26 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Rumah Ketua KPK Dilempar Bom Rakitan, Bom Digantung di Pagar

OLAH TKP: Petugas Kepolisian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di rumah pimpinan KPK Laode M Syarif, Rabu (9/1). Rumah Ketua KPK Agus Raharjo juga menjadi sasaran teror bom yang digantung di pagar rumahnya.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Serangan teror dialami dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pertama adalah rumah Ketua KPK Agus Rajardjo di Bekasi, Jawa Barat, kedua kediaman Wakil Ketua KPK Laode M Syarif.

Di kediaman Ketua KPK Agus Rahardjo, terdapat benda diduga bom dan disimpan dalam tas. “Di (kediaman) Pak Agus ada tas tercantel di pagar,” kata Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo kepada wartawan, Rabu (9/1)n

Dia menyebutkan, penyidik masih mendalami tas tersebut, karena di dalamnya terdapat benda seperti bom rakitan.

Dari foto yang didapat, tas tersebut berisi bom rakitan dan sejumlah paku serta semen putih. Kemudian terdapat beberapa kabel dan baterai yang diduga sebagai alat pemicu ledakan.

“Masih didalami. Kadensus 88 sudah membentuk tim, dari Polda Metro Jaya dan Puslabfor Mabes Polri juga membentuk tim. Saat ini penyidik masih bekerja,” kata dia.

Kepolisian masih menganalisa benda mencurigakan yang ditemukan di kediaman Ketua KPK Agus Rahardjo. Adapun saat ditemukan, benda tersebut mirip dengan bom pipa.

“Ditemukan tas item di dalamnya ada benda, tapi apakah itu jenis bom atau tidak, masih dianalisa. Apa itu fake bomb? masih didalami, jadi tidak terburu-buru,” ujarnya lagi.

Sementara itu bisa dipastikan bahwa orang yang diduga meneror kediaman Agus itu terbilang bukan profesional. “(Kalau profesional), nggak akan seperti itu. Terorisme itu abis. Kalau melakukan aksinya butuh perencanaan matang. Ini kan nggak meledak,” kata jenderal bintang satu itu.

Soal apakah teror di rumah Agus saling berkaitan dengan di kediaman Wakil Ketua KPK Laode M Syarief, Dedi masih belum berani menyimpulkan. “Tim masih bekerja. Jadi belum ada kesimpulan terhadap dua kasus ini,” imbuhnya.

Begitu pula jika ini dikaitkan dengan kasus yang ditangani KPK. “Kita nggak bisa berandai-andai, (harus) sesuai fakta hukum. CCTV sedang dianalisa. Moga-moga kualitas kamera bagus dan terang. Pelaku mudah-mudahaan nggak pakai sebo (sehingga) bisa diidentifikasi,” tutur Dedi.

Lebih lanjut dia mengatakan, atas insiden ini, pihaknya akan intens menjaga kediaman seluruh komisioner KPK. “Tidak menutup kemungkinan. Secara internal sudah ada pengamanan dan kita melekat juga,” pungkas Dedi.

Dua Pelaku Terendus

Pihak kepolisian mengendus dua orang diduga pelaku pelemparan bom molotov rumah Wakil Ketua KPK. Hal itu berdasarkan rekaman CCTV di sekitar rumah pimpinan KPK itu.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan dua terduga pelaku tersebut diketahui melalui rekaman CCTV usai melakukan olah TKP di rumah Laode. Dua orang itu berboncengan motor saat menjalankan aksinya.

“Dari rekaman CCTV di rumah korban, terlihat ada dua orang yang berboncengan menggunakan sepeda motor. Pelaku menggunaka helm full face dari arah sebelah kiri rumah,” ujarnya.

Dari rekaman CCTV itu terlihat jelas dua orang berhenti dan melemparkan botol kaca berisi bahan bakar sebanyak dua kali. Argo menyebutkan, lemparan pertama, bom molotov itu tidak terbakar karena terkena tembok dan jatuh di lantai 1. Namun, di lemparan kedua, botol bersumbu itu pecah dan terbakar. “Botol kedua pecah dan terbakar. Botol itu yang ditemukan pembantu di rumah Pak Laode,” kata Argo.

Argo mengaku, pihaknya telah melakukan olah TKP oleh Pus Inafis Bareskrim Polri yang dipimpin oleh Kapus Inafis. Kemudian, mencari dan mengumpulkan saksi serta bukti oleh Subdit 1 Kamneg Dit Tipidum Bareskrim Polri. “Melakukan Seldom oleh Team IT Resmob dan Jatanras Polda Metro Jaya,” tambah Argo.

Di rumah korban, polisi sudah meminta keterangan dari asisten rumah tangga Laode, bernama Hartini, kemudian seorang pedagang kue, Suwarni serta tetangganya, Fitra yang merupakan driver ojek online.

Hingga saat ini, polisi sudah mengamankan sejumlah alat bukti. Seperti satu botol berisi cairan (bom molotov), dan satu botol lagi dalam keadaan sudah pecah. Kedua barang bukti itu kini sedang diteliti oleh Pus Inafis.

Selain itu, polisi juga mengamankan dua DVR CCTV yang terpasang di rumah tetangga. Satu di antaranya sedang diteliti Pus Inafis. Satu lainnya langsung dibawa oleh pihak IT KPK.

Sementara itu, Komisi Pemberantasan Korupsi menyerahkan kasus teror yang menimpa dua pimpinannya kepada pihak kepolisian. Ihwal adanya hal ini dikatakan juru bicara KPK Febri Diansyah.

“Terkait dengan peristiwanya dan pencarian informasi siapa pelaku dan kronologis lainnya, KPK mempercayakan hal tersebut pada proses di Polri. Nanti tentu Polri juga akan menjelaskan pada publik perkembangan yang bisa disampaikan. Tim dari KPK juga sudah berkoordinasi di lokasi sejak pagi bersama Polri,” ucapnya pada awak media, di gedung merah putih, Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Rabu (9/1).

Febri menambahkan, meski tengah diteror, hal tersebut tidak mengganggu kegiatan yang dilakukan sejumlah pimpinan KPK.

“Beberapa kegiatan yang dilakukan pimpinan dari pagi seperti menjadi narasumber di Kemendikbud tentang Pelaksanaan Anggaran Pemerintah yang bebas dari KKN, menerima audiensi dari Kedutaan Norwegia, rapat hasil kajian dengan Kementerian Kesehatan tentang Alkes,” jelasnya.

Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi Purnomo menyebut upaya pemberantasan korupsi tengah diuji kembali keberaniannya. “Hal ini semakin membuktikan bahwa upaya teror terhadap pemberantasan korupsi terus berlangsung dan tidak pernah berhenti,” ucapnya pada awak media, Rabu (9/1).

Yudi juga menilai teror yang berlangsung di dua tempat berbeda, disinyalir bermaksud menimbulkan rasa takut pada para pihak yang ingin memberantas korupsi. “Ini upaya menimbulkan rasa takut dan gentar di hati pimpinan dan pegawai KPK agar berhenti menangkapi koruptor dan menciptakan Indonesia bersih,” ujarnya.

Namun, tegas Yudi, pihaknya tak akan memundurkan semangat pemberantasan korupsi. Yudi berkaca pada peristiwa penyerangan yang menimpa penyidik senior KPK Novel Baswedan pada 11 April 2017 silam.

Sampai saat ini kasus tersebut juga belum menemukan titik terang, siapa pelaku sebenarnya. Tapi, lembaga yang digawangi Agus Rahardjo cs tetap berusaha semaksimal mungkin memberantas korupsi pasca peristiwa tersebut.

“(Teror)Novel Baswedan yang sampai saat ini belum terungkap, jadi teror-teror kepada pimpinan KPK dan pegawai KPK tidak akan pernah menciutkan nyali kami dalam memberantas korupsi di negeri,” pungkasnya. (JPC)

OLAH TKP: Petugas Kepolisian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di rumah pimpinan KPK Laode M Syarif, Rabu (9/1). Rumah Ketua KPK Agus Raharjo juga menjadi sasaran teror bom yang digantung di pagar rumahnya.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Serangan teror dialami dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pertama adalah rumah Ketua KPK Agus Rajardjo di Bekasi, Jawa Barat, kedua kediaman Wakil Ketua KPK Laode M Syarif.

Di kediaman Ketua KPK Agus Rahardjo, terdapat benda diduga bom dan disimpan dalam tas. “Di (kediaman) Pak Agus ada tas tercantel di pagar,” kata Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo kepada wartawan, Rabu (9/1)n

Dia menyebutkan, penyidik masih mendalami tas tersebut, karena di dalamnya terdapat benda seperti bom rakitan.

Dari foto yang didapat, tas tersebut berisi bom rakitan dan sejumlah paku serta semen putih. Kemudian terdapat beberapa kabel dan baterai yang diduga sebagai alat pemicu ledakan.

“Masih didalami. Kadensus 88 sudah membentuk tim, dari Polda Metro Jaya dan Puslabfor Mabes Polri juga membentuk tim. Saat ini penyidik masih bekerja,” kata dia.

Kepolisian masih menganalisa benda mencurigakan yang ditemukan di kediaman Ketua KPK Agus Rahardjo. Adapun saat ditemukan, benda tersebut mirip dengan bom pipa.

“Ditemukan tas item di dalamnya ada benda, tapi apakah itu jenis bom atau tidak, masih dianalisa. Apa itu fake bomb? masih didalami, jadi tidak terburu-buru,” ujarnya lagi.

Sementara itu bisa dipastikan bahwa orang yang diduga meneror kediaman Agus itu terbilang bukan profesional. “(Kalau profesional), nggak akan seperti itu. Terorisme itu abis. Kalau melakukan aksinya butuh perencanaan matang. Ini kan nggak meledak,” kata jenderal bintang satu itu.

Soal apakah teror di rumah Agus saling berkaitan dengan di kediaman Wakil Ketua KPK Laode M Syarief, Dedi masih belum berani menyimpulkan. “Tim masih bekerja. Jadi belum ada kesimpulan terhadap dua kasus ini,” imbuhnya.

Begitu pula jika ini dikaitkan dengan kasus yang ditangani KPK. “Kita nggak bisa berandai-andai, (harus) sesuai fakta hukum. CCTV sedang dianalisa. Moga-moga kualitas kamera bagus dan terang. Pelaku mudah-mudahaan nggak pakai sebo (sehingga) bisa diidentifikasi,” tutur Dedi.

Lebih lanjut dia mengatakan, atas insiden ini, pihaknya akan intens menjaga kediaman seluruh komisioner KPK. “Tidak menutup kemungkinan. Secara internal sudah ada pengamanan dan kita melekat juga,” pungkas Dedi.

Dua Pelaku Terendus

Pihak kepolisian mengendus dua orang diduga pelaku pelemparan bom molotov rumah Wakil Ketua KPK. Hal itu berdasarkan rekaman CCTV di sekitar rumah pimpinan KPK itu.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan dua terduga pelaku tersebut diketahui melalui rekaman CCTV usai melakukan olah TKP di rumah Laode. Dua orang itu berboncengan motor saat menjalankan aksinya.

“Dari rekaman CCTV di rumah korban, terlihat ada dua orang yang berboncengan menggunakan sepeda motor. Pelaku menggunaka helm full face dari arah sebelah kiri rumah,” ujarnya.

Dari rekaman CCTV itu terlihat jelas dua orang berhenti dan melemparkan botol kaca berisi bahan bakar sebanyak dua kali. Argo menyebutkan, lemparan pertama, bom molotov itu tidak terbakar karena terkena tembok dan jatuh di lantai 1. Namun, di lemparan kedua, botol bersumbu itu pecah dan terbakar. “Botol kedua pecah dan terbakar. Botol itu yang ditemukan pembantu di rumah Pak Laode,” kata Argo.

Argo mengaku, pihaknya telah melakukan olah TKP oleh Pus Inafis Bareskrim Polri yang dipimpin oleh Kapus Inafis. Kemudian, mencari dan mengumpulkan saksi serta bukti oleh Subdit 1 Kamneg Dit Tipidum Bareskrim Polri. “Melakukan Seldom oleh Team IT Resmob dan Jatanras Polda Metro Jaya,” tambah Argo.

Di rumah korban, polisi sudah meminta keterangan dari asisten rumah tangga Laode, bernama Hartini, kemudian seorang pedagang kue, Suwarni serta tetangganya, Fitra yang merupakan driver ojek online.

Hingga saat ini, polisi sudah mengamankan sejumlah alat bukti. Seperti satu botol berisi cairan (bom molotov), dan satu botol lagi dalam keadaan sudah pecah. Kedua barang bukti itu kini sedang diteliti oleh Pus Inafis.

Selain itu, polisi juga mengamankan dua DVR CCTV yang terpasang di rumah tetangga. Satu di antaranya sedang diteliti Pus Inafis. Satu lainnya langsung dibawa oleh pihak IT KPK.

Sementara itu, Komisi Pemberantasan Korupsi menyerahkan kasus teror yang menimpa dua pimpinannya kepada pihak kepolisian. Ihwal adanya hal ini dikatakan juru bicara KPK Febri Diansyah.

“Terkait dengan peristiwanya dan pencarian informasi siapa pelaku dan kronologis lainnya, KPK mempercayakan hal tersebut pada proses di Polri. Nanti tentu Polri juga akan menjelaskan pada publik perkembangan yang bisa disampaikan. Tim dari KPK juga sudah berkoordinasi di lokasi sejak pagi bersama Polri,” ucapnya pada awak media, di gedung merah putih, Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Rabu (9/1).

Febri menambahkan, meski tengah diteror, hal tersebut tidak mengganggu kegiatan yang dilakukan sejumlah pimpinan KPK.

“Beberapa kegiatan yang dilakukan pimpinan dari pagi seperti menjadi narasumber di Kemendikbud tentang Pelaksanaan Anggaran Pemerintah yang bebas dari KKN, menerima audiensi dari Kedutaan Norwegia, rapat hasil kajian dengan Kementerian Kesehatan tentang Alkes,” jelasnya.

Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi Purnomo menyebut upaya pemberantasan korupsi tengah diuji kembali keberaniannya. “Hal ini semakin membuktikan bahwa upaya teror terhadap pemberantasan korupsi terus berlangsung dan tidak pernah berhenti,” ucapnya pada awak media, Rabu (9/1).

Yudi juga menilai teror yang berlangsung di dua tempat berbeda, disinyalir bermaksud menimbulkan rasa takut pada para pihak yang ingin memberantas korupsi. “Ini upaya menimbulkan rasa takut dan gentar di hati pimpinan dan pegawai KPK agar berhenti menangkapi koruptor dan menciptakan Indonesia bersih,” ujarnya.

Namun, tegas Yudi, pihaknya tak akan memundurkan semangat pemberantasan korupsi. Yudi berkaca pada peristiwa penyerangan yang menimpa penyidik senior KPK Novel Baswedan pada 11 April 2017 silam.

Sampai saat ini kasus tersebut juga belum menemukan titik terang, siapa pelaku sebenarnya. Tapi, lembaga yang digawangi Agus Rahardjo cs tetap berusaha semaksimal mungkin memberantas korupsi pasca peristiwa tersebut.

“(Teror)Novel Baswedan yang sampai saat ini belum terungkap, jadi teror-teror kepada pimpinan KPK dan pegawai KPK tidak akan pernah menciutkan nyali kami dalam memberantas korupsi di negeri,” pungkasnya. (JPC)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/