32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Positif Corona Bertambah 27 Orang, Terjangkit di Dalam & Luar Negeri

UMUMKAN: Juru Bicara COVID-19 Achmad Yurianto mengumumkan jumlah pasien virus corona Covid-19 bertambah jadi 4 orang, Jumat (6/3).

SUMUTPOS.CO – Seminggu terakhir, jumlah pasien positif virus corona atau COVID-19 di Indonesia terus meningkat. Dari awalnya hanya dua pasien pada Senin (2/3), melonjak ke angka 27 orang pada Selasa (10/3). Kemarin, ada tambahan delapan pasien yang dinyatakan positif virus corona. Sehari sebelumnya, tercatat 19 orang yang dinyatakan positif. Ke-8 tambahan pasien itu terjangkit di dalam dan di luar negeri.

JURU BICARA pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, mengatakan informasi mengenai penambahan pasien positif corona berdasarkan pemeriksaan sampel di laboratorium dan analisis dari para ahli hingga Selasa (10/3) petang. “Total ada penambahan 8 pasien yang tertular,” ujar Yuri dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.

Kedelapan pasien ini diberi kode kasus 20 hingga kasus 27. “Setelah sebelumnya kami umumkan kasus 01 hingga kasus 19. Sehingga total ada 27 kasus pasien tertular,” lanjut Yuri.

Dari 8 pasien baru ini, kata dia, ada dua orang WNA. Sementara 6 orang sisanya adalah WNI. Kedelapan pasien Covid-19 yang baru dinyatakan positif virus corona terjangkit di dalam dan luar negeri (imported caes), memiliki data sebagai berikut:

Pasien 20 merupakan perempuan berusia 70 tahun. Dia merupakan bagian dari penelusuran atau tracing dari subklaster Jakarta.

Pasien 21 merupakan perempuan berusia 47 tahun. Dia juga didapatkan setelah dilakukan tracing dari subklaster Jakarta.

Kemudian, terdapat perempuan berusia 36 tahun yang merupakan pasien kasus 22. Diduga penularannya tidak terjadi di Indonesia. “Ini imported case,” ucap Yuri.

Selanjutnya, terdapat pasien 22, yaitu perempuan berusia 36 tahun. Dia juga disebut Yuri sebagai kasus impor.

Pasien 23, dia diketahui sebagai perempuan 73 tahun yang juga kasus impor. “Imported case. Kondisinya saat ini sedang menggunakan ventilator karena faktor comorbid (penyakit yang menyertai) cukup banyak. Kondisi stabil,” kata Yuri.

Selanjutnya, terdapat pasien 24 yang juga merupakan kasus impor. Dia adalah laki-laki berusia 46 tahun.

Pasien 25 adalah perempuan 53 tahun, yang merupakan warga negara asing. “Imported case, kondisi stabil,” kata Yuri.

Berikutnya, terdapat pasien kasus 26 yang merupakan laki-laki berusia 46 tahun. Dia juga merupakan WNA dan tercatat sebagai kasus impor.

Setelah itu, tercatat pasien 27 yang merupakan laki-laki berusia 33 tahun. Pasien 27 merupakan WNI dalam kondisi stabil. Namun, pemerintah belum mendapatkan kepastian dari klaster mana virus corona itu berasal. “Kami menduga local transmission. Kami tracking, ini bukan impor, tidak jelas bagian dari klaster yang lain. Sementara belum (diketahui),” ujar Yuri.

Yurianto mengatakan, pihaknya masih menelusuri riwayat dan aktifitas pasien nomor 27 selama ini, hingga terjangkit Vurus Corona. “Kita sudah bertanya ke yang bersangkutan, yang pasti tak berasal dari luar negeri. Kemudian bertanya apakah ada temannya yang sakit, dia masih belum jelas siapa temannya,” tuturnya.

Menurut Yurianto, pihaknya dan tim dokter tetap melakukan tracing atau melacak dengan siapa korban pernah melakukan kontak. Hal itu dilakukan untuk mempermudah pencegahan penyebaran virus.

Lalu, jika sudah ditemukan, pemerintah dan tim langsung terjun mengisolasi komunitas di mana pasien sempat bertemu dan pergi ke suatu tempat. Timnya juga akan menelusuri orang yang akrab atau memiliki kontak dengannya. “Ini yang menjadi bagian pekerjaan kita untuk telusuri,” tambahnya.

Yurianto pun meminta agar masyarakat tidak panik lantaran satu kasus ini belum jelas asal-muasal virus menyebar. Ia juga mengimbau kepada seluruh masyarakat memeriksakan kesehatannya jika dirasa tubuh mengalami gejala-gejala mengarah Corona.

“Baik dia ODP (orang dalam pemantauan) maupun yang bukan ODP. Kalau sakit batuk, pilek, dan sebagainya pakailah masker. Itu kuncinya. Supaya pada saat dia batuk bersin dan sebagainya, virus yang ada dalam tubuhnya apapun itu entah itu Covid-19 atau yang lainnya tidak tersebar,” kata dia.

Kronologi 20 Pasien

Sebelumnya, kasus pasien positif corona di Indonesia diawali dari kasus Nomor 01, seorang perempuan berusia 31 tahun. Ia diduga terpapar virus corona saat menjadi host dalam sebuah acara di Kemang, Jakarta Selatan, dari seorang warga negara Jepang. Hal itu diketahui setelah WN Jepang yang berdomisili di Malaysia itu dinyatakan positif Covid-19 setelah memeriksakan diri di Malaysia.

Kemudian, pasien Nomor 01 menularkannya ke pasien kasus Nomor 02, ibu kasus nomor 1 yang berusia 64 tahun.

Kasus Nomor 03 dan 04 diumumkan pada Jumat (6/3), yakni pasien berumur 33 tahun, masih ada hubungan dengan klaster kasus 01. Memiliki keluhan batuk, flu dan suhu tubuh 37,6 derajat.

Kasus Nomor 04, berumur 34 tahun, masih berhubungan dengan klaster kasus Nomor 01.

Dua kasus berikutnya diumumkan pada Minggu (8/3), yakni kasus Nomor 05, laki-laki 55 tahun. Ini adalah hasil pemeriksaan lanjutan dari kasus kluster Jakarta. Yang tadi suspect, kemudian yang bersangkutan confirm positif Covid-19.

Kasus Nomor 06, laki-laki 36 tahun. Imported case dari Jepang yang didapatkan waktu bekerja sebagai ABK di Diamond Princess

Pada Senin (9/3), jumlah pasien melonjak tajam hingga 13 kasus baru, yang diumumkan.

Kasus Nomor 07, perempuan berusia 59 tahun. Kondisinya tampak sakit ringan sedang dan stabil. Pasien kasus 07 ini baru kembali dari luar negeri dan beberapa saat menunjukkan gejala, kemudian dilakukan pemeriksaan PCR. Hasilnya positif.

Kasus Nomor 08, laki-laki berusia 56 tahun. Pasien ini tertular dari pasien kasus 07 karena memang suami istri. Kondisinya sekarang menggunakan beberapa peralatan infus, oksigen, karena sebelum kontak dengan 07, sudah sakit duluan, tapi bukan Covid-19, sakit karena diare dan ditambah riwayat diabetes.

Kasus Nomor 09, perempuan berusia 55 tahun. Kondisinya tampak sakit ringan sedang tanpa ada penyakit penyulit sebelumnya.

Kasus Nomor 10, laki-laki berusia 29 tahun, WNA. Pasien ini adalah bagian dari tracing atas kasus 1.

Kasus Nomor 11, WNA, perempuan berusia 54 tahun. Bagian dari tracing kontak kasus 1

Kasus Nomor 12, laki-laki, berusia 31 tahun. Masih bagian dari kasus 1

Kasus Nomor 13, perempuan, berusia 16 tahun. Hasil tracing dari sub klaster pasien 03 (subklaster 03).

Kasus Nomor 14, laki-laki, berusia 50 tahun. Imported kasus.

Kasus Nomor 15, perempuan, berusia 43 tahun. Imported kasus.

Kasus Nomor 16, perempuan, berusia 17 tahun., terkait dengan pasien kasus 15.

Kasus Nomor 17, laki-laki, berusia 56 tahun, imported case.

Kasus Nomor 18, laki-laki, berusia 50 tahun, imported case.

Kasus Nomor 19, laki-laki, berusia 40 tahun, imported case.

Dan kemarin, delapan kasus baru diumumkan.

Dengan penambahan kasus positif corona ini, total pasien yang terpapar virus dari luar negeri atau imported case menjadi 12 orang. Sebelumnya, pemerintah mengidentifikasi ada tujuh pasien positif yang tertular setelah melakukan perjalanan dari luar negeri. Lima kasus imported case baru diidentifikasi sebagai pasien 22, 23, 24, 25, dan 26.

Sebelumnya, tujuh pasien yang diidentifikasi sebagai imported case yaitu pasien kasus 07, 09, 14, 15, 17, 18, dan 19.

Dari 27 kasus pasien positif Covid-19 di Indonesia ini, 4 di antaranya adalah warga negara asing (WNA). Keempatnya diidentifikasi sebagai pasien kasus 10, 11, 25, dan 26.

Namun Yurianto enggan memberitahukan kewarganegaraan pasien tersebut. “Ada empat WNA. Ya negara yang episenturm korona. Saya minta tidak ada yang menanyakan nama dan identitasnya,” ujar Achmad Yurianto.

Yurianto juga mengatakan, pemerintah belum bisa membuka rincian data pelacakan orang yang melakukan kontak dekat atau contact tracing dari para pasien yang kini positif tertular virus corona. Yuri mengungkapkan sejumlah alasannya.

“Mohon maaf kita masih belum bisa membuka seperti halnya yang dilakukan oleh Singapura. Sebab tracing yang kita lakukan bukan berputar di wilayah yang kecil,” kata Achmad Yurianto.

Pemerintah mengaku sudah pernah mengejar orang-orang yang melakukan kontak dekat pasien Covid-19 hingga ke luar Jawa. Menurut Yuri, mobilitas dari kontak dekat ini sangat tinggi. “Ada yang sudah kami kejar lalu kabur. Jadi mohon maaf tidak bisa kami buka lebar (informasinya), karena responsnya macam-macam,” tutur Yuri.

Dia mengakui, saat ini belum ada pemahaman yang sama di kalangan masyarakat luas terkait penularan virus corona.

Sehingga, pemerintah juga khawatir jika masih terjadi penolakan sebagaimana yang terjadi di Natuna. “Pengalaman kemarin ditolak mentah-mentah ketika memutuskan Natuna di awal sebagai tempat pemantauan. Oleh karena itu kita hati-hati, tetapi tetap melakukan komunikasi dengan Dinas Kesehatan yang membantu melaksanakan tracing,” kata Yuri.

Siapkan RS di Pulau Galang

Sementara itu, TNI akan menyiapkan rumah sakit bekas pengungsi Vietnam di Pulau Galang, Kepulauan Riau untuk menangani pasien kasus coronavirus atau Covid-19. TNI berencana menyiapkan seribu tempat tidur untuk pasien dalam kasus Covid-19 atau sering disebut Virus Korona Wuhan.

“Kami siapkan sesuai instruksi Panglima TNI tentang rencana optimalisasi RS di Pulau Galang,” ujar Wakil Kepala Pusat Kesehatan TNI, Marsekal Pertama dr Didik Kestito pada Rapat Koordinasi penanganan Covid-19 di Kantor Staf Presiden (KSP), Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Negara, Jakarta, Senin (9/3).

Dari 1.000 tempat tidur pasien tersebut, lanjut Puskes TNI, sejumlah 900 kasur terdapat di ruang perawatan observasi biasa untuk digunakan pasien dengan kategori ODP (Orang Dalam Pemantauan). Sementara, 80 tempat tidur ditempatkan di ruang observasi bertekanan negatif untuk pasien PDP (Pasien Dalam Pengawasan). Sisanya, sejumlah 20 tempat tidur untuk ruang gawat darurat atau ICU (Intensive Care Unit).

Pusat Kesehatan TNI juga menyiapkan sejumlah rumah sakit yang bisa menjadi Rumah Sakit Rujukan Utama dan Rumah Sakit Rujukan Pendukung. Angkatan Darat menyiapkan dua rumah sakit rujukan utama yaitu RSPAD Gatot Subroto dan RS dr Soepraoen di Malang Jatim.

Sedangkan, RS rujukan pendukung terdiri dari 20 rumah sakit. Sementara Angkatan Laut menyiapkan RSAL dr. Ramelan Surabaya sebagai RS rujukan utama dan 10 Rumah Sakit Rujukan pendukung. Angkatan Udara menyiapkan RS dr M Salamun di Bandung Jawa Barat sebagai rumah sakit rujukan utama dan delapan rumah sakit rujukan pendukung.

Kapuskes TNI AD Mayjen dr Tugas Ratmono mengatakan, pihaknya memiliki 15 KESDAM dan sekitar 90 RS serta 13 RS tingkat 2 yang terdiri dari 1140 tempat tidur pasien.

“Kami sudah perintahkan semua RS untuk menggelar Posko Siaga Covid -19. Sejak Januari kami sudah meminta laporan periodik sampai saat ini. Kecuali RSPAD belum mendapatkan pasien yang diketahui positif Covid -19. Info to dari RSPAD, beberapa pengunjung juga menanyakan soal Covid test,” tegasnya. (kps/bbs/int)

UMUMKAN: Juru Bicara COVID-19 Achmad Yurianto mengumumkan jumlah pasien virus corona Covid-19 bertambah jadi 4 orang, Jumat (6/3).

SUMUTPOS.CO – Seminggu terakhir, jumlah pasien positif virus corona atau COVID-19 di Indonesia terus meningkat. Dari awalnya hanya dua pasien pada Senin (2/3), melonjak ke angka 27 orang pada Selasa (10/3). Kemarin, ada tambahan delapan pasien yang dinyatakan positif virus corona. Sehari sebelumnya, tercatat 19 orang yang dinyatakan positif. Ke-8 tambahan pasien itu terjangkit di dalam dan di luar negeri.

JURU BICARA pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, mengatakan informasi mengenai penambahan pasien positif corona berdasarkan pemeriksaan sampel di laboratorium dan analisis dari para ahli hingga Selasa (10/3) petang. “Total ada penambahan 8 pasien yang tertular,” ujar Yuri dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.

Kedelapan pasien ini diberi kode kasus 20 hingga kasus 27. “Setelah sebelumnya kami umumkan kasus 01 hingga kasus 19. Sehingga total ada 27 kasus pasien tertular,” lanjut Yuri.

Dari 8 pasien baru ini, kata dia, ada dua orang WNA. Sementara 6 orang sisanya adalah WNI. Kedelapan pasien Covid-19 yang baru dinyatakan positif virus corona terjangkit di dalam dan luar negeri (imported caes), memiliki data sebagai berikut:

Pasien 20 merupakan perempuan berusia 70 tahun. Dia merupakan bagian dari penelusuran atau tracing dari subklaster Jakarta.

Pasien 21 merupakan perempuan berusia 47 tahun. Dia juga didapatkan setelah dilakukan tracing dari subklaster Jakarta.

Kemudian, terdapat perempuan berusia 36 tahun yang merupakan pasien kasus 22. Diduga penularannya tidak terjadi di Indonesia. “Ini imported case,” ucap Yuri.

Selanjutnya, terdapat pasien 22, yaitu perempuan berusia 36 tahun. Dia juga disebut Yuri sebagai kasus impor.

Pasien 23, dia diketahui sebagai perempuan 73 tahun yang juga kasus impor. “Imported case. Kondisinya saat ini sedang menggunakan ventilator karena faktor comorbid (penyakit yang menyertai) cukup banyak. Kondisi stabil,” kata Yuri.

Selanjutnya, terdapat pasien 24 yang juga merupakan kasus impor. Dia adalah laki-laki berusia 46 tahun.

Pasien 25 adalah perempuan 53 tahun, yang merupakan warga negara asing. “Imported case, kondisi stabil,” kata Yuri.

Berikutnya, terdapat pasien kasus 26 yang merupakan laki-laki berusia 46 tahun. Dia juga merupakan WNA dan tercatat sebagai kasus impor.

Setelah itu, tercatat pasien 27 yang merupakan laki-laki berusia 33 tahun. Pasien 27 merupakan WNI dalam kondisi stabil. Namun, pemerintah belum mendapatkan kepastian dari klaster mana virus corona itu berasal. “Kami menduga local transmission. Kami tracking, ini bukan impor, tidak jelas bagian dari klaster yang lain. Sementara belum (diketahui),” ujar Yuri.

Yurianto mengatakan, pihaknya masih menelusuri riwayat dan aktifitas pasien nomor 27 selama ini, hingga terjangkit Vurus Corona. “Kita sudah bertanya ke yang bersangkutan, yang pasti tak berasal dari luar negeri. Kemudian bertanya apakah ada temannya yang sakit, dia masih belum jelas siapa temannya,” tuturnya.

Menurut Yurianto, pihaknya dan tim dokter tetap melakukan tracing atau melacak dengan siapa korban pernah melakukan kontak. Hal itu dilakukan untuk mempermudah pencegahan penyebaran virus.

Lalu, jika sudah ditemukan, pemerintah dan tim langsung terjun mengisolasi komunitas di mana pasien sempat bertemu dan pergi ke suatu tempat. Timnya juga akan menelusuri orang yang akrab atau memiliki kontak dengannya. “Ini yang menjadi bagian pekerjaan kita untuk telusuri,” tambahnya.

Yurianto pun meminta agar masyarakat tidak panik lantaran satu kasus ini belum jelas asal-muasal virus menyebar. Ia juga mengimbau kepada seluruh masyarakat memeriksakan kesehatannya jika dirasa tubuh mengalami gejala-gejala mengarah Corona.

“Baik dia ODP (orang dalam pemantauan) maupun yang bukan ODP. Kalau sakit batuk, pilek, dan sebagainya pakailah masker. Itu kuncinya. Supaya pada saat dia batuk bersin dan sebagainya, virus yang ada dalam tubuhnya apapun itu entah itu Covid-19 atau yang lainnya tidak tersebar,” kata dia.

Kronologi 20 Pasien

Sebelumnya, kasus pasien positif corona di Indonesia diawali dari kasus Nomor 01, seorang perempuan berusia 31 tahun. Ia diduga terpapar virus corona saat menjadi host dalam sebuah acara di Kemang, Jakarta Selatan, dari seorang warga negara Jepang. Hal itu diketahui setelah WN Jepang yang berdomisili di Malaysia itu dinyatakan positif Covid-19 setelah memeriksakan diri di Malaysia.

Kemudian, pasien Nomor 01 menularkannya ke pasien kasus Nomor 02, ibu kasus nomor 1 yang berusia 64 tahun.

Kasus Nomor 03 dan 04 diumumkan pada Jumat (6/3), yakni pasien berumur 33 tahun, masih ada hubungan dengan klaster kasus 01. Memiliki keluhan batuk, flu dan suhu tubuh 37,6 derajat.

Kasus Nomor 04, berumur 34 tahun, masih berhubungan dengan klaster kasus Nomor 01.

Dua kasus berikutnya diumumkan pada Minggu (8/3), yakni kasus Nomor 05, laki-laki 55 tahun. Ini adalah hasil pemeriksaan lanjutan dari kasus kluster Jakarta. Yang tadi suspect, kemudian yang bersangkutan confirm positif Covid-19.

Kasus Nomor 06, laki-laki 36 tahun. Imported case dari Jepang yang didapatkan waktu bekerja sebagai ABK di Diamond Princess

Pada Senin (9/3), jumlah pasien melonjak tajam hingga 13 kasus baru, yang diumumkan.

Kasus Nomor 07, perempuan berusia 59 tahun. Kondisinya tampak sakit ringan sedang dan stabil. Pasien kasus 07 ini baru kembali dari luar negeri dan beberapa saat menunjukkan gejala, kemudian dilakukan pemeriksaan PCR. Hasilnya positif.

Kasus Nomor 08, laki-laki berusia 56 tahun. Pasien ini tertular dari pasien kasus 07 karena memang suami istri. Kondisinya sekarang menggunakan beberapa peralatan infus, oksigen, karena sebelum kontak dengan 07, sudah sakit duluan, tapi bukan Covid-19, sakit karena diare dan ditambah riwayat diabetes.

Kasus Nomor 09, perempuan berusia 55 tahun. Kondisinya tampak sakit ringan sedang tanpa ada penyakit penyulit sebelumnya.

Kasus Nomor 10, laki-laki berusia 29 tahun, WNA. Pasien ini adalah bagian dari tracing atas kasus 1.

Kasus Nomor 11, WNA, perempuan berusia 54 tahun. Bagian dari tracing kontak kasus 1

Kasus Nomor 12, laki-laki, berusia 31 tahun. Masih bagian dari kasus 1

Kasus Nomor 13, perempuan, berusia 16 tahun. Hasil tracing dari sub klaster pasien 03 (subklaster 03).

Kasus Nomor 14, laki-laki, berusia 50 tahun. Imported kasus.

Kasus Nomor 15, perempuan, berusia 43 tahun. Imported kasus.

Kasus Nomor 16, perempuan, berusia 17 tahun., terkait dengan pasien kasus 15.

Kasus Nomor 17, laki-laki, berusia 56 tahun, imported case.

Kasus Nomor 18, laki-laki, berusia 50 tahun, imported case.

Kasus Nomor 19, laki-laki, berusia 40 tahun, imported case.

Dan kemarin, delapan kasus baru diumumkan.

Dengan penambahan kasus positif corona ini, total pasien yang terpapar virus dari luar negeri atau imported case menjadi 12 orang. Sebelumnya, pemerintah mengidentifikasi ada tujuh pasien positif yang tertular setelah melakukan perjalanan dari luar negeri. Lima kasus imported case baru diidentifikasi sebagai pasien 22, 23, 24, 25, dan 26.

Sebelumnya, tujuh pasien yang diidentifikasi sebagai imported case yaitu pasien kasus 07, 09, 14, 15, 17, 18, dan 19.

Dari 27 kasus pasien positif Covid-19 di Indonesia ini, 4 di antaranya adalah warga negara asing (WNA). Keempatnya diidentifikasi sebagai pasien kasus 10, 11, 25, dan 26.

Namun Yurianto enggan memberitahukan kewarganegaraan pasien tersebut. “Ada empat WNA. Ya negara yang episenturm korona. Saya minta tidak ada yang menanyakan nama dan identitasnya,” ujar Achmad Yurianto.

Yurianto juga mengatakan, pemerintah belum bisa membuka rincian data pelacakan orang yang melakukan kontak dekat atau contact tracing dari para pasien yang kini positif tertular virus corona. Yuri mengungkapkan sejumlah alasannya.

“Mohon maaf kita masih belum bisa membuka seperti halnya yang dilakukan oleh Singapura. Sebab tracing yang kita lakukan bukan berputar di wilayah yang kecil,” kata Achmad Yurianto.

Pemerintah mengaku sudah pernah mengejar orang-orang yang melakukan kontak dekat pasien Covid-19 hingga ke luar Jawa. Menurut Yuri, mobilitas dari kontak dekat ini sangat tinggi. “Ada yang sudah kami kejar lalu kabur. Jadi mohon maaf tidak bisa kami buka lebar (informasinya), karena responsnya macam-macam,” tutur Yuri.

Dia mengakui, saat ini belum ada pemahaman yang sama di kalangan masyarakat luas terkait penularan virus corona.

Sehingga, pemerintah juga khawatir jika masih terjadi penolakan sebagaimana yang terjadi di Natuna. “Pengalaman kemarin ditolak mentah-mentah ketika memutuskan Natuna di awal sebagai tempat pemantauan. Oleh karena itu kita hati-hati, tetapi tetap melakukan komunikasi dengan Dinas Kesehatan yang membantu melaksanakan tracing,” kata Yuri.

Siapkan RS di Pulau Galang

Sementara itu, TNI akan menyiapkan rumah sakit bekas pengungsi Vietnam di Pulau Galang, Kepulauan Riau untuk menangani pasien kasus coronavirus atau Covid-19. TNI berencana menyiapkan seribu tempat tidur untuk pasien dalam kasus Covid-19 atau sering disebut Virus Korona Wuhan.

“Kami siapkan sesuai instruksi Panglima TNI tentang rencana optimalisasi RS di Pulau Galang,” ujar Wakil Kepala Pusat Kesehatan TNI, Marsekal Pertama dr Didik Kestito pada Rapat Koordinasi penanganan Covid-19 di Kantor Staf Presiden (KSP), Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Negara, Jakarta, Senin (9/3).

Dari 1.000 tempat tidur pasien tersebut, lanjut Puskes TNI, sejumlah 900 kasur terdapat di ruang perawatan observasi biasa untuk digunakan pasien dengan kategori ODP (Orang Dalam Pemantauan). Sementara, 80 tempat tidur ditempatkan di ruang observasi bertekanan negatif untuk pasien PDP (Pasien Dalam Pengawasan). Sisanya, sejumlah 20 tempat tidur untuk ruang gawat darurat atau ICU (Intensive Care Unit).

Pusat Kesehatan TNI juga menyiapkan sejumlah rumah sakit yang bisa menjadi Rumah Sakit Rujukan Utama dan Rumah Sakit Rujukan Pendukung. Angkatan Darat menyiapkan dua rumah sakit rujukan utama yaitu RSPAD Gatot Subroto dan RS dr Soepraoen di Malang Jatim.

Sedangkan, RS rujukan pendukung terdiri dari 20 rumah sakit. Sementara Angkatan Laut menyiapkan RSAL dr. Ramelan Surabaya sebagai RS rujukan utama dan 10 Rumah Sakit Rujukan pendukung. Angkatan Udara menyiapkan RS dr M Salamun di Bandung Jawa Barat sebagai rumah sakit rujukan utama dan delapan rumah sakit rujukan pendukung.

Kapuskes TNI AD Mayjen dr Tugas Ratmono mengatakan, pihaknya memiliki 15 KESDAM dan sekitar 90 RS serta 13 RS tingkat 2 yang terdiri dari 1140 tempat tidur pasien.

“Kami sudah perintahkan semua RS untuk menggelar Posko Siaga Covid -19. Sejak Januari kami sudah meminta laporan periodik sampai saat ini. Kecuali RSPAD belum mendapatkan pasien yang diketahui positif Covid -19. Info to dari RSPAD, beberapa pengunjung juga menanyakan soal Covid test,” tegasnya. (kps/bbs/int)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/