”Kami memutuskan bantu-bantu sebagai relawan. Kami merasa itu juga tugas pencinta alam. Dari kasus erupsi Sinabung itulah saya mulai tertarik untuk menjadi relawan dalam misi-misi kemanusiaan,” bebernya.
Bak gayung bersambut, pada 2011 BSMI Sumatera Utara membuka rekrutmen anggota. Uye pun bergabung. Tapi, secara resmi gadis asal Berastagi tersebut baru bergabung pada awal 2012. Tiga hari bergabung, Uye diserahi mobil ambulans. Padahal, ketika itu dia masih belajar menyetir mobil.
Bungsu dua bersaudara tersebut tak bisa menolak. Sejak itu dia ke mana-mana membawa ambulans bernomor polisi BK 467 LZ tersebut. Bahkan, ambulans itu dikandangkan di rumahnya. Mobil tersebut kini sudah dianggapnya sebagai kekasih. Selama dua tahun lebih mobil itu selalu menemani hari-harinya.
Termasuk saat dia terlibat kegiatan kemanusiaan dalam erupsi Sinabung pada 2013 dan longsor di Berastagi setahun berikutnya.
Hanya pada awal 2015 Uye sempat berpisah dengan ambulansnya. Sebab, mobil tersebut harus stand by di kantor BSMI. Karena itu pula, saat terjadi musibah jatuhnya pesawat Hercules di Jalan Jamin Ginting Selasa lalu (30/6), hatinya langsung tergerak ingin membantu mengevakuasi para korban yang tertimbun reruntuhan badan pesawat dan bangunan.
Awalnya Uye tancap gas ke lokasi dengan sepeda motor dan langsung ikut mengangkat korban yang ditemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa.
Gadis yang masih belum merampungkan kuliah itu juga ikut mengantar kantong-kantong jenazah ke RSUP Adam Malik dengan menumpang ambulans yang ada.
”Baru pada hari kedua saya memutuskan untuk membantu dengan membawa ambulans sendiri. Saya datang dengan membawa ambulans yang sudah menjadi kekasih saya ini,” ujar Uye sambil mengusap-usap bodi mobil ambulans BSMI tersebut.