JAKARTA-Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bam bang Yudhoyono telah menyelesaikan pertemuan tertutupnya dengan empat menteri dari Demokrat yaitu Jero Wacik, Syarif Hasan, Roy Suryo, dan Amir Syamsuddin di kediamannya Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Kamis malam (7/2).
Namun, dalam pertemuan dua jam itu ternyata Presiden RI tersebut juga tak segera menyampaikan solusi yang ia janjikan untuk menyelamatkan partainya. Menurut Syarif Hasan, SBY hanya menyebutkan akan menata kembali partai itu.
“Opsi-opsi itu bagaimana menata kembali Partai Demokrat ini dan juga bagaimana agar melakukan manajemen orang yang konsolidasi untuk semua kader,” kata Syarif.
Apa yang dimaksud SBY dengan menata kembali? Syarif tak mampu menjelaskannya secara jelas. Ia mengatakan, Presiden hanya ingin partainya bersih.
“Menata kembali integritas para kader agar etika politik Demokrat dijalankan secara konsisten dan politik itu santun bersih dan cerdas. Pokoknya yang bersih,” tegas Syarif.
Syarif tidak menjelaskan apa yang dimaksudnya dengan bersih itu. Ia terus mengulang bahwa SBY menginginkan kader yang bersih.
“Pokoknya bersih yah,” katanya.
Seperti diketahui, citra Partai Demokrat memang memburuk sejak mantan Bendahara Umumnya Nazaruddin terjerat kasus korupsi. Menyusul Nazar ada nama Angelina Sondakh dan Andi Mallarangeng.
Belum juga usai, Ketum Partai Demokrat Anas Urbaningrum juga disebut-sebut terlibat kasus dugaan korupsi bersama Nazar. Akibat itu, sejumlah petinggi Demokrat mengkaitkan Anas menjadi penyebab turunnya elektabilitas Demokrat hingga hanya mencapai 8,3 persen.
Demokrat meradang dan meminta SBY bersikap, sehingga terjadilah pertemuan tertutup dan terkesan mendadak itu.
Dukung Ibas jadi Ketua
Di sisi lain, langkah sejumlah politisi senior Partai Demokrat yang ingin mendongkel Anas Urbaningrum dari kursi Ketua Umum, didukung bekas kolega Anas, M. Nazarudin.
Bekas Bendahara Umum PD menegaskan, supaya partai berlambang bintang mercy itu lebih besar, memang harus segera mengganti ketua umumnya.
“Kalau nanti soal yang mana, ya itu DPC dan DPD mengetahui yang terbaik,” kata Nazarudin, kepada wartawan, usai menjalani pemeriksaan di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kamis (7/2).
Dia sebagai saksi untuk tersangka Andi Alfian Mallarangeng dalam kasus dugaan korupsi proyek pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan Sarana Olahraga Nasional, di Bukit Hambalang, Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Nazarudin enggan menjawab saat ditanya siapa calon yang pantas menggantikan Anas sebagai Ketum PD.
Namun, bahasa tubuh Nazar mengisyaratkan setuju ketika ditanyakan apakah Sekretaris Jenderal PD Edhie Baskoro Yudhoyono pantas mengganti Anas. Ia terlihat mengangguk saat wartawan menyodorkan nama Ibas.
Tanpa memberikan jawaban, Nazar sambil tersenyum masuk ke mobil tahanan KPK yang sudah menunggunya.
Seperti diketahui, desakan Anas mundur sebagai Ketum PD kembali mencuat. Setelah politisi PD Ruhut Sitompul lantang menyuarakan, baru-baru ini para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II yang juga kader PD memberi isyarat Anas harus mundur. (flo/boy/jpnn)