TAKENGON-Gempa di Aceh membawa dampak serius bagi warga di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah. Kemarin, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis jumlah pengungsi di dua kabupaten tersebut mencapai 16.000 jiwa. Meski begitu, BNPB menjamin stok logistik cukup untuk sepekan ke depan.
Pengungsi terbanyak berada di Kecamatan Muara Rupit, yakni mencapai 12.500 orang. Selebihnya, 3.500 orang mengungsi di Aceh Tengah. Sebagian besar tersebar di titik-titik pengungsian dan selebihnya bertahan di halaman rumah dengan membuat tenda-tenda darurat dengan bahan seadanya.
Kepala Pusat Data Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, rata-rata pengungsi masih enggan kembali ke rumahnya lantaran trauma. Sebab, hingga kemarin gempa susulan masih terjadi di Aceh. “BMKG mencatat sampai saat ini ada 23 gempa susulan pascagempa 6,2 Skala Richter Selasa (2/7) lalu,” terangnya kemarin.
Sedikitnya 40 ton tambahan logistik berupa makanan maupun perlengkapan darurat kemarin telah sampai ke Bener Meriah dan Aceh Tengah. Logistik itu diangkut dari Banda Aceh, Medan, dan Jakarta menggunakan jalur darat maupun pesawat kargo serta Hercules TNI AU. Logistik itu berasal dari BNPB, kemensos, Bank Mandiri, dan BRI.
Logistik dari Medan berupa mie instan, sarden, biskuit, kecap, kopi, gula, teh, pembalut, bubur bayi, air mineral, popok bayi, dan logistik lain dengan jumlah total 16 ton. Tiga ton logistik dikirim melalui jalur darat, sedangkan 13 ton lainnya diangkut Hercules milik TNI AU.
Korban Tewas Jadi 35 Orang
Dari Jakarta, bantuan sebanyak 24 ton diterbangkan kemarin pagi dari lanud Halim Perdanakusumah menggunakan pesawat kargo. Tidak hanya logistik makanan yang dikirim, namun juga peralatan perlindungan dan penjernih air. “Kami juga mengirimkan 100 lembar kantong mayat,” jelasnya.
Sementara itu, korban gempa terus bertambah terutama dari golongan anak-anak. Yang terbaru, empat orang anak ditemukan tewas tertimbun longsor di Desa Bah, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah.
Empat bocah malang itu, Isahdan (9), Zainuddin (12), Riski (9), dan Rian (9) ditemukan di bawah bukit yang ditunjukkan oleh keempat rekan mereka yang selamat. Warga dan tim SAR pun mengunakan alat berat untuk menggali tanah hingga menemukan mereka dalam kondisi tidak bernyawa Kamis (4/7) petang.
Data BNPB hingga kemarin sore mencatat, sudah 35 orang ditemukan tewas di dua Kabupaten, yakni di Bener Meriah dan Aceh Tengah. Selain itu, delapan orang masih dinyatakan hilang dan 275 lainnya luka-luka. Ribuan warga juga masih mengungsi. Bangunan rusak yang telah selesai didata adalah 4.292 rumah dan 83 fasilitas umum.
Penanganan korban diklaim BNPB cukup cepat karena jalur menuju lokasi evakuasi sudah bisa dilewati kendaraan kurang dari 48 jam pascagempa. Tadinya, usai gempa utama dan susulan terjadi, sejumlah jalur logistik maupun evakuasi tertimbun longsor. Longsoran tanah itu disingkirkan excavator yang didatangkan Kementerian PU dari Medan.
Lembaga lain yang ikut menangani gempa di Aceh adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Kemendikbud Mudjito mengatakan, pihaknya memiliki dua skenario tanggap darurat gempa Aceh. Pertama adalah memberikan pendampingan konseling untuk para siswa. Kedua adalah membangun sekolah baru yang saat ini rusak digoyang gempa. “Sekolah baru yang dibangun tidak sembarang. Konstruksinya didirkan dengan sistem tahan gempa,” katanya.
Untuk merehabilitasi bagunan fisik sekolah akibat benca itu, Kemendikbud akan mengucurkan uang dari pengelolaan dana abadi pendidikan. Saat ini dana abadi pendidikan yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) mencapai Rp16 triliun. Sampai kemarin Kemendikbud masih belum resmi menyebutkan jumlah uang yang akan disalurkan untuk pembangunan gedung sekolah pasca gempa di Aceh.
Mudjito mengatakan, tim yang bakal diturunkan ke Aceh saat ini masih sebatas menghitung dan mendesain rancang bangun unit sekolah baru. “Dari upaya ini bisa diketahui juga nantinya unit cost yang dibutuhkan untuk mendirikan sekolah tahan gempa jatuhnya berapa,” kata dia. Mudjito mengatakan, sekolah tahan gempa sebelumnya sudah dibangun di kawasan Jogjakarta. Hasilnya meskipun telah digoyang beberapa kali gempa, bangunannya tetap kokoh sampai sekarang.
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) memberikan bantuan kepada korban gempa di Aceh. Bantuan tersebut berupa pembenahan jalan-jalan utama yang rusak dan pemberian fasilitas umum kepada para pengungsi. Kedua jenis bantuan tersebut merupakan bantuan utama seperti yang disebutkan dalam rapat koordinasi antara Kepala Direktorat Jenderal Bina Marga, Djoko Murjanto dan Staf Ahli Menteri PU Bidang 1 Keterpaduan Pembangunan, Taufik Widjojono kemarin (5/7).
Taufik mengatakan bahwa saat ini Kementerian PU tengah fokus pada pembukaan jalan utama di dua Kabupaten yang rusak akibat terkena dampak langsung gempa yaitu Aceh Tengah dan Bener Meriah. “Jalan utama di dua kabupaten tersebut harus selalu terbuka, terutama di ruas jalan Bireuen-Takengon dan ruas jalan lintas tengah,” katanya di Kementerian PU.
Taufik mengatakan bahwa upaya tersebut dilakukan agar dua kabupaten terdampak bencana tersebut tidak sampai terisolasi dari daerah lain. “Agar bantuan dari luar daerah dapat segera datang,” katanya.
Taufik menyebutkan titik-titik jalan yang rusak dari kedua kabupaten tersebut. Di Kabupaten Bener Meriah terdapat 7 titik jalan yang rusak sedangkan di Kabupaten Aceh Tengah terdapat 15 titik jalan rusak. “Kerusakannya macam-macam. Ada yang terbelah, tertimbun longsoran, hingga badan jalan yang longsor sehingga tidah dapat dilalui kendaraan,” paparnya.
Dalam rapat koordinasi tersebut, Taufik menjelaskan bahwa dari 7 titik jalan yang rusak di Kabupaten Bener Meriah semuanya telah ditangani. Sedangkan dari 15 titik jalan rusak di Kabupaten Aceh Tengah hanya 2 titik yang saat ini masih belum bisa dibuka karena kerusakannya yang cukup parah. “Perbaikannya belum sempurna 100 persen tapi setidaknya sudah bisa dilalui kendaraan,” katanya.
Selain itu Taufik mengatakan bahwa Kementerian PU juga turut menyokong kebutuhan dasar para pengungsi korban gempa Aceh. Di antaranya memberikan fasilitas air minum, sanitasi (pembuangan limbah), dan tenda. “Kami telah mengirimkan 6 unit tangki air, 20 mobil MCK, dan 20 unit hidran umum,” paparnya.
Namun Taufik menyadari bahwa bantuan tersebut dirasa masih belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pengungsi korban gempa Aceh. Oleh sebab itu pihaknya menyiagakan bantuan dari Medan untuk ditempatkan di dua kabupaten yang terkena dampak gempa yaitu 5 tangki air, 40 mobil MCK, dan 40 hidran umum.
Sementara itu berdasarkan pengamatannya langsung di lapangan, jumlah lokasi pengungsian tersebar di seluruh tempat. “Ada 35 lokasi yang teridentifikasi, masih akan bertambah,”
Menurutnya okasi pengungsian tersebut masih sangat kekurangan kebutuhan dasar seperti air bersih dan sanitasi. “Diperlukan upaya lebih intens untuk menyediakan air bersih dan sanitasi,” katanya. (ra/smg/byu/wan/dod/jpnn)