26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dahlan Dan Jokowi Makin Naik

dahlan Iskan
dahlan Iskan

JAKARTA-Harapan publik mendapat calon presiden alternatif pada 2014 semakin terbuka. Berdasar hasil survei Alvara Research Center, muncul sejumlah kandidat di luar nama-nama lama yang tingkat popularitasnya sudah bisa bertengger di papan atasn
“Joko Widodo dan Dahlan Iskan sudah mulai naik ke peringkat atas,” kata CEO Alvara Hasanuddin Ali saat memaparkan hasil survei lembaganya di Rumah Makan Bumbu Desa, Jakarta, kemarin (11/9). Sesuai dengan hasil survei Alvara, Jokowi dan Dahlan masuk lima besar untuk popularitas spontan. Yaitu, ketika responden diminta secara spontan menyebut nama calon kandidat capres.
Aburizal Bakrie dan Prabowo Subianto menjadi kandidat capres paling populer. Masing-masing sebesar 69,0 persen dan 65,4 persen. Disusul Megawati Soekarnoputri dengan 56,2 persen. Di peringkat keempat dan kelima terdapat nama Jokowi (39,2 persen) dan Dahlan (39,0 persen).
Menurut dia, tingkat popularitas sebagai capres adalah pintu masuk berharga bagi kandidat untuk meraih dukungan pemilih. Meskipun, lanjut dia, tingkat popularitas itu bukan jaminan bakal mendapat dukungan yang tinggi pula.
Dia lalu menyebut dua tokoh, yaitu Aburizal Bakrie dan Megawati. “Meski popularitasnya tinggi, tingkat elektabilitas keduanya lebih rendah daripada kandidat yang lain,” ucap Hasanuddin.
Tingkat keterpilihan Aburizal dan Mega masing-masing hanya 6,2 persen dan 7,0 persen.””Yang kasihan, Pak Ical (Aburizal, Red). Tingkat popularitasnya tinggi, tapi elektabilitasnya rendah,” beber alumnus statistik ITS itu.
Peringkat puncak untuk tingkat elektabilitas ditempati Jokowi dengan mendapat 22,1 persen. Disusul berturut-turut di peringkat lima besar, Prabowo Subianto (17,0 persen), Jusuf Kalla (7,4 persen), Megawati (7,0 persen), dan Dahlan Iskan (6,9 persen).
Aburizal hanya menempati peringkat keenam. Selanjutnya, Wiranto (4,6 persen), Mahfud M.D. (4,0 persen), Surya Paloh (2,0 persen), Hatta Rajasa (1,0 persen), dan Sultan HB X (0,9 persen). Yang memilih lainnya 1,0 persen, sedangkan yang belum memutuskan pilihan 19,8 persen.
Survei Alvira kali ini khusus membidik persepsi pemilih kelas menengah atau kaum urban. Populasi pemilih diambil di enam wilayah, yaitu Jabodetabek, Medan, Surabaya, Makassar, Bandung, dan Semarang.
Menurut Hasanuddin, pemilih kelas menengah di Indonesia penting untuk dipotret. Sebab, kelompok tersebut kerap menjadi opinion maker. Selain itu, lanjut dia, jumlahnya besar. Berdasar data World Bank, jumlahnya sekitar 135 juta.
Survei dilakukan terhadap 1.532 responden berusia 20-54 tahun pada 15 Juli hingga 23 Agustus 2013 dengan wawancara tatap muka. Pemilihannya dilakukan secara stratified random sampling dengan margin of error 2,5 persen.

SBY Jaga Jarak
Di sisi lain, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono tadi malam melakukan pertemuan dengan 11 peserta Konvensi Capres Partai Demokrat. Komitmen untuk memperlakukan sama seluruh peserta menjadi salah satu yang ditegaskan.
“Pak SBY akan menjaga jarak yang sama, semua akan diperlakukan sama, semua akan diberikan informasi yang sama,” ungkap salah satu peserta konvensi Marzuki Alie usai pertemuan di Hotel Sultan Jakarta kemarin (11/9).
SBY, lanjut dia, baru akan ikut turun menjadi tim sukses salah satu kandidat ketika yang bersangkutan telah ditetapkan menjadi pemenang konvensi. Mulai dari turut merancang strategi hingga berkampanye untuk pemenangan. “Itu yang beliau katakan, tapi itu baru nanti,” beber ketua DPR itu.”
SBY, ungkap Marzuki, juga menegaskan kalau perhelatan konvensi capres Partai Demokrat bukan semata-mata ajang kompetisi. Setiap kandidat harus lebih mengedepankan kolaborasi.
“Karena itu pula, kata dia, semua jajaran partai juga komite konvensi wajib memfasilitasi seluruh peserta konvensi untuk bisa bertemu dengan rakyat. Struktur partai maupun komite tidak boleh hanya mengutamakan satu calon tertentu saja.
Selain tokoh-tokoh di luar Partai Demokrat, ada empat peserta yang merupakan kader internal. Yaitu, Wakil Ketua Majelis Tinggi PD Marzuki Alie, Anggota Dewan Pembina PD Pramono Edhie Wibowo, Sinyo Harry Sarundajang, dan Hayono Isman.
Di tempat yang sama usai mengikuti pertemuan, kandidat peserta konvensi lainnya Dahlan Iskan juga menyatakan hal senada. Bahwa, SBY tidak akan menganakemaskan salah satu calon atau kelompok calon tertentu. “Beliau tegaskan sekali itu, bahwa semua calon sama, tidak ada yang diistimewakan, beliau (SBY, Red) bilang begitu,” kata Dahlan.
Calon peserta lainnya Anies Baswedan yang juga berasal dari tokoh non partai juga menyatakan keyakinanannya kalau konvensi akan berlangsung fair. “Konvensi ini yang menilai rakyat, yang menjadi juri masyarakat, jadi bukan karena orang partai atau tidak,” kata Anies.
Karena itu pula, meski belum memiliki jaringan politik, dia tetap optimis bisa bisa tamnpil menjadi pemenang konvensi. Caranya, adalah terus membangun jaringan-jaringan dan relawan-relawan dari masyarakat. “Publik juga sudah cerdas, ketika mencari pemimpin tidak akan melihat dia punya mesin partai atau tidak,” tandasnya.
Selain komitmen untuk tetap mengambil posisi netral dalam pelaksanaan konvensi, SBY juga mengngatkan sejumlah hal. Diantaranya, pesan agar para kandidat tidak menggunakan kampanye hitanm sebagai strategi pemenangan di konvensi. “Tidak suka menyerang lawan, tidak nganeh-nganehi,” beber Juru Bicara Komite Konvensi Rully Charis.
SBY, menurut dia, juga berpesan agar setiap kandidat tidak menggunakan sentiment-sentimen agama ataupun ideology tertentu saat kampanye. “Tidak memberi janji muluk-muluk, kontrol dalam berbicara dan berdebat, mengusung isu kepeentingan rakyat, serta menggunakan strategi dan taktik yg tepat,” tandasnya. (dyn/c4/fat/jpnn)

dahlan Iskan
dahlan Iskan

JAKARTA-Harapan publik mendapat calon presiden alternatif pada 2014 semakin terbuka. Berdasar hasil survei Alvara Research Center, muncul sejumlah kandidat di luar nama-nama lama yang tingkat popularitasnya sudah bisa bertengger di papan atasn
“Joko Widodo dan Dahlan Iskan sudah mulai naik ke peringkat atas,” kata CEO Alvara Hasanuddin Ali saat memaparkan hasil survei lembaganya di Rumah Makan Bumbu Desa, Jakarta, kemarin (11/9). Sesuai dengan hasil survei Alvara, Jokowi dan Dahlan masuk lima besar untuk popularitas spontan. Yaitu, ketika responden diminta secara spontan menyebut nama calon kandidat capres.
Aburizal Bakrie dan Prabowo Subianto menjadi kandidat capres paling populer. Masing-masing sebesar 69,0 persen dan 65,4 persen. Disusul Megawati Soekarnoputri dengan 56,2 persen. Di peringkat keempat dan kelima terdapat nama Jokowi (39,2 persen) dan Dahlan (39,0 persen).
Menurut dia, tingkat popularitas sebagai capres adalah pintu masuk berharga bagi kandidat untuk meraih dukungan pemilih. Meskipun, lanjut dia, tingkat popularitas itu bukan jaminan bakal mendapat dukungan yang tinggi pula.
Dia lalu menyebut dua tokoh, yaitu Aburizal Bakrie dan Megawati. “Meski popularitasnya tinggi, tingkat elektabilitas keduanya lebih rendah daripada kandidat yang lain,” ucap Hasanuddin.
Tingkat keterpilihan Aburizal dan Mega masing-masing hanya 6,2 persen dan 7,0 persen.””Yang kasihan, Pak Ical (Aburizal, Red). Tingkat popularitasnya tinggi, tapi elektabilitasnya rendah,” beber alumnus statistik ITS itu.
Peringkat puncak untuk tingkat elektabilitas ditempati Jokowi dengan mendapat 22,1 persen. Disusul berturut-turut di peringkat lima besar, Prabowo Subianto (17,0 persen), Jusuf Kalla (7,4 persen), Megawati (7,0 persen), dan Dahlan Iskan (6,9 persen).
Aburizal hanya menempati peringkat keenam. Selanjutnya, Wiranto (4,6 persen), Mahfud M.D. (4,0 persen), Surya Paloh (2,0 persen), Hatta Rajasa (1,0 persen), dan Sultan HB X (0,9 persen). Yang memilih lainnya 1,0 persen, sedangkan yang belum memutuskan pilihan 19,8 persen.
Survei Alvira kali ini khusus membidik persepsi pemilih kelas menengah atau kaum urban. Populasi pemilih diambil di enam wilayah, yaitu Jabodetabek, Medan, Surabaya, Makassar, Bandung, dan Semarang.
Menurut Hasanuddin, pemilih kelas menengah di Indonesia penting untuk dipotret. Sebab, kelompok tersebut kerap menjadi opinion maker. Selain itu, lanjut dia, jumlahnya besar. Berdasar data World Bank, jumlahnya sekitar 135 juta.
Survei dilakukan terhadap 1.532 responden berusia 20-54 tahun pada 15 Juli hingga 23 Agustus 2013 dengan wawancara tatap muka. Pemilihannya dilakukan secara stratified random sampling dengan margin of error 2,5 persen.

SBY Jaga Jarak
Di sisi lain, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono tadi malam melakukan pertemuan dengan 11 peserta Konvensi Capres Partai Demokrat. Komitmen untuk memperlakukan sama seluruh peserta menjadi salah satu yang ditegaskan.
“Pak SBY akan menjaga jarak yang sama, semua akan diperlakukan sama, semua akan diberikan informasi yang sama,” ungkap salah satu peserta konvensi Marzuki Alie usai pertemuan di Hotel Sultan Jakarta kemarin (11/9).
SBY, lanjut dia, baru akan ikut turun menjadi tim sukses salah satu kandidat ketika yang bersangkutan telah ditetapkan menjadi pemenang konvensi. Mulai dari turut merancang strategi hingga berkampanye untuk pemenangan. “Itu yang beliau katakan, tapi itu baru nanti,” beber ketua DPR itu.”
SBY, ungkap Marzuki, juga menegaskan kalau perhelatan konvensi capres Partai Demokrat bukan semata-mata ajang kompetisi. Setiap kandidat harus lebih mengedepankan kolaborasi.
“Karena itu pula, kata dia, semua jajaran partai juga komite konvensi wajib memfasilitasi seluruh peserta konvensi untuk bisa bertemu dengan rakyat. Struktur partai maupun komite tidak boleh hanya mengutamakan satu calon tertentu saja.
Selain tokoh-tokoh di luar Partai Demokrat, ada empat peserta yang merupakan kader internal. Yaitu, Wakil Ketua Majelis Tinggi PD Marzuki Alie, Anggota Dewan Pembina PD Pramono Edhie Wibowo, Sinyo Harry Sarundajang, dan Hayono Isman.
Di tempat yang sama usai mengikuti pertemuan, kandidat peserta konvensi lainnya Dahlan Iskan juga menyatakan hal senada. Bahwa, SBY tidak akan menganakemaskan salah satu calon atau kelompok calon tertentu. “Beliau tegaskan sekali itu, bahwa semua calon sama, tidak ada yang diistimewakan, beliau (SBY, Red) bilang begitu,” kata Dahlan.
Calon peserta lainnya Anies Baswedan yang juga berasal dari tokoh non partai juga menyatakan keyakinanannya kalau konvensi akan berlangsung fair. “Konvensi ini yang menilai rakyat, yang menjadi juri masyarakat, jadi bukan karena orang partai atau tidak,” kata Anies.
Karena itu pula, meski belum memiliki jaringan politik, dia tetap optimis bisa bisa tamnpil menjadi pemenang konvensi. Caranya, adalah terus membangun jaringan-jaringan dan relawan-relawan dari masyarakat. “Publik juga sudah cerdas, ketika mencari pemimpin tidak akan melihat dia punya mesin partai atau tidak,” tandasnya.
Selain komitmen untuk tetap mengambil posisi netral dalam pelaksanaan konvensi, SBY juga mengngatkan sejumlah hal. Diantaranya, pesan agar para kandidat tidak menggunakan kampanye hitanm sebagai strategi pemenangan di konvensi. “Tidak suka menyerang lawan, tidak nganeh-nganehi,” beber Juru Bicara Komite Konvensi Rully Charis.
SBY, menurut dia, juga berpesan agar setiap kandidat tidak menggunakan sentiment-sentimen agama ataupun ideology tertentu saat kampanye. “Tidak memberi janji muluk-muluk, kontrol dalam berbicara dan berdebat, mengusung isu kepeentingan rakyat, serta menggunakan strategi dan taktik yg tepat,” tandasnya. (dyn/c4/fat/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/