25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tragedi Bintaro Terulang Bak film Hollywood, 9 Tewas

 KNKT Minta Pemda Bikin Underpass atau Flyover

KNKT Minta Pemda Bikin Underpass atau Flyover

JAKARTA-Ulangan tragedi maut kereta api di Bintaro, Jakarta Selatan, 19 Oktober 1987 terulang kemarin. Kali ini bukan KA versus KA, melainkan KRL versus mobil Tangki Pertamina. Diperkirakan sembilan orang tewasn
termasuk sang masinis Darman Prasetyo dan puluhan lainnya luka-luka.

Kerasnya tabrakan yang berlangsung pukul 11.13 di perlintasan Bintaro Permai itu membuat truk tangki berukuran jumbo (24 ribu liter) terseret sekitar 30 meter. Begitu kereta berhenti, terjadi ledakan dengan suara cukup keras, mirip adegan di film-film Hollywood.

“Setelahnya ada beberapa kali semburan api. Karena suaranya keras juga, sempat disangka ledakan,” tutur salah seorang anggota Yon Ahranudse 10 Bintaro yang ikut mengevakuasi korban. 24 ribu liter BBM jenis premium yang berada di tangki menjadi penyebab ledakan dan semburan api.

Api membakar habis truk tangki tersebut. Gerbong paling depan KRL bernomor KI 1 10 12 itu juga terbakar, dan para penumpang terjebak di dalam beberapa saat. Tiga orang yang berada di ruang masinis tidak selamat. Para penumpang di gerbong paling depan sempat terperangkap beberapa saat dan berteriak kepanasan karena pintu keluar gerbong macet.

Ningsih, salah seorang korban selamat di gerbong pertama menuturkan, saat itu ada orang dari luar KA yang membawa batu besar dan memukuli kaca dari luar hingga pecah. “Ada dua kaca yang dipecahkan, dan penumpang langsung berebutan keluar,” tutur warga Ciputat itu.

Hal senada diungkapkan  Sally Handayani, korban selamat lain yang duduk di gerbong ketiga. Menurut dia, KRL tersebut minim peralatan darurat. “Palu untuk memecahkan kaca tidak ada,” tutur perempuan asal Jombang, Ciputat, itu. Sally mengaku syok berat, karena di saat yang sama dia juga harus menyelamatkan buah hatinya yang masih berusia 2,5 tahun.

Pantauan Jawa Pos (grup Sumut Pos), puluhan mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan kobaran api di truk tangki dan KRL. Salah seorang petugas PMK menyebut angka 30 untuk jumlah mobil damkar yang dikerahkan. Beruntung, hujan deras mengguyur kawasan tersebut mulai pukul 13.00 sehingga api bisa segera dikuasai.

Meski begitu, bukan perkara mudah untuk memastikan api tidak timbul lagi. Bensin di tangki yang terbelah itu belum juga habis meski api telah padam. Hingga pukul 16.30, asap masih tampak mengepul dari badan tangki yang berisi minyak bercampur air. Informasi yang dihimpun, KRL tersebut baru saja berangkat dari stasiun Pondok Ranji, Tangsel, hendak menuju ke Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat. Menjelang TKP, tampak truk tangki pertamina sudah berada di tengah rel dari arah timur ke Barat. Tabrakan tidak terhindarkan, dan truk tersebut diseruduk dari bagian kiri.

Selain truk yang terseret 30 meter hingga terguling dan meledak, rangkaian gerbong KRL juga anjlok dan nyaris terguling. Gerbong pertama tampak miring hingga sekitar 45 derajat ke arah kanan. Gerbong kedua juga ikut terangkat. Selebihnya anjlok dan sebagian keluar jalur.

Penyebab tabrakan masih ada dua versi. Versi pertama, palang pintu perlintasan macet atau Pamuji, sang petugas palang pintu terlambat menutup jalur. Warga Bintaro itu diamankan polisi beberapa saat usai kejadian. Versi kedua, truk tangki Pertamina menerobos bersamaan dengan penutupan palang pintu perlintasan. Saat itu, kecepatan KRL diperkirakan 70 kilometer per jam.

Jumlah korban hingga semalam masih simpang siur. Kemarin siang, Polda Metro Jaya merilis jumlah korban meninggal ada dua orang dan korban luka mencapai 57 orang. Sorenya, salah seorang anggota tim evakuasi PMK menyebut jika saat awal kecelakaan ada enam orang yang meninggal. Ditambah dengan tiga orang yang baru berhasil dievakuasi sekitar pukul 15.30, jumlahnya menjadi sembilan orang.

Jumlah korban yang dirilis Polda Metro Jaya belum termasuk sopir dan kernet truk. Saat kecelakaan, keduanya diketahui selamat meski mengalami luka bakar parah. Sopir truk, Khosimin (40) menderita luka bakar sekitar 40 persen, yakni di kepala, wajah, dan lengan.

“Kernetnya bernama Mujiono (43), secara kasat mata tampak mengalami luka bakar di kepala, lengan, dan kaki. Kemungkinan sekitar 60 persen,” tutur Nisa Siti Yuniati, salah seorang petugas Puskesmas Pesanggrahan, Jaksel, yang terlibat dalam penanganan awal keduanya. Mereka dalam keadaan sadar saat dievakuasi.

Kecelakaan tersebut mengingatkan publik akan tragedi maut KA di Bintaro pada 19 Oktober 1987. Lokasi kecelakaan yang menewaskan sedikitnya 156 orang itu hanya berjarak beberapa ratus meter dari lokasi kecelakaan KRL kemarin.

Sementara itu, Wakapolda Metro Jaya Brigjen (Pol) Sudjarno mengakui bahwa pihaknya sempat kesulitan untuk mengevakuasi dan mendata jumlah korban terkait kecelakaan tragis yang menimpa penumpang commuter line dan truk tangki Pertamina yang berisi bahan bakar bensin di Pondok Betung, Jakarta Selatan, kemarin.

Di samping mengalami luka bakar, tidak sedikit korban yang mengalami luka-luka dan tewas akibat terjepit dan terbentur benda keras. “Karena terjepit, korban harus dilakukan tindakan-tindakan seperti pemotongan bagian kereta,” ujar Sudjarno, kemarin (9/12).

Sudjarno menjelaskan bahwa seluruh korban luka akibat kecelakaan tersebut kini masih menjalani perawatan dan pemeriksaan intensif di beberapa rumah sakit. Rumah sakit tersebut di antaranya, Rumah Sakit Sutoyo (Jakarta Selatan), Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) (Jakarta Selatan), Rumah Sakit Fatmawati (Jakarta Selatan), dan Rumah Sakit Polri di Kramat Jati (Jakarta Timur).

Sementara itu untuk korban meninggal dunia, lanjutnya, masih terus dilakukan identifikasi di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati. “Saya berharap, korban meninggal dunia bisa dikumpulkan di sana (Kramat Jati), biar nanti Tim Disaster Victim Identification (DVI) bisa bekerja dengan terpusat dan cermat,” ujarnya.

Di sisi lain, PT Pertamina menyatakan prihatin atas kecelakaan yang terjadi. Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir menyatakan, Pertamina berusaha secara aktif menanggulangi insiden tersebut. Misalnya, ikut andil dalam proses pemadaman api dengan mengerahkan dua unit mobil pemadam kebakaran dari Depot Plumpang . “Kami telah berkoordinasi dengan dinas pemadam kebakaran dalam proses pemadaman,” ujarnya.

Soal penyebab kejadian, dia belum mau memberikan keterangan. Menurutnya, pihaknya akan menunggu hasil penyelidikan resmi dari pihak kepolisian . Dia hanya menerangkan bahwa truk tangki yang tertabrak tersebut merupakan pengangkut bahan bakar minyak jenis premium berkapasitas  24 Kiloliter (KL). BBM yang diangkut seharunsya di distribusikan ke wilayah Bintaro dan sekitarnya.

“Insiden ini tidak berpengaruh terhadap distribusi BBM untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya. Kami berharap masyarakat tidak khawatir atas kecelakaan yang terjadi. Atas kejadian yang terjadi, kami menyampaikan duka yang paling dalam kepada keluarga korban kecelakaan in,” jelasnya.

Dia menambahkan, Pertamina akan menanggung seluruh biaya pengobatan. Sekaligus, memberikan santunan kepada korban kecelakaan KRL Serpong-Tanah Abang. Pihaknya mengaku sudah menyiagakan Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP) sebagai salah satu rumah sakit rujukan para korban. Kabar terakhir, sudah ada enam pasien yang dirawat di RSPP.

“Pertamina turut prihatin atas insiden ini. Sesaat setelah kejadian, Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan dan Direktur Pemasaran dan Niaga Hanung Budya langsung mendatangi lokasi kejadian. Kemudian, menjenguk para korban di RSPP,” ujarnya.

PT KAI Sebut 5 Tewas
Di sisi lain, Manager Komunikasi PT KA Commuterline Jakarta (KCJ), Eva Chairunnisa menegaskan bahwa korban meninggal adalah lima orang. Selain tiga dari pihak KAI ada dua pengguna jasa yaitu Rosa (73) dan Yuni (16). “Kita tidak pernah mengeluarkan statement meninggal lebih dari lima orang, itu informasi dari mana?” bantahnya ketika dikonfirmasi tentang jumlah meninggal dikabarkan mencapai 9 orang. Selebihnya korban luka berat dan ringan mencapai 89 orang.

Berdasarkan koordinasi yang kami lakukan, menurutnya, biaya pengobatan korban luka dan santunan korban tewas pada KA 1131 akan ditangani oleh pihak Jasa Raharja dan Jasa Raharja Putera (anak perusahaan Jasa Raharja). PT Jasa Raharja akan memberikan satunan sebesar Rp25 juta untuk korban tewas dan Rp10 juta maksimal untuk korban luka-luka. PT Jasa Raharja Putra akan memberikan santunan sebesar Rp40 Juta untuk korban tewas dan korban luka maksimal Rp30 juta.

(byu/dod/bil/jpnn)

 KNKT Minta Pemda Bikin Underpass atau Flyover

KNKT Minta Pemda Bikin Underpass atau Flyover

JAKARTA-Ulangan tragedi maut kereta api di Bintaro, Jakarta Selatan, 19 Oktober 1987 terulang kemarin. Kali ini bukan KA versus KA, melainkan KRL versus mobil Tangki Pertamina. Diperkirakan sembilan orang tewasn
termasuk sang masinis Darman Prasetyo dan puluhan lainnya luka-luka.

Kerasnya tabrakan yang berlangsung pukul 11.13 di perlintasan Bintaro Permai itu membuat truk tangki berukuran jumbo (24 ribu liter) terseret sekitar 30 meter. Begitu kereta berhenti, terjadi ledakan dengan suara cukup keras, mirip adegan di film-film Hollywood.

“Setelahnya ada beberapa kali semburan api. Karena suaranya keras juga, sempat disangka ledakan,” tutur salah seorang anggota Yon Ahranudse 10 Bintaro yang ikut mengevakuasi korban. 24 ribu liter BBM jenis premium yang berada di tangki menjadi penyebab ledakan dan semburan api.

Api membakar habis truk tangki tersebut. Gerbong paling depan KRL bernomor KI 1 10 12 itu juga terbakar, dan para penumpang terjebak di dalam beberapa saat. Tiga orang yang berada di ruang masinis tidak selamat. Para penumpang di gerbong paling depan sempat terperangkap beberapa saat dan berteriak kepanasan karena pintu keluar gerbong macet.

Ningsih, salah seorang korban selamat di gerbong pertama menuturkan, saat itu ada orang dari luar KA yang membawa batu besar dan memukuli kaca dari luar hingga pecah. “Ada dua kaca yang dipecahkan, dan penumpang langsung berebutan keluar,” tutur warga Ciputat itu.

Hal senada diungkapkan  Sally Handayani, korban selamat lain yang duduk di gerbong ketiga. Menurut dia, KRL tersebut minim peralatan darurat. “Palu untuk memecahkan kaca tidak ada,” tutur perempuan asal Jombang, Ciputat, itu. Sally mengaku syok berat, karena di saat yang sama dia juga harus menyelamatkan buah hatinya yang masih berusia 2,5 tahun.

Pantauan Jawa Pos (grup Sumut Pos), puluhan mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan kobaran api di truk tangki dan KRL. Salah seorang petugas PMK menyebut angka 30 untuk jumlah mobil damkar yang dikerahkan. Beruntung, hujan deras mengguyur kawasan tersebut mulai pukul 13.00 sehingga api bisa segera dikuasai.

Meski begitu, bukan perkara mudah untuk memastikan api tidak timbul lagi. Bensin di tangki yang terbelah itu belum juga habis meski api telah padam. Hingga pukul 16.30, asap masih tampak mengepul dari badan tangki yang berisi minyak bercampur air. Informasi yang dihimpun, KRL tersebut baru saja berangkat dari stasiun Pondok Ranji, Tangsel, hendak menuju ke Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat. Menjelang TKP, tampak truk tangki pertamina sudah berada di tengah rel dari arah timur ke Barat. Tabrakan tidak terhindarkan, dan truk tersebut diseruduk dari bagian kiri.

Selain truk yang terseret 30 meter hingga terguling dan meledak, rangkaian gerbong KRL juga anjlok dan nyaris terguling. Gerbong pertama tampak miring hingga sekitar 45 derajat ke arah kanan. Gerbong kedua juga ikut terangkat. Selebihnya anjlok dan sebagian keluar jalur.

Penyebab tabrakan masih ada dua versi. Versi pertama, palang pintu perlintasan macet atau Pamuji, sang petugas palang pintu terlambat menutup jalur. Warga Bintaro itu diamankan polisi beberapa saat usai kejadian. Versi kedua, truk tangki Pertamina menerobos bersamaan dengan penutupan palang pintu perlintasan. Saat itu, kecepatan KRL diperkirakan 70 kilometer per jam.

Jumlah korban hingga semalam masih simpang siur. Kemarin siang, Polda Metro Jaya merilis jumlah korban meninggal ada dua orang dan korban luka mencapai 57 orang. Sorenya, salah seorang anggota tim evakuasi PMK menyebut jika saat awal kecelakaan ada enam orang yang meninggal. Ditambah dengan tiga orang yang baru berhasil dievakuasi sekitar pukul 15.30, jumlahnya menjadi sembilan orang.

Jumlah korban yang dirilis Polda Metro Jaya belum termasuk sopir dan kernet truk. Saat kecelakaan, keduanya diketahui selamat meski mengalami luka bakar parah. Sopir truk, Khosimin (40) menderita luka bakar sekitar 40 persen, yakni di kepala, wajah, dan lengan.

“Kernetnya bernama Mujiono (43), secara kasat mata tampak mengalami luka bakar di kepala, lengan, dan kaki. Kemungkinan sekitar 60 persen,” tutur Nisa Siti Yuniati, salah seorang petugas Puskesmas Pesanggrahan, Jaksel, yang terlibat dalam penanganan awal keduanya. Mereka dalam keadaan sadar saat dievakuasi.

Kecelakaan tersebut mengingatkan publik akan tragedi maut KA di Bintaro pada 19 Oktober 1987. Lokasi kecelakaan yang menewaskan sedikitnya 156 orang itu hanya berjarak beberapa ratus meter dari lokasi kecelakaan KRL kemarin.

Sementara itu, Wakapolda Metro Jaya Brigjen (Pol) Sudjarno mengakui bahwa pihaknya sempat kesulitan untuk mengevakuasi dan mendata jumlah korban terkait kecelakaan tragis yang menimpa penumpang commuter line dan truk tangki Pertamina yang berisi bahan bakar bensin di Pondok Betung, Jakarta Selatan, kemarin.

Di samping mengalami luka bakar, tidak sedikit korban yang mengalami luka-luka dan tewas akibat terjepit dan terbentur benda keras. “Karena terjepit, korban harus dilakukan tindakan-tindakan seperti pemotongan bagian kereta,” ujar Sudjarno, kemarin (9/12).

Sudjarno menjelaskan bahwa seluruh korban luka akibat kecelakaan tersebut kini masih menjalani perawatan dan pemeriksaan intensif di beberapa rumah sakit. Rumah sakit tersebut di antaranya, Rumah Sakit Sutoyo (Jakarta Selatan), Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) (Jakarta Selatan), Rumah Sakit Fatmawati (Jakarta Selatan), dan Rumah Sakit Polri di Kramat Jati (Jakarta Timur).

Sementara itu untuk korban meninggal dunia, lanjutnya, masih terus dilakukan identifikasi di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati. “Saya berharap, korban meninggal dunia bisa dikumpulkan di sana (Kramat Jati), biar nanti Tim Disaster Victim Identification (DVI) bisa bekerja dengan terpusat dan cermat,” ujarnya.

Di sisi lain, PT Pertamina menyatakan prihatin atas kecelakaan yang terjadi. Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir menyatakan, Pertamina berusaha secara aktif menanggulangi insiden tersebut. Misalnya, ikut andil dalam proses pemadaman api dengan mengerahkan dua unit mobil pemadam kebakaran dari Depot Plumpang . “Kami telah berkoordinasi dengan dinas pemadam kebakaran dalam proses pemadaman,” ujarnya.

Soal penyebab kejadian, dia belum mau memberikan keterangan. Menurutnya, pihaknya akan menunggu hasil penyelidikan resmi dari pihak kepolisian . Dia hanya menerangkan bahwa truk tangki yang tertabrak tersebut merupakan pengangkut bahan bakar minyak jenis premium berkapasitas  24 Kiloliter (KL). BBM yang diangkut seharunsya di distribusikan ke wilayah Bintaro dan sekitarnya.

“Insiden ini tidak berpengaruh terhadap distribusi BBM untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya. Kami berharap masyarakat tidak khawatir atas kecelakaan yang terjadi. Atas kejadian yang terjadi, kami menyampaikan duka yang paling dalam kepada keluarga korban kecelakaan in,” jelasnya.

Dia menambahkan, Pertamina akan menanggung seluruh biaya pengobatan. Sekaligus, memberikan santunan kepada korban kecelakaan KRL Serpong-Tanah Abang. Pihaknya mengaku sudah menyiagakan Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP) sebagai salah satu rumah sakit rujukan para korban. Kabar terakhir, sudah ada enam pasien yang dirawat di RSPP.

“Pertamina turut prihatin atas insiden ini. Sesaat setelah kejadian, Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan dan Direktur Pemasaran dan Niaga Hanung Budya langsung mendatangi lokasi kejadian. Kemudian, menjenguk para korban di RSPP,” ujarnya.

PT KAI Sebut 5 Tewas
Di sisi lain, Manager Komunikasi PT KA Commuterline Jakarta (KCJ), Eva Chairunnisa menegaskan bahwa korban meninggal adalah lima orang. Selain tiga dari pihak KAI ada dua pengguna jasa yaitu Rosa (73) dan Yuni (16). “Kita tidak pernah mengeluarkan statement meninggal lebih dari lima orang, itu informasi dari mana?” bantahnya ketika dikonfirmasi tentang jumlah meninggal dikabarkan mencapai 9 orang. Selebihnya korban luka berat dan ringan mencapai 89 orang.

Berdasarkan koordinasi yang kami lakukan, menurutnya, biaya pengobatan korban luka dan santunan korban tewas pada KA 1131 akan ditangani oleh pihak Jasa Raharja dan Jasa Raharja Putera (anak perusahaan Jasa Raharja). PT Jasa Raharja akan memberikan satunan sebesar Rp25 juta untuk korban tewas dan Rp10 juta maksimal untuk korban luka-luka. PT Jasa Raharja Putra akan memberikan santunan sebesar Rp40 Juta untuk korban tewas dan korban luka maksimal Rp30 juta.

(byu/dod/bil/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/