24 C
Medan
Tuesday, September 24, 2024

Protes Papua Nugini Telat

JAKARTA-Manuver dua pesawat Sukhoi milik TNI AU yang membuntuti pesawat yang ditumpangi pejabat Papua Nugini karena melintas di wilayah udara RI, sempat memicu panasnya hubungan negara tetangga itu dengan RI.

Perdana Menteri Papa Nugini, Peter O’neil sempat mengancam mengusir Dubes RI untuk Papua Nugini, seperti ABC Radio Australia, Jumat (6/1) pekan lalu.

Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono menyebut, aksi O’neil itu terlambat. “Mestinya seminggu setelah kejadian (mengajukan protes, Red). Ini sudah dua bulan,” ujar Agus kepada wartawan usai menghadiri Rakor di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (9/1).  Seperti telah diberitakan, kejadian tersebut berlangsung pada 29 November 2011.

Dijelaskan Agus, intersepsi yang dilakukan Sukhoi sudah sesuai prosedur. Ini berawal dari tangkapan radar mengenai adanya pesawat yang melintas di wilayah udara RI. Diketahui, pesawat yang melintas non-schedule. “Kita cek, clearance tak cocok, lantas kita berangkatkan pesawat (dua Sukhoi itu, Red),” kata Agus.

Agus menjelaskan, sesuai pakem dalam hubungan internasional, maka ketika pesawat yang melanggar wilayah RI merupakan pesawat milik pemerintah negara lain, langkah diplomatik yang dilakukan adalah melayangkan surat protes.
Hanya saja, sore harinya pascakejadian, sudah ada clearance. “Jadi kita tak sampai mengajukan nota protes,” terangnya. (sam)

JAKARTA-Manuver dua pesawat Sukhoi milik TNI AU yang membuntuti pesawat yang ditumpangi pejabat Papua Nugini karena melintas di wilayah udara RI, sempat memicu panasnya hubungan negara tetangga itu dengan RI.

Perdana Menteri Papa Nugini, Peter O’neil sempat mengancam mengusir Dubes RI untuk Papua Nugini, seperti ABC Radio Australia, Jumat (6/1) pekan lalu.

Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono menyebut, aksi O’neil itu terlambat. “Mestinya seminggu setelah kejadian (mengajukan protes, Red). Ini sudah dua bulan,” ujar Agus kepada wartawan usai menghadiri Rakor di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin (9/1).  Seperti telah diberitakan, kejadian tersebut berlangsung pada 29 November 2011.

Dijelaskan Agus, intersepsi yang dilakukan Sukhoi sudah sesuai prosedur. Ini berawal dari tangkapan radar mengenai adanya pesawat yang melintas di wilayah udara RI. Diketahui, pesawat yang melintas non-schedule. “Kita cek, clearance tak cocok, lantas kita berangkatkan pesawat (dua Sukhoi itu, Red),” kata Agus.

Agus menjelaskan, sesuai pakem dalam hubungan internasional, maka ketika pesawat yang melanggar wilayah RI merupakan pesawat milik pemerintah negara lain, langkah diplomatik yang dilakukan adalah melayangkan surat protes.
Hanya saja, sore harinya pascakejadian, sudah ada clearance. “Jadi kita tak sampai mengajukan nota protes,” terangnya. (sam)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/