26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Anak Lahir Tanpa Mulut dan Hidung

MAGELANG- Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Ibarat pepatah itulah mungkin nasib yang dialami suami-istri Siti Maonah (30) dan Wahid Widodo (33), warga lereng Gunung Merapi. Setelah harus ikut mengungsi akibat bencana merapi beberapa waktu lalu, kini anak pertama mereka lahir tanpa rongga mulut dan hidung.

Maonah dan Wahid adalah buruh tani yang hidup di bawah garis kemiskinan di Dusun Candi Gelo, Desa Ngadipuro, Kecamatan Dukun, Magelang, Jawa Tengah. Mereka memberi nama buah hatinya yang berjenis kelamin perempuan tersebut Istikomah.

Kondisi Istikomah yang lahir pada 22 Februari 2011, tepatnya 43 hari yang lalu sekitar pukul 21.20 WIB itu sangat memprihatinkan. Selain tanpa rongga mulut dan hidung yang tidak utuh, bagian mata Istikomah juga tertutup oleh lapisan yang membuat pengelihatannya menjadi buta.

“Awal mula kelahiran anak saya saya tidak menyangka kalau anak saya setelah keluar dari kandungan ibunya dalam keadaan begini. Saya sangat sedih. Namun, mau bagaimana lagi anak, kan, titipan dari Tuhan harus tetap kami rawat,” ungkap Wahid sedih.

Kedua orangtua Istikomah yang lahir dengan berat 3,1 kilogram dan saat ini menjadi 3,4 kilogram itupun berusaha untuk mencari jalan keluar agar anaknya bisa menjadi normal kembali.

“Selama saya hamil, saya tidak berbuat macam-macam. Selalu saya periksakan ke puskesmas setiap bulannya. Tetapi begitu saya melahirkan dan anak saya kondisinya begitu saya langsung bawa ke RSUD Muntilan, Magelang,” ucap Siti Maonah. Di RSUD Muntilan, setelah mendapatkan perawatan beberapa saat, Istikomah akhirnya dirujuk ke RSU Sardjito, Yogyakarta. (net/jpnn)

MAGELANG- Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Ibarat pepatah itulah mungkin nasib yang dialami suami-istri Siti Maonah (30) dan Wahid Widodo (33), warga lereng Gunung Merapi. Setelah harus ikut mengungsi akibat bencana merapi beberapa waktu lalu, kini anak pertama mereka lahir tanpa rongga mulut dan hidung.

Maonah dan Wahid adalah buruh tani yang hidup di bawah garis kemiskinan di Dusun Candi Gelo, Desa Ngadipuro, Kecamatan Dukun, Magelang, Jawa Tengah. Mereka memberi nama buah hatinya yang berjenis kelamin perempuan tersebut Istikomah.

Kondisi Istikomah yang lahir pada 22 Februari 2011, tepatnya 43 hari yang lalu sekitar pukul 21.20 WIB itu sangat memprihatinkan. Selain tanpa rongga mulut dan hidung yang tidak utuh, bagian mata Istikomah juga tertutup oleh lapisan yang membuat pengelihatannya menjadi buta.

“Awal mula kelahiran anak saya saya tidak menyangka kalau anak saya setelah keluar dari kandungan ibunya dalam keadaan begini. Saya sangat sedih. Namun, mau bagaimana lagi anak, kan, titipan dari Tuhan harus tetap kami rawat,” ungkap Wahid sedih.

Kedua orangtua Istikomah yang lahir dengan berat 3,1 kilogram dan saat ini menjadi 3,4 kilogram itupun berusaha untuk mencari jalan keluar agar anaknya bisa menjadi normal kembali.

“Selama saya hamil, saya tidak berbuat macam-macam. Selalu saya periksakan ke puskesmas setiap bulannya. Tetapi begitu saya melahirkan dan anak saya kondisinya begitu saya langsung bawa ke RSUD Muntilan, Magelang,” ucap Siti Maonah. Di RSUD Muntilan, setelah mendapatkan perawatan beberapa saat, Istikomah akhirnya dirujuk ke RSU Sardjito, Yogyakarta. (net/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/