Pemerintah Malaysia meminta bantuan pemerintah Indonesia untuk mencari pesawat Malaysia Airlines MH 370 yang hilang pada Sabtu pagi kemarin. Di sisi lain, Federal Bureau of Investigation (FBI) dari Amerika Serikat pun siap turun tangan.
JAKARTA – Soal permintaan Malaysia diungkapkan oleh Menko Polhukam Djoko Suyanto. “Panglima Tentara Malaysia telah berkomunikasi dan meminta bantuan kepada pemerintah RI melalui Panglima TNI, KSAL dan KSAU untuk dukungan pencarian dan pertolongan,” ujar Djoko di Jakarta, kemarin.
Malaysia Airlines MH370 lepas landas dari Bandara Internasional Kuala Lumpur menuju Beijing pada pukul 00.41 waktu setempat Sabtu (8/7). Pesawat tersebut total membawa 239 penumpang termasuk dua balita dan 12 awak pesawat.
Angkatan Laut Vietnam sebelumnya melaporkan bahwa pesawat Malaysia Airlines nomor penerbangan MH370 itu telah jatuh di laut sekitar pulau Tho Chu Vietnam. Namun Pemerintah Malaysia membantah pesawat tersebut jatuh di wilayah tersebut.
Menurut Djoko, pihak TNI menyambut baik permintaan bantuan Malaysia tersebut. Saat ini sudah dipersiapkan Tim SAR untuk mencari pesawat tersebut. “TNI merespons dengan baik dan segera deploy untuk perbantuan SAR tersebut. Unsur unsur TNI yang akan terlibat nantinya akan berkoordinasi dengan otoritas Malaysia,” tegas Djoko.
Kemarin siang, TNI AL mengerahkan sejumlah armadanya untuk ikut mencari keberadaan pesawat tersebut. “Kami kirimkan lima KRI dan satu pesawat intai udara untuk membantu pencarian,” terang Kadispenal Laksamana Pertama Untung Suropati saat dikonfirmasi kemarin.
Berangkat dari Belawan
Kelima kapal itu terdiri dari satu kapal jenis korvet dan empat kapal patroli. Kapal-kapal tersebut berangkat dari Pelabuhan Belawan, Medan. Sedangkan, pesawat intai dikirim dari Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau. Hanya saja, kapal-kapal dan pesawat tersebut tidak dikirim ke sebelah timur Semenanjung Malaya.
Atas permintaan Malaysia, TNI AL menyisir kawasan di sekitar Pulau Pinang (Penang) yang berada di sisi barat Semenanjung Malaya. Sebab, radar milik Malaysia menangkap objek tidak dikenal yang berbelok di sekitar kawasan tersebut. “Kemungkinan pesawat itu akan kembali ke KL (Kuala Lumpur) karena keadaan darurat,” lanjut alumnus US Naval War College 2009 itu.
Menurut Untung, kemungkinan jika pesawat tersebut jatuh di laut memang sulit dihindarkan. Malaysia yang awalnya membantah jika pesawat tersebut jatuh di laut kini berubah haluan dan meminta bantuan TNI AL. Bukti yang bisa mengarahkan hal tersebut adalah jalur penerbangan yang menyimpang dari biasanya.
Sementara itu, menurut keterangan dari pihak KBRI di KL, para keluarga penumpang Malaysia Airlines MH 370 sudah mulai berkumpul di KL. Kedatangan para keluarga tersebut difasilitasi oleh pihak Malaysia Airlines. Satu keluarga diberi jatah dua orang untuk dapat berkumpul di KL. “Pihak keluarga dari Medan juga sudah tiba di KL. Dua keluarga tersebut merupakan keluarga Firman, Vinny, dan Sugianto. Ternyata mereka (Vinny dan Sugianto) sepasang suami istri,” ujar Kepala Koordinator Konsuler KBRI KL, Dino Nurwahyuddin kemarin.
Dino mengatakan, pihak KBRI menyambut baik kedatangan mereka dan ikut serta memfasilitasi tempat tinggal mereka. Kedua keluarga saat ini tengah berada di wisma wakil duta besar RI untuk Malaysia, Hermono. “Untuk pihak keluarga dari Jakarta masih belum. Terakhir mereka mengabarkan masih belum,” ungkapnya.
Australia Tawarkan Bantuan
Berbeda dengan Indonesia, Australia malah menawarkan bantuan ke Malaysia. Hal ini disampaikan langsung oleh Perdana Menteri Tonny Abbot, Minggu (9/3).
Abbot mengaku telah menghubungi Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak kemarin siang. Dalam kesempatan itu, ia mengucapkan rasa duka cita yang mendalam atas hilangnya pesawat buatan Boeing itu.
“Saya juga menawarkan bantuan kita terkait pencarian pesawat tersebut dan PM Najib sudah menerimanya,” kata Abbot seperti dikutip dari keterangan persnya di situs resmi PM Australia.
Angkatan Udara Australia, lanjutnya, akan menurunkan dua buah pesawat P-3C Orion. Orion adalah pesawat pengintai maritim jarak jauh yang sangat cocok untuk membantu pencarian pesawat MH 370.
Pesawat pertama, tambahnya, akan berangkat kemarin malam menuju lokasi pencarian dari Darwin. Sementara, pesawat kedua akan menyusul dalam waktu dekat.
Sebelumnya, negara-negara kawasan Asia-Pasifik telah lebih dulu ikut dalam pencarian bersama tim dari Malaysia dan Tiongkok. Amerika Serikat pun telah menurunkan armada Angkatan Lautnya untuk mencari pesawat komersil tujuan Kuala Lumpur-Beijing itu.
FBI Turut Campur
Tidak itu saja, pihak FBI pun ikut diterjunkan untuk menyelidiki misteri hilangnya Malaysia Airlines. Sebab, dari ratusan penumpang yang ikut hilang, empat diantaranya adalah warga Amerika Serikat. “Itu memberikan kami hak untuk masuk (menginvestigasi),” kata seorang pejatab FBI seperti dikutip LA Times.
Beberapa pakar terorisme Amerika masih enggan menghubungkan kejadian ini dengan aksi terorisme, meski dua di antara penumpang pesawat itu pergi dengan paspor curian. “Belum ada indikasi serangan terorisme. Paspor dicuri belum tentu mengindikasikan aksi terorisme,” ujar seorang pejabat senior kontra terorisme yang enggan disebutkan namanya.
Ya, dugaan aksi terorisme muncul setelah dua nama yang muncul dalam manifest maskapai penerbangan berkode MAS itu ternyata tak ikut terbang. Dua orang itu adalah Luigi Maraldi (37). Dia adalah warga Italia, dimana saat kecelakaan terjadi dia sedang liburan di Thailand dan baik-baik saja.
Seorang yang lainnya adalah Christian Kozel, seorang WN Austria. Ternyata, Kozel yang berusia 30 tahun itu dalam kondisi baik-baik saja di Austria. Kedua orang tersebut memang pernah kehilangan paspor beberapa tahun lalu.
Misteri dua orang penumpang ‘ilegal’ pesawat Malaysia Airlines MH370 sejatinya mulai terkuak. Menurut berita yang dilansir CNN, dua tiket penumpang yang menggunakan paspor colongan warga Italia dan Austria itu dibeli secara bersama-sama. Dua tiket penumpang misterius itu dibeli dari China Southern Airlines di Thailand. Data tersebut terlacak dari sistem verifikasi Travelsky.
Ternyata, nomor dari dua tiket yang menggunakan Luigi Maraldi dan Kozel itu memiliki nomor seri yang berurutan. “Ini mengindikasikan mereka memesan tiket besama-sama,” kata seorang sumber seperti dikutip CNN.
Informasi anyar ini seakan semakin menambah misteri tentang hilangnya pesawat tersebut. Tapi pertanyaannya, kenapa keduanya bisa lolos padahal menggunakan pasport palsu?
Malaysia Tidak Cek Data Interpol
Analis penegakan hukum dari CNN yang juga mantan asisten direktur FBI, Tom Fuentes, mengatakan lolosnya dua penumpang Malaysian Airlines Boeing 777-200ER yang menggunakan paspor curian atau paspol palsu dari pemeriksaan keamanan bandara disebabkan oleh maraknya pencurian dokumen perjalanan. “Hingga saat ini ada 39 juta laporan pencurian dokumen perjalanan di database Interpol,” kata Tom.
Tom mengatakan ada 1 miliar penumpang menggunakan penerbangan internasional setiap tahun. Namun banyaknya penumpang yang memakai paspor itu tidak diimbangi dengan pemeriksaan database Interpol. “Jadi, itu meninggalkan celah,” kata Tom.
Menurut sumber-sumber di Interpol yang mengurusi penyimpanan database dokumen perjalanan yang hilang dan dicuri, kata Tom, pencurian paspor milik seorang warga negara Italia telah dilaporkan ke Interpol dan tercatat dalam database lembaga kepolisian internasional itu. Namun, kata dia, aparat keamanan bandara di Malaysia ternyata tidak mengecek database Interpol.
Tom mengatakan setiap orang akan bertanya-tanya siapa dan apa motif penumpang yang menggunakan paspor curian tersebut. “Apakah mereka menggunakannya untuk memeriksa kecocokan bagasi dengan tiket, dan mungkin bagasi berisi bahan peledak? Jadi, itu adalah keprihatinan besar ketika orang menggunakan dokumen palsu untuk naik pesawat internasional,” kata Tom. (dil/flo/mas/bbs/jpnn/rbb)