25 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Ganjar Optimistis Indonesia Keluar dari Middle Income Trap

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Calon presiden (capres) Ganjar Pranowo, optimistis Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap). Itu merupakan istilah ekonomi, yang mengacu pada keadaan suatu negara yang berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah, tapi tidak dapat meningkat lagi menjadi negara maju.

“Soal middle income trap, sebenarnya yang mesti dilakukan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), melalui pendidikan dan memberikan layanan kesehatannya. Aksesnya harus gampang,” ungkap Ganjar, usai menghadiri acara tahunan US-Indonesia Investment Summit ke-11 yang diselenggarakan AmCham Indonesia dan US Chamber of Commerce di Jakarta, belum lama ini.

Ganjar menjelaskan, untuk menjaga kualitas SDM, pemerintah perlu menyiapkan akses pendidikan yang mudah. Dengan begitu, bonus demografi yang terjadi di Indonesia bisa dimanfaatkan dengan baik, bukan malah menjadi ancaman.

“Kita punya kesempatan bonus demografi yang tinggi. Ini masyarakat produktifnya banyak,” tuturnya.

Langkah kedua yang harus dilakukan untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah adalah mengoptimalisasi potensi ekonomi.

“Dengan waktu kurang lebih 10 sampai 13 tahun, maka mesti gaspol, harus cepat. Kita tidak bisa urut kacang atau perlahan-lahan geraknya. Maka seluruh kekuatan kita siapkan,” imbau Ganjar.

Upaya-upaya tersebut harus didukung dengan sistem anggaran yang tepat.

“Kalau bahasanya Pak Jokowi, kalau sudah dilantik langsung gaspol dan dieksekusi saja. Satu di antaranya pangan harus berdaulat dan tahan. Kedua, kita bicara transisi energi. Yang ketiga kesehatan dan pendidikan. Itu bisa dilakukan, jadi anggaran kita mesti bisa naik dan optimal. Saya yakin semua pasti mampu,” jelas Ganjar lagi.

Menurut mantan Gubernur Jawa Tengah 2 periode itu, bonus demografi akan menjadi bencana apabila tidak diikuti dengan peningkatan kualitas manusia Indonesia, dan penguasaan sains dan teknologi. Padahal, dengan jumlah penduduk lebih dari 278 juta jiwa, atau terbesar keempat di dunia, dapat menjadi potensi sekaligus kekuatan besar bagi Indonesia untuk melompat menjadi negara maju.

“Indonesia yang kaya akan sumber daya alam (SDA) dapat menjadi kutukan SDA jika tidak dikelola secara optimal. Potensi SDA seperti energi, mineral, pertanian, perkebunan, perikanan, serta keanekaragaman hayati adalah kunci bagi Indonesia dalam bersaing di dunia internasional, dan menghadirkan kesejahteraan rakyat,” kata Ganjar.

Menurut Ganjar, potensi digital Indonesia juga harus dimanfaatkan dengan bersandar pada kekuatan dan sumber daya nasional. Sementara itu, perubahan iklim yang telah bergeser menjadi krisis iklim, mengharuskan adanya pergeseran paradigma dalam pembangunan.

“Lingkungan hidup atau planetary boundaries harus menjadi batasan bagi seluruh aktivitas, utamanya aktivitas ekonomi,” katanya.

Sementara itu, pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin berharap, jika nanti Ganjar terpilih menjadi presiden Republik Indonesia (RI), diharapkan mampu mengeluarkan Indonesia dari jebakan middle income trap. Menurutnya, dibutuhkan upaya yang luar biasa untuk mencapai ke sana. Visinya harus jauh ke depan dan harus bisa maksimal memanfaatkan peluang.

“Pada dasarnya negara ini tetap butuh orang yang optimis, yang bisa melompati tantangan besar untuk mewujudkannya. Kita harap keoptimisan Ganjar tersebut, mampu membawa Indonesia nantinya menuju ke perubahan,” harapnya. (wir/dwi)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Calon presiden (capres) Ganjar Pranowo, optimistis Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap). Itu merupakan istilah ekonomi, yang mengacu pada keadaan suatu negara yang berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah, tapi tidak dapat meningkat lagi menjadi negara maju.

“Soal middle income trap, sebenarnya yang mesti dilakukan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), melalui pendidikan dan memberikan layanan kesehatannya. Aksesnya harus gampang,” ungkap Ganjar, usai menghadiri acara tahunan US-Indonesia Investment Summit ke-11 yang diselenggarakan AmCham Indonesia dan US Chamber of Commerce di Jakarta, belum lama ini.

Ganjar menjelaskan, untuk menjaga kualitas SDM, pemerintah perlu menyiapkan akses pendidikan yang mudah. Dengan begitu, bonus demografi yang terjadi di Indonesia bisa dimanfaatkan dengan baik, bukan malah menjadi ancaman.

“Kita punya kesempatan bonus demografi yang tinggi. Ini masyarakat produktifnya banyak,” tuturnya.

Langkah kedua yang harus dilakukan untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah adalah mengoptimalisasi potensi ekonomi.

“Dengan waktu kurang lebih 10 sampai 13 tahun, maka mesti gaspol, harus cepat. Kita tidak bisa urut kacang atau perlahan-lahan geraknya. Maka seluruh kekuatan kita siapkan,” imbau Ganjar.

Upaya-upaya tersebut harus didukung dengan sistem anggaran yang tepat.

“Kalau bahasanya Pak Jokowi, kalau sudah dilantik langsung gaspol dan dieksekusi saja. Satu di antaranya pangan harus berdaulat dan tahan. Kedua, kita bicara transisi energi. Yang ketiga kesehatan dan pendidikan. Itu bisa dilakukan, jadi anggaran kita mesti bisa naik dan optimal. Saya yakin semua pasti mampu,” jelas Ganjar lagi.

Menurut mantan Gubernur Jawa Tengah 2 periode itu, bonus demografi akan menjadi bencana apabila tidak diikuti dengan peningkatan kualitas manusia Indonesia, dan penguasaan sains dan teknologi. Padahal, dengan jumlah penduduk lebih dari 278 juta jiwa, atau terbesar keempat di dunia, dapat menjadi potensi sekaligus kekuatan besar bagi Indonesia untuk melompat menjadi negara maju.

“Indonesia yang kaya akan sumber daya alam (SDA) dapat menjadi kutukan SDA jika tidak dikelola secara optimal. Potensi SDA seperti energi, mineral, pertanian, perkebunan, perikanan, serta keanekaragaman hayati adalah kunci bagi Indonesia dalam bersaing di dunia internasional, dan menghadirkan kesejahteraan rakyat,” kata Ganjar.

Menurut Ganjar, potensi digital Indonesia juga harus dimanfaatkan dengan bersandar pada kekuatan dan sumber daya nasional. Sementara itu, perubahan iklim yang telah bergeser menjadi krisis iklim, mengharuskan adanya pergeseran paradigma dalam pembangunan.

“Lingkungan hidup atau planetary boundaries harus menjadi batasan bagi seluruh aktivitas, utamanya aktivitas ekonomi,” katanya.

Sementara itu, pengamat Ekonomi Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin berharap, jika nanti Ganjar terpilih menjadi presiden Republik Indonesia (RI), diharapkan mampu mengeluarkan Indonesia dari jebakan middle income trap. Menurutnya, dibutuhkan upaya yang luar biasa untuk mencapai ke sana. Visinya harus jauh ke depan dan harus bisa maksimal memanfaatkan peluang.

“Pada dasarnya negara ini tetap butuh orang yang optimis, yang bisa melompati tantangan besar untuk mewujudkannya. Kita harap keoptimisan Ganjar tersebut, mampu membawa Indonesia nantinya menuju ke perubahan,” harapnya. (wir/dwi)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/