26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dapat Tumpangan Gratis, Boyongan Berangkat ke ‘Kota Amoy’

Berwisata Saksikan Perayaan Cap Go Meh

Perayaan Cap Go Meh di Singkawang memang menyedot perhatian. Meski di Pontianak juga ada perayaan serupa, namun banyak yang menilai tidak semeriah di kota seribu klenteng itu. Buktinya, ratusan warga Tionghoa di Pontianak Utara, rela ke ‘Kota Amoy’ itu dengan mencarter bus.

Hendy Erwindi, Pontianak

Halaman Klenteng Kwan Im Tong di Jalan Gusti Situt Mahmud, Pontianak Utara, Minggu (5/2) sore, tampak ramai. Warga berkumpul di beberapa sudut klenteng. Ada yang duduk di bawah pagar sambil berbincang dengan rekannya. Sebagian besar membawa tas, layaknya pelancong hendak berangkat menuju tempat wisata.

Tak lama berselang, seorang pemuda meminta warga yang berkumpul di bawah pintu gerbang menyingkir. Dia berteriak, mengarahkan bus yang masuk ke halaman klentengn

Setelah empat bus kota terparkir di halaman klenteng, kemudian menyusul tiga bus antarkota dan satu bus sekretariat DPRD Kota Pontianak. “Sore ini kami akan ke Singkawang karena mau lihat Cap Go Meh besok (hari ini, Red),” ujar salah seorang warga, Lisa.
Memilih Singkawang untuk merayakan Cap Go Meh karena berbeda dengan perayaan yang ada di Pontianak. Jika di Pontianak hanya ada naga, di Singkawang lebih lengkap. “Di Singkawang ada tatungnya. Saya dengar dari teman di sana juga ada replika Tembok Besar Cina. Kalau di Pontianak biasa saja,” ucapnya.

Warga lainnya Ajan bertutur serupa. Meski tidak berangkat, kehadirannya di Klenteng Kwan Im Tong sekedar mengantar ibu dan kakaknya. “Ibu dan kakak tahun lalu juga ke Singkawang pakai bus umum. Sekarang ada yang sediakan bus gratis, mereka mau pergi lagi,” ungkapnya.

Pengurus Klenteng Kwan Im Tong Ahu mengatakan, baru kali ini warga sekitar klenteng pergi bersama-sama ke Singkawang. Biasanya warga yang ingin menyaksikan perayaan Cap Go Meh di Kota Amoy tersebut, pergi masing-masing. “Ini karena Pak David yang punya ide. Dia menyediakan bus untuk warga, biar sama-sama ke Singkawang. Ini bagus semuanya jadi berbaur, tidak membedakan suku dan agama,” kata dia.

Anggota DPRD Kota Pontianak David Maryansyah, membenarkan hal itu. Ia mengatakan idenya mengajak warga ke Singkawang berawal dari banyak dari mereka yang ingin melihat Cap Go Meh ke kota tersebut, namun tidak kesampaian. Kebanyakan orang menilai Singkawang sebagai pusat perayaan Cap Go Meh di Kalbar. “Ini bentuk apresiasi kami terhadap masyarakat. Tidak hanya warga Tionghoa yang pergi, dalam rombongan ini ikut juga warga lain. Ini wujud kebersamaa dan keberagaman di Kalbar,” ungkapnya.

David menanggung semua biaya transportasi. Delapan bus disediakannya. Selain itu rombongan juga ada yang menggunakan kendaraan pribadi, mobil dan sepeda motor. Namun dia tidak sempat lagi memesan tempat menginap, semua hotel dan penginapan di Singkawang penuh. Setelah berembuk dengan warga yang ingin berangkat, mereka sepakat tidak menginap di hotel, tetapi di Pasir Panjang. “Walau tidak dapat hotel mereka rela tidur di Pasir Panjang asal ke Singkawang. Mereka mau backpacker,” kata anggota komisi D ini.

Dia ingin keberagaman itu tetap terpelihara pada masyarakast Pontianak dan Kalbar, apalagi provinsi ini menghadapi pemilihan gubernur. “Sejak dulu kita ini beragam, hal itu harus dipelihara terus agar Kalbar aman dan masyarkatnya sejahtera,” tuturnya. (*)

Berwisata Saksikan Perayaan Cap Go Meh

Perayaan Cap Go Meh di Singkawang memang menyedot perhatian. Meski di Pontianak juga ada perayaan serupa, namun banyak yang menilai tidak semeriah di kota seribu klenteng itu. Buktinya, ratusan warga Tionghoa di Pontianak Utara, rela ke ‘Kota Amoy’ itu dengan mencarter bus.

Hendy Erwindi, Pontianak

Halaman Klenteng Kwan Im Tong di Jalan Gusti Situt Mahmud, Pontianak Utara, Minggu (5/2) sore, tampak ramai. Warga berkumpul di beberapa sudut klenteng. Ada yang duduk di bawah pagar sambil berbincang dengan rekannya. Sebagian besar membawa tas, layaknya pelancong hendak berangkat menuju tempat wisata.

Tak lama berselang, seorang pemuda meminta warga yang berkumpul di bawah pintu gerbang menyingkir. Dia berteriak, mengarahkan bus yang masuk ke halaman klentengn

Setelah empat bus kota terparkir di halaman klenteng, kemudian menyusul tiga bus antarkota dan satu bus sekretariat DPRD Kota Pontianak. “Sore ini kami akan ke Singkawang karena mau lihat Cap Go Meh besok (hari ini, Red),” ujar salah seorang warga, Lisa.
Memilih Singkawang untuk merayakan Cap Go Meh karena berbeda dengan perayaan yang ada di Pontianak. Jika di Pontianak hanya ada naga, di Singkawang lebih lengkap. “Di Singkawang ada tatungnya. Saya dengar dari teman di sana juga ada replika Tembok Besar Cina. Kalau di Pontianak biasa saja,” ucapnya.

Warga lainnya Ajan bertutur serupa. Meski tidak berangkat, kehadirannya di Klenteng Kwan Im Tong sekedar mengantar ibu dan kakaknya. “Ibu dan kakak tahun lalu juga ke Singkawang pakai bus umum. Sekarang ada yang sediakan bus gratis, mereka mau pergi lagi,” ungkapnya.

Pengurus Klenteng Kwan Im Tong Ahu mengatakan, baru kali ini warga sekitar klenteng pergi bersama-sama ke Singkawang. Biasanya warga yang ingin menyaksikan perayaan Cap Go Meh di Kota Amoy tersebut, pergi masing-masing. “Ini karena Pak David yang punya ide. Dia menyediakan bus untuk warga, biar sama-sama ke Singkawang. Ini bagus semuanya jadi berbaur, tidak membedakan suku dan agama,” kata dia.

Anggota DPRD Kota Pontianak David Maryansyah, membenarkan hal itu. Ia mengatakan idenya mengajak warga ke Singkawang berawal dari banyak dari mereka yang ingin melihat Cap Go Meh ke kota tersebut, namun tidak kesampaian. Kebanyakan orang menilai Singkawang sebagai pusat perayaan Cap Go Meh di Kalbar. “Ini bentuk apresiasi kami terhadap masyarakat. Tidak hanya warga Tionghoa yang pergi, dalam rombongan ini ikut juga warga lain. Ini wujud kebersamaa dan keberagaman di Kalbar,” ungkapnya.

David menanggung semua biaya transportasi. Delapan bus disediakannya. Selain itu rombongan juga ada yang menggunakan kendaraan pribadi, mobil dan sepeda motor. Namun dia tidak sempat lagi memesan tempat menginap, semua hotel dan penginapan di Singkawang penuh. Setelah berembuk dengan warga yang ingin berangkat, mereka sepakat tidak menginap di hotel, tetapi di Pasir Panjang. “Walau tidak dapat hotel mereka rela tidur di Pasir Panjang asal ke Singkawang. Mereka mau backpacker,” kata anggota komisi D ini.

Dia ingin keberagaman itu tetap terpelihara pada masyarakast Pontianak dan Kalbar, apalagi provinsi ini menghadapi pemilihan gubernur. “Sejak dulu kita ini beragam, hal itu harus dipelihara terus agar Kalbar aman dan masyarkatnya sejahtera,” tuturnya. (*)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/