederajat pada 15 April lalu.

Salah satu indikasi korupsi atau ketidakberesan tender unas dalah, pemenang tender untuk paket 3 adalah perusahaan dengan penawaran harga termahal. Yakni PT Ghalia Indonesia Printing dengan nilai penawaran sekitar Rp 22 miliar. Padahal menurut Haryono, untuk pelamar paket 3 tadi ada sejumlah perusahaan yang menawarkan harga lebih murah tetapi tidak lolos.

“Menetapkan pemenang lelang yang menawar harga tinggi (padahal ada yang lebih murah, red) itu sudah ada keganjilan,” tuturnya. Namun Haryono ogah menerangkan lebih jauh. Dia tidak mau mengumbar dulu perkembangan investigasi terkait tender unas.

Sejatinya Haryono mengatakan tim itjen sudah mendapatkan penjelasan dari panitia lelang terkait kejanggalan tenderunas.”Tapi jujur tim itjen tidakpuas. Sehingga perlu investigasi,” kata dia.

Haryono menjelaskan, panitia tender menerangkan bahwa PT Ghalia menang setelah pemenang nomor satu (PT Balebat Dedikasi Prima) mengundurkan diri karena menang juga di paket 1. Menurut sejumlah keterangan, jika ada pemenang tender yang mundur maka pemenang berikutnya tidak bisa menggunakan model urut kacang.

Tetapi harus dievaluasi lagi kelayakan harga penawarannya.

Haryono juga membantah munculnya kabar ada orang itjen di dalam panitia lelang. Dia menegaskan bahwa personel panitia lelang itu dari masingmasing unit utama. Khusus terkait unas, panitia lelang adalah pegawai di Badan Pengembangan dan Penelitian (Balitbang) Kemendikbud.

Selain memaparkan ihwal investigasi tender unas, Haryono membantah bahwaupaya mereka itu kental aroma intervensi. “Kita sampai saat ini masih on the track, tidak ada intervensi baik dari dalam (Kemendikbud) maupun dari luar,” katanya.

Dia menjelaskan, Kemendikbud memiliki misi penting dalam investigasi ini.

Yakni membersihkan lingkungan kementerian dengan slogan Tut Wuri Handayani itu dari pegawai korup.

Haryono juga mengatakan bahwa Kemendikbud membutuhkan kepastian apakah ada kejahatan dalam gelaran unas 2013 ini.

Haryono juga mengomentari sikap Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) yang sudah menetapkan unas SMA 2013 absah, padahal investigasi belum rampung. “Bisa jadi BSNP memiliki standar kewajaran unas tertentu, sehingga sudah menyimpulkan unas 2013 absah,” kata Haryono.

Dia tidak menutup kemungkinan hasil investigasi ini menunjukan hal ketidakwajaran yang bertentangan dengan analisis BSNP. “Tetapi itjen tetap pada posisinya, tidak bisa menyimpulkan unas itu abash atau tidak,” katanya.

Haryono menegaskan bahwa posisi itjen saat ini adalah memastikan indikasi korupsi dalam pelaksaan unas.

Potensi korupsi di pelaksanaan tender unas juga dimonitor Indonesia Corruption Watch (ICW).(wan/jpnn)

JAKARTA – Investigasi kekacauan ujian nasional (UN) 2013 oleh tim Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus menggelinding. Unit utama pimpinan Haryono Umar itu mencium aroma korupsi dalam tender unas, sampai akhirnya pelaksanaan ujian tahunan itu amburadul.

Haryono menuturkan sampai saat ini tim itjen masih menuntaskan satu dari tiga aspek investigasi. “Tidak benar kalau investigasi sudah rampung ketiga-tiganya,” tandasnya kemarin. Haryono menuturkan bahwa investigasi yang sudah beres di aspek penundaan pelaksanaan unas jenjang SMA sederajat.

Sedangkan investigasi aspek tender dan pengawasan masih berjalan.

“Untuk investigasi urusan tender, kami mencium ada korupsi. Tapi investigasi ini belum rampung lho ya,” ujar mantan pimpinan KPK itu. Haryono mengatakan indikasi korupsi di urusan tender unas muncul sejak beberapa saat menjelang pelaksanaan ujian jenjang SMA sederajat pada 15 April lalu.

Salah satu indikasi korupsi atau ketidakberesan tender unas dalah, pemenang tender untuk paket 3 adalah perusahaan dengan penawaran harga termahal. Yakni PT Ghalia Indonesia Printing dengan nilai penawaran sekitar Rp 22 miliar. Padahal menurut Haryono, untuk pelamar paket 3 tadi ada sejumlah perusahaan yang menawarkan harga lebih murah tetapi tidak lolos.

“Menetapkan pemenang lelang yang menawar harga tinggi (padahal ada yang lebih murah, red) itu sudah ada keganjilan,” tuturnya. Namun Haryono ogah menerangkan lebih jauh. Dia tidak mau mengumbar dulu perkembangan investigasi terkait tender unas.

Sejatinya Haryono mengatakan tim itjen sudah mendapatkan penjelasan dari panitia lelang terkait kejanggalan tenderunas.”Tapi jujur tim itjen tidakpuas. Sehingga perlu investigasi,” kata dia.

Haryono menjelaskan, panitia tender menerangkan bahwa PT Ghalia menang setelah pemenang nomor satu (PT Balebat Dedikasi Prima) mengundurkan diri karena menang juga di paket 1. Menurut sejumlah keterangan, jika ada pemenang tender yang mundur maka pemenang berikutnya tidak bisa menggunakan model urut kacang.

Tetapi harus dievaluasi lagi kelayakan harga penawarannya.

Haryono juga membantah munculnya kabar ada orang itjen di dalam panitia lelang. Dia menegaskan bahwa personel panitia lelang itu dari masingmasing unit utama. Khusus terkait unas, panitia lelang adalah pegawai di Badan Pengembangan dan Penelitian (Balitbang) Kemendikbud.

Selain memaparkan ihwal investigasi tender unas, Haryono membantah bahwaupaya mereka itu kental aroma intervensi. “Kita sampai saat ini masih on the track, tidak ada intervensi baik dari dalam (Kemendikbud) maupun dari luar,” katanya.

Dia menjelaskan, Kemendikbud memiliki misi penting dalam investigasi ini.

Yakni membersihkan lingkungan kementerian dengan slogan Tut Wuri Handayani itu dari pegawai korup.

Haryono juga mengatakan bahwa Kemendikbud membutuhkan kepastian apakah ada kejahatan dalam gelaran unas 2013 ini.

Haryono juga mengomentari sikap Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) yang sudah menetapkan unas SMA 2013 absah, padahal investigasi belum rampung. “Bisa jadi BSNP memiliki standar kewajaran unas tertentu, sehingga sudah menyimpulkan unas 2013 absah,” kata Haryono.

Dia tidak menutup kemungkinan hasil investigasi ini menunjukan hal ketidakwajaran yang bertentangan dengan analisis BSNP. “Tetapi itjen tetap pada posisinya, tidak bisa menyimpulkan unas itu abash atau tidak,” katanya.

Haryono menegaskan bahwa posisi itjen saat ini adalah memastikan indikasi korupsi dalam pelaksaan unas.

Potensi korupsi di pelaksanaan tender unas juga dimonitor Indonesia Corruption Watch (ICW).(wan/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/