JAKARTA- Mantan Menteri Sekretaris Negara di era Orde Baru, Moerdiono, pukul 18.40 WIB kemarin petang (7/10) meninggal di RS Gleneagles, Singapura. Bapak tiga anak yang dilahirkan di Banyuwangi pada 19 Agustus 1934 ini meninggal setelah sempat menjalani perawatan selama dua bulan.
“Beliau meninggal akibat komplikasi penyakit,” ujar mantan pengacara Moerdiono, Hendry Yosodiningrat ketika dihubungi tadi malam.
Selama 17 bulan terakhir, penerima Bintang Mahaputra Adipradana ini menurun kesehatannya akibat kanker paru-paru. Puncaknya, dua bulan lalu alumni Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Malang ini koma sehingga dilarikan ke Singapura. Meski kondisinya sempat membaik, petang kemarin orang kepercayaan mantan Presiden Soeharto ini berpulang.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan, Moerdiono memang terdeteksi kanker paru-paru stadium awal tahun lalu. Setelah menjalani proses kemoterapi, kondisinya sempat membaik.
“April lalu, beliau dengan lancar menjelaskan perannya dalam proses pembubaran PKI pasca keluarnya Supersemar 11 Maret 1966,” tutur Fadli.
Saat itu, Moerdiono adalah sekretaris pribadi Jenderal Basoeki Rahmat, salah satu dari tiga perwira yang mengantarkan surat perintah dari Presiden Soekarno pada Menpangab Jenderal Soeharto tersebut. “Pak Moerdiono yang mengkonsep surat pembubaran PKI,” ujar Fadli.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Michael Tene menambahkan, jenazah disemayamkan semalam di KBRI Singapura sambil menunggu pengurusan dokumen pemulangan jenazah pada pukul 10.00 WIB pagi ini. Hingga kini belum diketahui tempat jenazah akan disemayamkan sebelum sore nanti dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Pasalnya, saat ini tengah terjadi sengketa hukum antara istri sirinya Poppy Dharsono yang menghendaki jenazah disemayamkan di Jalan Sriwijaya No 23, Kebayoran, Jakarta Selatan, dengan kubu putra-putri dari istri pertama, Marijati, yang menginginkan jenazah disemayamkan di Jalan Kertanegara.(pri/jpnn)