25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Imbas Banjir Aceh Tamiang, Jalan Nasional Belum Bisa Dilintasi

SUMUTPOS.CO – Banjir yang melanda Kabupaten Aceh Tamiang membuat arus transportasi Medan-Banda Aceh masih lumpuh hingga Minggu (6/11). Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) tidak bisa dilintasi oleh kendaraan. Meski di sejumlah desa dalam wilayah Aceh Tamiang banjirnya telah banyak surut.

Titik banjir yang belum bisa dilintasi kendaraan terjadi di Kebun Tengah, Alur Selawi, Kebun Tiga dan Sungai Liput, Kecamatan Kejuruan Muda, tepatnya sebelum Kodim 01017/Atam dari arah Banda Aceh.  “Sudah surut, namun rata-rata air di jalan masih 80 cm seperti di Alur Selawi,” kata Kapolsek Kejuruan Muda AKP Sudirman, Minggu pagi (6/11).

Banjir memang semakin meluas dan pengungsi saat ini mencapai 23.380 jiwa. Total jumlah warga terdampak banjir namun tidak mengungsi 63.367 jiwa tersebar di 12 kecamatan dalam kabupaten itu.

Juru bicara Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, Agusliana Devita, menyebutkan, akses jalan utama di kabupaten itu belum bisa dilalui. Dampaknya antrean kendaraan di ruas Medan-Banda Aceh menumpuk. “Kami imbau sementara waktu, jangan dulu melewati lintas utama Medan-Banda Aceh. Karena masih setinggi satu sampai satu setengah meter banjir merendam badan jalan,” terangnya.

Dia menyebutkan, tim terpadu sudah bekerja maksimal untuk menerobos desa-desa yang masih terisolasi di Kabupaten Aceh Tamiang. “Ada 70 desa masih terisolir. Tim menerobos dengan boat membawa bantuan pangan,” katanya. Sebelumnya diberitakan, banjir mulai merendam Aceh Tamiang 31 Oktober 2022 malam hingga hari ini. Banjir merendam 12 kecamatan dan hingga kini belum surut. Belum ada bantuan dari pemerintah pusat memasuki hari keenam banjir di Kabupaten Aceh Tamiang.

Sementara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Timur mencatat, sebanyak 2.099 rumah terendam banjir menyusul hujan deras yang menyebabkan meluapnya sejumlah sungai di daerah itu.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Aceh Timur Ashadi mengatakan, ribuan rumah yang terendam banjir tersebut tersebar di 14 desa di kecamatan di Kabupaten Aceh Timur. “Ketinggian berkisar antara 30 centimeter hingga satu meter dari permukaan jalan. Jika hujan masih mengguyur, maka ketinggian air diperkirakan akan terus meningkat,” kata Ashadi menyebutkan.

Adapun rumah terendam banjir yakni di Kecamatan Pante Bidari meliputi Gampong (desa) Pantee Labu sebanyak 40 rumah dengan 160 jiwa, Gampong Blang Seunong sebanyak 146 rumah, serta Gampi 8 rumah. Kemudian, Kecamatan Peunaron meliputi Gampong Penaron Baru sebanyak 29 rumah dengan 101 jiwa, Gampong Peunaron Lama sebanhal 12 rumah yang dihuni 51 jiwa, Gampong Arul Pinang dengan 22 rumah dan 80 jiwa terdampak serta Gampong Sri Mulya dengan dua rumah dihuni 8 jiwa.

Berikutnya, Kecamatan Ranto Peureula meliputi Gampong Seumanah Jaya sebanyak 120 rumah dengan 480 jiwa terdampak, Kecamatan Simpang Ulim meliputi Gampong Teupin Breuh sebanyak 70 rumah. Serta Kecamatan Julok meliputi Gampong Lhok Seuntang sebanyak 100 rumah dengan 390 jiwa terdampak, Gampong Jambo di Kecamatan Birem Bayeun Labu sebanyak 150 rumah. Dan Kecamatan Sungai Raya meliputi Gampong Seunabok Aceh meliputi 15 rumah, Gampong Gajah Meuntah terdiri 17 rumah, dan Gampong Paya Keutapang dengan 60 rumah terdampak banjir.

“Banjir juga menyebabkan ratusan jiwa mengungsi di sejumlah titik. Berdasarkan data, jumlah pengungsi sebanyak 480 jiwa dari 120 keluarga. Kami terus berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya untuk penyaluran bantuan serta evakuasi warga yang membutuhkan,” kata Ashadi.

Pengungsi Capai 9 Ribu Jiwa

Sudah sepekan, banjir yang melanda Aceh Tamiang, Aceh tak kunjung surut. Akibatnya, jumlah pengungsi meningkat dari yang sebelumnya sebanyak tujuh ribu jiwa kini menjadi lebih dari sembilan ribu jiwa, Minggu (6/11).

Meningkatnya jumlah pengungsi ini dikarenakan adanya warga yang sebelumnya bertahan dirumah, akhirnya memilih mengungsi karena rumah mereka sudah semakin terendam banjir. Para pengungsi ditempatkan di 255 titik pengungsian yang tersebar di 12 kecamatan.

Sedangkan bencana banjir di Aceh Tamiang memakan korban jiwa. Lidin (36) warga Desa Alur Cantik, Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, tewas terseret arus banjir, Sabtu (5/11) sore.

Kapolsek Bendahara Iptu Tarmidi dalam keterangan tertulisnya menyebutkan, saat kejadian korban pergi ke sawah yang terendam banjir untuk menyelamatkan harta dan bendanya yang tertinggal di sawah. “Diduga korban terseret arus dan meninggal dunia. Jasadnya sudah ditemukan dan prosesi pemakaman langsung dilakukan,” kata Kapolsek.

Sedangkan untuk melakukan misi kemanusiaan, Polres Aceh Timur mengirimkan pesonel membantu penanganan musibah banjir yang melanda wilayah Kabupaten Aceh Tamiang.

Kapolres Aceh Timur AKBP Andy Rahmansyah SIK, menyebutkan bahwa sejak Rabu (2/11) kondisi banjir di 12 kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh Tamiang belum menunjukan penurunan ketinggian debit air. Sehingga Polres Aceh Timur mengirimkan 10 Personel dan juga dua unit rubber boat yang diperbantukan untuk penanganan banjir.

“10 Personel kami bersama dua unit Rubber Boat sejak Jum’at (04/11/2022) kemarin sudah tiba di lokasi banjir untuk membantu Polres Aceh Tamiang menangani banjir,” kata Kapolres, Minggu, Minggu (6/11) sore.

Pj Gubernur Aceh Kumpulkan Instansi Terkait

Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki mengumpulkan instansi terkait di lingkungan pemerintah setempat dalam upaya percepatan penanganan warga terdampak banjir di Kabupaten Aceh Tamiang.“Berdasarkan peninjauan di lapangan saat ini banyak kebutuhan logistik masyarakat di pengungsian mulai menipis dan ini harus segera dikirim kembali,” kata Achmad Marzuki di Aceh Tamiang, Minggu.

Pernyataan itu disampaikannya di sela-sela rapat  bersama para Kepala SKPA terkait yang berlangsung secara virtual dari Meuligoe Bupati Aceh Tamiang.   Dalam rapat tersebut Pj Gubernur menyampaikan sejumlah arahan untuk penanganan darurat dampak banjir yakni Kepala Dinas terkait untuk segera mengirim kembali segala kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat yang terdampak banjir.

Diantara kebutuhan logistik yang mendesak itu adalah mie instan, telur, sarden, minyak goreng, tenda, air bersih, matras, selimut, pembalut wanita, popok bayi, susu bayi, penampung air dan alat pembersih sekolah.

Selain kebutuhan logistik, Achmad Marzuki juga meminta Kepala Dinas Pengairan untuk melakukan pengerukan atau normalisasi sejumlah kuala di Aceh Tamiang, guna meminimalisir dampak  banjir.

Pj Gubernur juga meminta Kepala Dinas Perhubungan untuk mengatur lalu lintas jalan yang terdampak banjir, untuk mengurai kemacetan.

Ia meminta Dishub untuk menentukan titik kumpul truk-truk yang melintas agar tidak terjadi kemacetan panjang. Usai mendengar arahan dari Pj Gubernur, Asisten Bidang Pemerintahan dan Keistimewaan Sekda Aceh, M Jafar, memimpin langsung rapat bersama para Kepala SKPA. (bbs/ila)

SUMUTPOS.CO – Banjir yang melanda Kabupaten Aceh Tamiang membuat arus transportasi Medan-Banda Aceh masih lumpuh hingga Minggu (6/11). Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) tidak bisa dilintasi oleh kendaraan. Meski di sejumlah desa dalam wilayah Aceh Tamiang banjirnya telah banyak surut.

Titik banjir yang belum bisa dilintasi kendaraan terjadi di Kebun Tengah, Alur Selawi, Kebun Tiga dan Sungai Liput, Kecamatan Kejuruan Muda, tepatnya sebelum Kodim 01017/Atam dari arah Banda Aceh.  “Sudah surut, namun rata-rata air di jalan masih 80 cm seperti di Alur Selawi,” kata Kapolsek Kejuruan Muda AKP Sudirman, Minggu pagi (6/11).

Banjir memang semakin meluas dan pengungsi saat ini mencapai 23.380 jiwa. Total jumlah warga terdampak banjir namun tidak mengungsi 63.367 jiwa tersebar di 12 kecamatan dalam kabupaten itu.

Juru bicara Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, Agusliana Devita, menyebutkan, akses jalan utama di kabupaten itu belum bisa dilalui. Dampaknya antrean kendaraan di ruas Medan-Banda Aceh menumpuk. “Kami imbau sementara waktu, jangan dulu melewati lintas utama Medan-Banda Aceh. Karena masih setinggi satu sampai satu setengah meter banjir merendam badan jalan,” terangnya.

Dia menyebutkan, tim terpadu sudah bekerja maksimal untuk menerobos desa-desa yang masih terisolasi di Kabupaten Aceh Tamiang. “Ada 70 desa masih terisolir. Tim menerobos dengan boat membawa bantuan pangan,” katanya. Sebelumnya diberitakan, banjir mulai merendam Aceh Tamiang 31 Oktober 2022 malam hingga hari ini. Banjir merendam 12 kecamatan dan hingga kini belum surut. Belum ada bantuan dari pemerintah pusat memasuki hari keenam banjir di Kabupaten Aceh Tamiang.

Sementara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Timur mencatat, sebanyak 2.099 rumah terendam banjir menyusul hujan deras yang menyebabkan meluapnya sejumlah sungai di daerah itu.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Aceh Timur Ashadi mengatakan, ribuan rumah yang terendam banjir tersebut tersebar di 14 desa di kecamatan di Kabupaten Aceh Timur. “Ketinggian berkisar antara 30 centimeter hingga satu meter dari permukaan jalan. Jika hujan masih mengguyur, maka ketinggian air diperkirakan akan terus meningkat,” kata Ashadi menyebutkan.

Adapun rumah terendam banjir yakni di Kecamatan Pante Bidari meliputi Gampong (desa) Pantee Labu sebanyak 40 rumah dengan 160 jiwa, Gampong Blang Seunong sebanyak 146 rumah, serta Gampi 8 rumah. Kemudian, Kecamatan Peunaron meliputi Gampong Penaron Baru sebanyak 29 rumah dengan 101 jiwa, Gampong Peunaron Lama sebanhal 12 rumah yang dihuni 51 jiwa, Gampong Arul Pinang dengan 22 rumah dan 80 jiwa terdampak serta Gampong Sri Mulya dengan dua rumah dihuni 8 jiwa.

Berikutnya, Kecamatan Ranto Peureula meliputi Gampong Seumanah Jaya sebanyak 120 rumah dengan 480 jiwa terdampak, Kecamatan Simpang Ulim meliputi Gampong Teupin Breuh sebanyak 70 rumah. Serta Kecamatan Julok meliputi Gampong Lhok Seuntang sebanyak 100 rumah dengan 390 jiwa terdampak, Gampong Jambo di Kecamatan Birem Bayeun Labu sebanyak 150 rumah. Dan Kecamatan Sungai Raya meliputi Gampong Seunabok Aceh meliputi 15 rumah, Gampong Gajah Meuntah terdiri 17 rumah, dan Gampong Paya Keutapang dengan 60 rumah terdampak banjir.

“Banjir juga menyebabkan ratusan jiwa mengungsi di sejumlah titik. Berdasarkan data, jumlah pengungsi sebanyak 480 jiwa dari 120 keluarga. Kami terus berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya untuk penyaluran bantuan serta evakuasi warga yang membutuhkan,” kata Ashadi.

Pengungsi Capai 9 Ribu Jiwa

Sudah sepekan, banjir yang melanda Aceh Tamiang, Aceh tak kunjung surut. Akibatnya, jumlah pengungsi meningkat dari yang sebelumnya sebanyak tujuh ribu jiwa kini menjadi lebih dari sembilan ribu jiwa, Minggu (6/11).

Meningkatnya jumlah pengungsi ini dikarenakan adanya warga yang sebelumnya bertahan dirumah, akhirnya memilih mengungsi karena rumah mereka sudah semakin terendam banjir. Para pengungsi ditempatkan di 255 titik pengungsian yang tersebar di 12 kecamatan.

Sedangkan bencana banjir di Aceh Tamiang memakan korban jiwa. Lidin (36) warga Desa Alur Cantik, Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, tewas terseret arus banjir, Sabtu (5/11) sore.

Kapolsek Bendahara Iptu Tarmidi dalam keterangan tertulisnya menyebutkan, saat kejadian korban pergi ke sawah yang terendam banjir untuk menyelamatkan harta dan bendanya yang tertinggal di sawah. “Diduga korban terseret arus dan meninggal dunia. Jasadnya sudah ditemukan dan prosesi pemakaman langsung dilakukan,” kata Kapolsek.

Sedangkan untuk melakukan misi kemanusiaan, Polres Aceh Timur mengirimkan pesonel membantu penanganan musibah banjir yang melanda wilayah Kabupaten Aceh Tamiang.

Kapolres Aceh Timur AKBP Andy Rahmansyah SIK, menyebutkan bahwa sejak Rabu (2/11) kondisi banjir di 12 kecamatan dalam wilayah Kabupaten Aceh Tamiang belum menunjukan penurunan ketinggian debit air. Sehingga Polres Aceh Timur mengirimkan 10 Personel dan juga dua unit rubber boat yang diperbantukan untuk penanganan banjir.

“10 Personel kami bersama dua unit Rubber Boat sejak Jum’at (04/11/2022) kemarin sudah tiba di lokasi banjir untuk membantu Polres Aceh Tamiang menangani banjir,” kata Kapolres, Minggu, Minggu (6/11) sore.

Pj Gubernur Aceh Kumpulkan Instansi Terkait

Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki mengumpulkan instansi terkait di lingkungan pemerintah setempat dalam upaya percepatan penanganan warga terdampak banjir di Kabupaten Aceh Tamiang.“Berdasarkan peninjauan di lapangan saat ini banyak kebutuhan logistik masyarakat di pengungsian mulai menipis dan ini harus segera dikirim kembali,” kata Achmad Marzuki di Aceh Tamiang, Minggu.

Pernyataan itu disampaikannya di sela-sela rapat  bersama para Kepala SKPA terkait yang berlangsung secara virtual dari Meuligoe Bupati Aceh Tamiang.   Dalam rapat tersebut Pj Gubernur menyampaikan sejumlah arahan untuk penanganan darurat dampak banjir yakni Kepala Dinas terkait untuk segera mengirim kembali segala kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat yang terdampak banjir.

Diantara kebutuhan logistik yang mendesak itu adalah mie instan, telur, sarden, minyak goreng, tenda, air bersih, matras, selimut, pembalut wanita, popok bayi, susu bayi, penampung air dan alat pembersih sekolah.

Selain kebutuhan logistik, Achmad Marzuki juga meminta Kepala Dinas Pengairan untuk melakukan pengerukan atau normalisasi sejumlah kuala di Aceh Tamiang, guna meminimalisir dampak  banjir.

Pj Gubernur juga meminta Kepala Dinas Perhubungan untuk mengatur lalu lintas jalan yang terdampak banjir, untuk mengurai kemacetan.

Ia meminta Dishub untuk menentukan titik kumpul truk-truk yang melintas agar tidak terjadi kemacetan panjang. Usai mendengar arahan dari Pj Gubernur, Asisten Bidang Pemerintahan dan Keistimewaan Sekda Aceh, M Jafar, memimpin langsung rapat bersama para Kepala SKPA. (bbs/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/