25 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Butuh 50 Jam untuk Bikin Frame Bambu Berlilit Karbon

Geleng-Geleng Lihat Pameran Bicycle Paling Nyentrik di Amerika (3)

Sepeda dari bahan alternatif banyak mewarnai North American Handmade Bicycle Show 2012 yang berakhir Minggu lalu (4/3). Bahan bambu termasuk paling populer. Berikut catatan AZRUL ANANDA dari Sacramento.

Bambu untuk sepeda high performance. Kalau digarap sangat serius dan terus mendapat perhatian seperti sekarang, bisa jadi bahan alami itu menyalip karbon sebagai bahan utama sepeda high-end.

Di Sacramento Convention Center, tempat diselenggarakannya North American Handmade Bicycle Show (NAHBS) 2012, sepeda berbahan bambu bertebaran di mana-mana. Bahkan, ketika baru masuk area pameran, sebuah booth sepeda bambu langsung menyedot perhatian pengunjung. Stan itu milik Boo Bicycles, perusahaan dari Fort Collins, Negara Bagian Colorado.

Paling tidak, stan Boo itu yang langsung menyedot perhatian saya pribadi. Belakangan, saya sering membaca artikel majalah maupun online tentang sepedan

bambu buatan Boo itu. Sebab, mereka membuat sepeda bukan untuk barang seni atau antik, melainkan barang high performance yang bisa diajak balapan dan mengalahkan sepeda-sepeda high-end dari karbon!

Di stan itu, saya pun langsung bertemu dengan orang-orang di balik Boo. Pertama adalah Nick Frey, sang pemilik perusahaan. Dia langsung membuat saya sangat terkesan. Usianya baru 25 tahun, memiliki kombinasi otak sangat pintar serta kemampuan fisik dan mental tangguh.

Sebagai atlet, dia tak perlu diragukan kemampuannya. Dia adalah juara nasional time trial di Amerika Serikat saat berusia di bawah 23 tahun. Dia punya kontrak profesional dan ikut sejumlah event kelas dunia di Amerika maupun Eropa.

Pintar? Sangat! Walau bisa punya karir sebagai pembalap profesional, Frey memilih fokus ke studi. Tidak tanggung-tanggung, dia belajar mechanical engineering di kampus elite, Princeton University. Ketika lulus pada 2009, dia sudah mendirikan Boo.

Filosofi Boo adalah mengombinasikan kenyamanan dan performa. Sesuatu yang sangat mungkin dilakukan dengan memakai bahan bambu yang dikombinasikan dengan karbon. Kalau hanya bamboo, tidak cukup. Kalau hanya karbon, tidak cukup. Bahan lain pun disebut tidak cukup.

Untuk mewujudkan target itu, Frey bekerja sama dengan James Wolf yang akhir pekan lalu ikut hadir di Sacramento. Wolf itulah yang memproduksi sepeda-sepeda Boo. Dia adalah seorang pakar industrial design yang sudah 15 tahun berkutat dengan bahan bambu. Wolf tinggal di Vietnam, tempat bambu ditanam dan sepeda dibuat. Dia mengerjakan semua sepeda sendirian. “Dengan bantuan dua asisten,” aku Wolf.

Sekali lagi, Boo adalah sepeda yang didesain untuk high performance, untuk balapan. Inspirasinya, tutur Frey, berasal dari sepeda bambu buatan Craig Calfee (pionir sepeda karbon). Tapi, cara Boo menggarapnya beda. Bambu yang dipilih harus dari spesies khusus dan diproses dengan cara khusus. “Bambu itu hanya ditanam dalam dua pekan dalam setahun,” tutur Frey.

Wolf menambahkan, “Butuh 3,5 tahun sebelum bambu itu bisa dipakai untuk dijadikan sepeda. Kadar gulanya harus sangat rendah, lalu disiapkan dengan berbagai proses industri untuk mengatur tingkat kelembapan dan ketahanannya. Tidak semua spesies bambu bisa dibuat seperti itu.”

Di bagian-bagian sambungan, frame bambu disambung dengan memakai balutan karbon. Berbeda dengan kebanyakan sepeda bambu kombinasi karbon, Boo tidak menyambung pipa-pipa bambu dengan memakai penghubung karbon. Pada sepeda Boo, pipa-pipa bambu itu disatukan dengan cara membalut bagian sambungan menggunakan karbon. Hasilnya pun jauh lebih mulus. Seolah-olah bambu dan karbonnya menyatu.
?Butuh sekitar 50 jam kerja untuk menyelesaikan satu frame,” ungkap Wolf.

Begitu selesai, frame bambu itu ‘road bike, fixie, maupun MTB’ bisa dipadu dengan komponen macam-macam. Contoh, road bike yang dipajang di NAHBS memakai groupset Shimano Ultegra Di2 dengan sistem perpindahan gigi elektronik (banyak yang memakai itu di NAHBS). Agar sangat rapi, semua kabel-kabel groupset dan rem bisa disembunyikan di dalam frame. Lebih rapi daripada kebanyakan sepeda karbon high-end.

Berat? Frey menegaskan bahwa sepeda bambu-karbonnya punya bobot setara dengan sepeda-sepeda karbon papan atas. Sepeda yang dia pamerkan, misalnya, punya bobot total tak sampai 15 pound alias tak sampai 7 kilogram. “Saya sedang membuat road bike bambu lagi yang bobotnya hanya 13 pound (tak sampai 6 kilogram, Red),” ujarnya.

Boo sebenarnya punya beberapa model yang bisa dipilih. Tapi, mereka siap membuat sepeda dengan spesifikasi yang sesuai dengan keinginan konsumen. Sebuah frame balap dengan geometri custom dihargai hampir USD 4.000 (sekitar Rp36 juta). Total sepeda bisa dengan mudah mencapai Rp100 juta.
Frey lantas mempromosikan keunggulan lain sepeda berbahan bambu kombinasi karbon: safety. “Ada pemilik sepeda Boo yang bertabrakan langsung dengan mobil. Sepedanya tidak patah. Beda dengan sepeda karbon, yang kalau retak sedikit saja sudah tidak bisa dipakai,” tutur dia.

Karena sepeda itu hanya dibuat Wolf dan asistennya, mereka yang berminat harus bersabar. Ketika pesan sepeda custom, saya harus memenuhi beberapa permintaan dari Boo. Misalnya, mengukur lebih pasti badan sendiri. Panjang lengan, kaki, dan lain-lain. Lalu, mereka meminta saya mengirimkan geometri sepeda yang paling saya suka saat ini. Ada beberapa ukuran dimensi yang mereka minta untuk nanti diaplikasikan ke frame Boo yang dibuat.

Kita juga bisa mengirim foto sepeda yang kita miliki, lalu lewat program simulasi komputer Frey bisa menganalisisnya dan menawarkan solusi-solusi perubahan bila dibutuhkan.

Proses itu saja bisa memakan waktu cukup lama. Begitu semua dimensi dan spesifikasi disepakati, baru Wolf bekerja. Kalau sedang inden ringan, dibutuhkan waktu hingga delapan minggu (dua bulan) untuk pembuatan. Kalau sedang padat, bisa lebih dari itu.
Penggemar MTB juga bisa pesan Boo khusus. Sekarang, Frey dan Wolf bereksperimen dengan frame MTB baru yang lebih kukuh. Bagian downtube-nya (pipa diagonal panjang di bawah) dibalut dengan anyaman karbon. Dengan demikian, sepeda itu bisa lebih dikasari lagi saat dipancal di arena off-road.
Wolf menandatangani semua frame yang dibuatnya. Juga menomori semua frame dengan tulisan tangan. Jadi, kelak sepeda itu bisa jadi bahan koleksi yang dapat dilacak dan dicatat sejarahnya.

Bambu dan Steel

Sekali lagi, Boo bukan satu-satunya produsen sepeda berbahan bambu di NAHBS 2012. Calfee Design juga memamerkan sebuah sepeda tandem dari bambu. Selain itu, ada Panda Bicycles yang habis-habisan mempromosikan sepeda “yang ditumbuhkan” tersebut.

Namanya boleh Panda, tapi perusahaan itu tidak berasal dari Tiongkok. Malah perusahaan tersebut berasal dari kota yang sama dengan Boo, yaitu Fort Collins, Colorado.

Tapi, Panda fokus ke aliran yang sangat beda dengan Boo. Kalau Boo memburu performa, Panda mengutamakan style. “Sepeda kami dibuat sebagai sepeda lifestyle,” kata Rebecca Dodge, koordinator penjualan Panda yang hadir di Sacramento.

Berbeda juga dengan Boo, Panda mendapatkan bambunya dari Yucatan Peninsula di selatan Meksiko. Pipa-pipa bambu tersebut lantas digabung dengan menggunakan penyambung dari steel (baja). Kombinasi itu mungkin bukan yang paling ringan atau paling kaku, tapi Panda mengklaimnya sebagai kombinasi paling nyaman untuk pengendara.

Harga Panda tidak murah. Yang paling bawah di kisaran USD 2.000 atau Rp18 juta. Yang tertinggi bisa di atas USD 3.500 atau Rp31,5 juta.
Dengan begitu banyaknya bahan bambu dipamerkan di NAHBS 2012 dan begitu banyaknya perhatian yang didapat, jangan heran kalau bahan itu bakal makin ngetren dalam tahun-tahun ke depan. Apalagi kalau performanya terbukti bisa setara dengan karbon. Itu bisa sesuai dengan tema lingkungan, yang makin tahun tampaknya makin diutamakan orang.

Kita tunggu saja di NAHBS tahun depan atau di pameran-pameran sepeda kelas dunia lain setelah ini. Siapa tahu bambu benar-benar makin populer. Atau, siapa tahu ada bahan lain yang tiba-tiba mencuri perhatian! (*)

Geleng-Geleng Lihat Pameran Bicycle Paling Nyentrik di Amerika (3)

Sepeda dari bahan alternatif banyak mewarnai North American Handmade Bicycle Show 2012 yang berakhir Minggu lalu (4/3). Bahan bambu termasuk paling populer. Berikut catatan AZRUL ANANDA dari Sacramento.

Bambu untuk sepeda high performance. Kalau digarap sangat serius dan terus mendapat perhatian seperti sekarang, bisa jadi bahan alami itu menyalip karbon sebagai bahan utama sepeda high-end.

Di Sacramento Convention Center, tempat diselenggarakannya North American Handmade Bicycle Show (NAHBS) 2012, sepeda berbahan bambu bertebaran di mana-mana. Bahkan, ketika baru masuk area pameran, sebuah booth sepeda bambu langsung menyedot perhatian pengunjung. Stan itu milik Boo Bicycles, perusahaan dari Fort Collins, Negara Bagian Colorado.

Paling tidak, stan Boo itu yang langsung menyedot perhatian saya pribadi. Belakangan, saya sering membaca artikel majalah maupun online tentang sepedan

bambu buatan Boo itu. Sebab, mereka membuat sepeda bukan untuk barang seni atau antik, melainkan barang high performance yang bisa diajak balapan dan mengalahkan sepeda-sepeda high-end dari karbon!

Di stan itu, saya pun langsung bertemu dengan orang-orang di balik Boo. Pertama adalah Nick Frey, sang pemilik perusahaan. Dia langsung membuat saya sangat terkesan. Usianya baru 25 tahun, memiliki kombinasi otak sangat pintar serta kemampuan fisik dan mental tangguh.

Sebagai atlet, dia tak perlu diragukan kemampuannya. Dia adalah juara nasional time trial di Amerika Serikat saat berusia di bawah 23 tahun. Dia punya kontrak profesional dan ikut sejumlah event kelas dunia di Amerika maupun Eropa.

Pintar? Sangat! Walau bisa punya karir sebagai pembalap profesional, Frey memilih fokus ke studi. Tidak tanggung-tanggung, dia belajar mechanical engineering di kampus elite, Princeton University. Ketika lulus pada 2009, dia sudah mendirikan Boo.

Filosofi Boo adalah mengombinasikan kenyamanan dan performa. Sesuatu yang sangat mungkin dilakukan dengan memakai bahan bambu yang dikombinasikan dengan karbon. Kalau hanya bamboo, tidak cukup. Kalau hanya karbon, tidak cukup. Bahan lain pun disebut tidak cukup.

Untuk mewujudkan target itu, Frey bekerja sama dengan James Wolf yang akhir pekan lalu ikut hadir di Sacramento. Wolf itulah yang memproduksi sepeda-sepeda Boo. Dia adalah seorang pakar industrial design yang sudah 15 tahun berkutat dengan bahan bambu. Wolf tinggal di Vietnam, tempat bambu ditanam dan sepeda dibuat. Dia mengerjakan semua sepeda sendirian. “Dengan bantuan dua asisten,” aku Wolf.

Sekali lagi, Boo adalah sepeda yang didesain untuk high performance, untuk balapan. Inspirasinya, tutur Frey, berasal dari sepeda bambu buatan Craig Calfee (pionir sepeda karbon). Tapi, cara Boo menggarapnya beda. Bambu yang dipilih harus dari spesies khusus dan diproses dengan cara khusus. “Bambu itu hanya ditanam dalam dua pekan dalam setahun,” tutur Frey.

Wolf menambahkan, “Butuh 3,5 tahun sebelum bambu itu bisa dipakai untuk dijadikan sepeda. Kadar gulanya harus sangat rendah, lalu disiapkan dengan berbagai proses industri untuk mengatur tingkat kelembapan dan ketahanannya. Tidak semua spesies bambu bisa dibuat seperti itu.”

Di bagian-bagian sambungan, frame bambu disambung dengan memakai balutan karbon. Berbeda dengan kebanyakan sepeda bambu kombinasi karbon, Boo tidak menyambung pipa-pipa bambu dengan memakai penghubung karbon. Pada sepeda Boo, pipa-pipa bambu itu disatukan dengan cara membalut bagian sambungan menggunakan karbon. Hasilnya pun jauh lebih mulus. Seolah-olah bambu dan karbonnya menyatu.
?Butuh sekitar 50 jam kerja untuk menyelesaikan satu frame,” ungkap Wolf.

Begitu selesai, frame bambu itu ‘road bike, fixie, maupun MTB’ bisa dipadu dengan komponen macam-macam. Contoh, road bike yang dipajang di NAHBS memakai groupset Shimano Ultegra Di2 dengan sistem perpindahan gigi elektronik (banyak yang memakai itu di NAHBS). Agar sangat rapi, semua kabel-kabel groupset dan rem bisa disembunyikan di dalam frame. Lebih rapi daripada kebanyakan sepeda karbon high-end.

Berat? Frey menegaskan bahwa sepeda bambu-karbonnya punya bobot setara dengan sepeda-sepeda karbon papan atas. Sepeda yang dia pamerkan, misalnya, punya bobot total tak sampai 15 pound alias tak sampai 7 kilogram. “Saya sedang membuat road bike bambu lagi yang bobotnya hanya 13 pound (tak sampai 6 kilogram, Red),” ujarnya.

Boo sebenarnya punya beberapa model yang bisa dipilih. Tapi, mereka siap membuat sepeda dengan spesifikasi yang sesuai dengan keinginan konsumen. Sebuah frame balap dengan geometri custom dihargai hampir USD 4.000 (sekitar Rp36 juta). Total sepeda bisa dengan mudah mencapai Rp100 juta.
Frey lantas mempromosikan keunggulan lain sepeda berbahan bambu kombinasi karbon: safety. “Ada pemilik sepeda Boo yang bertabrakan langsung dengan mobil. Sepedanya tidak patah. Beda dengan sepeda karbon, yang kalau retak sedikit saja sudah tidak bisa dipakai,” tutur dia.

Karena sepeda itu hanya dibuat Wolf dan asistennya, mereka yang berminat harus bersabar. Ketika pesan sepeda custom, saya harus memenuhi beberapa permintaan dari Boo. Misalnya, mengukur lebih pasti badan sendiri. Panjang lengan, kaki, dan lain-lain. Lalu, mereka meminta saya mengirimkan geometri sepeda yang paling saya suka saat ini. Ada beberapa ukuran dimensi yang mereka minta untuk nanti diaplikasikan ke frame Boo yang dibuat.

Kita juga bisa mengirim foto sepeda yang kita miliki, lalu lewat program simulasi komputer Frey bisa menganalisisnya dan menawarkan solusi-solusi perubahan bila dibutuhkan.

Proses itu saja bisa memakan waktu cukup lama. Begitu semua dimensi dan spesifikasi disepakati, baru Wolf bekerja. Kalau sedang inden ringan, dibutuhkan waktu hingga delapan minggu (dua bulan) untuk pembuatan. Kalau sedang padat, bisa lebih dari itu.
Penggemar MTB juga bisa pesan Boo khusus. Sekarang, Frey dan Wolf bereksperimen dengan frame MTB baru yang lebih kukuh. Bagian downtube-nya (pipa diagonal panjang di bawah) dibalut dengan anyaman karbon. Dengan demikian, sepeda itu bisa lebih dikasari lagi saat dipancal di arena off-road.
Wolf menandatangani semua frame yang dibuatnya. Juga menomori semua frame dengan tulisan tangan. Jadi, kelak sepeda itu bisa jadi bahan koleksi yang dapat dilacak dan dicatat sejarahnya.

Bambu dan Steel

Sekali lagi, Boo bukan satu-satunya produsen sepeda berbahan bambu di NAHBS 2012. Calfee Design juga memamerkan sebuah sepeda tandem dari bambu. Selain itu, ada Panda Bicycles yang habis-habisan mempromosikan sepeda “yang ditumbuhkan” tersebut.

Namanya boleh Panda, tapi perusahaan itu tidak berasal dari Tiongkok. Malah perusahaan tersebut berasal dari kota yang sama dengan Boo, yaitu Fort Collins, Colorado.

Tapi, Panda fokus ke aliran yang sangat beda dengan Boo. Kalau Boo memburu performa, Panda mengutamakan style. “Sepeda kami dibuat sebagai sepeda lifestyle,” kata Rebecca Dodge, koordinator penjualan Panda yang hadir di Sacramento.

Berbeda juga dengan Boo, Panda mendapatkan bambunya dari Yucatan Peninsula di selatan Meksiko. Pipa-pipa bambu tersebut lantas digabung dengan menggunakan penyambung dari steel (baja). Kombinasi itu mungkin bukan yang paling ringan atau paling kaku, tapi Panda mengklaimnya sebagai kombinasi paling nyaman untuk pengendara.

Harga Panda tidak murah. Yang paling bawah di kisaran USD 2.000 atau Rp18 juta. Yang tertinggi bisa di atas USD 3.500 atau Rp31,5 juta.
Dengan begitu banyaknya bahan bambu dipamerkan di NAHBS 2012 dan begitu banyaknya perhatian yang didapat, jangan heran kalau bahan itu bakal makin ngetren dalam tahun-tahun ke depan. Apalagi kalau performanya terbukti bisa setara dengan karbon. Itu bisa sesuai dengan tema lingkungan, yang makin tahun tampaknya makin diutamakan orang.

Kita tunggu saja di NAHBS tahun depan atau di pameran-pameran sepeda kelas dunia lain setelah ini. Siapa tahu bambu benar-benar makin populer. Atau, siapa tahu ada bahan lain yang tiba-tiba mencuri perhatian! (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/