SUMUTPOS.CO – Program insentif guru keagamaan yang dijalankan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sejak beberapa tahun lalu mendapat respon positif dari masyarakat. Para guru agama menilai insentif tersebut bukan hanya sekadar uang, namun juga sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap generasi muda.
Ahmad Afifudin, guru ngaji asal RT 5 RW 02, Desa Tamansari, Mranggen, Demak, merasa senang menerima uang insentif dari Pemprov Jateng. Pasalnya, uang tersebut bisa untuk menambah modal usaha sang istri berjualan gorengan.”Kadang-kadang itu satu tahun baru kita ambil (Rp 1,2 juta) di rekening, bisa buat nambahi modal istri,” ungkap Afif.
Menurut pria yang telah mengajar sejak 1994 ini, uang insentif yang diterimanya Rp 100 ribu perbulan yang dicairkan setiap tiga bulan sekali melalui Bank Jateng. Uang diterimanya langsung melalui rekening bank atas nama masing-masing penerima.
Salah seorang penerima bantuan, Machwani Sulaiman, mengaku selama ini hanya mengabdikan diri buat agamanya, tidak memikirkan insentif apapun.”Saya telah menjadi guru ngaji selama 57 tahun, usia saya sekarang 77 tahun. Baru kali ini menerima bisyaroh atau insentif dari pemerintah provinsi Jateng,” terangnya.
Siti Zubaidah, guru ngaji di Taman Pendidikan Quran (TPQ) Permata, Dukuh Ngrangit Baru, Desa Terban, Jekulo, Kudus menilai pemberian insentif itu sebagai bentuk perhatian pemerintah kepada rakyatnya.”Saya sangat merasa diperhatikan. Belum pernah ada sebelumnya. Terima kasih Pak Ganjar,” ungkapnya.
Menurut dia, perhatian Pemprov Jateng amat dirasakan para guru yang mengajar di TPQ. Sehingga, mereka pun lebih bersemangat dalam mengajarkan ilmu kepada murid, karena memang keberadaan guru dibutuhkan.”Jadi insentif ini, menurut saya, sebuah angin surga. Karena dari selama ini yang sering kita sharing dengan teman, ini sangat membantu sekali,” katanya.
Mengenai hal itu, Ganjar Pranowo mengatakan sudah sepantasnya pemerintah mengapresiasi peran dan perjuangan guru keagamaan.”Pada mereka guru agama itu bisa kita titipi pembelajaran budi pekerti ke anak-anak. Kiai pada santri, guru pada muridnya. Bukan hanya guru ngaji, tapi guru agama lain seperti sekolah Minggu dan lainnya. Ini bentuk tanda cinta kita kepada mereka,” tukasnya.
Sejak 2019 hingga 2023, pemberian insentif guru keagamaan telah terealisasi sebesar Rp 1,2 triliun. Rinciannya, pada 2019 sebesar 171.131 penerima manfaat, pada 2020 tercatat 211.455 penerima, pada 2021 sejumlah 211.455 penerima, pada 2022 sebanyak 211.455 penerima, dan pada 2023 mencapai 230.830 penerima manfaat.
Sementara itu, program pemberian insentif ini ditanggapi positif oleh guru keagamaan di Medan. Drs Ahmad Sayuti Rangkuti selaku guru di MTs Nurul Huda, di Jamin Ginting Km 8, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan mengatakan, program insentif guru keagamaan di Provinsi Jateng merupakan hal yang positif.
“Bagus itu untuk membantu guru-guru agama. Itukan salah satu menunjang kinerja guru agama juga,” ucap guru mata pelajaran Qur’an Hadist ini, Jumat (6/10).
Iapun membandingkan dengan yang diterimanya selama menjadi guru agama di sekolah tersebut. Walau ia mengajar di sekolah swasta, namun karena berstatus PNS, ia tetap menerima tunjangan kinerja (tukin) yang ia terima 2 bulan sekali.
“Kalau di provinsi (Sumut), saya dapat tukin per 2 bulan sekali. Uang makan sebulan sekali. Dan itu sangat membantu sekali,” pungkasnya. (rel/als/wir/man)