JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Selama ini, orang mengira, virus korona (Covid-19) hanya menular melalui percikan cairan tubuh. Namun, ada fakta baru yang terungkap. Peneliti mikrobiologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra mengatakan, selain lewat percikan cairan tubuh yang terkontaminasi virus korona, virus itu juga berpotensi menular melalui feses. Wah, harus semakin waspada, ya.
“Sebetulnya hal ini tidak mengherankan, karena pada kasus SARS kontaminasi feses juga merupakan salah satu rute penyebaran yang terjadi pada sebuah apartemen di Hong Kong,” kata Sugiyono seperti dilansir dari Antara, Kamis (12/3).
Di samping itu, menurut dia, dalam proses transmisi dari kelelawar ke hewan perantara musang atau trenggiling virus korona diduga juga ditularkan melalui feses. Sugiyono menuturkan, beberapa studi menunjukkan virus korona baru SARS-CoV-2, penyebab Covid-19 terdeteksi pada sampel yang diambil dari area anus beberapa pasien di Tiongkok. “Bahkan persentase hasil positifnya lebih besar dibandingkan dengan deteksi pada sampel yang diambil di area mulut pasien” katanya.
Kemudian, ia melanjutkan, hasil satu studi di satu rumah sakit di Singapura menyebutkan SARS-CoV-2 juga terdeteksi pada area toilet, wastafel, lantai, dan gagang pintu. Pada sampel udara SARS-CoV-2 tidak terdeteksi, tapi terdeteksi pada lubang ventilasi dan kipas angin. Namun, sampel pada benda mati tersebut sebetulnya diambil sebelum dilakukan proses disinfeksi rutin.
Setelah proses disinfeksi, sampel juga diambil dari beberapa permukaan benda mati dan ternyata hasilnya negatif SARS-CoV-2, menunjukkan bahwa penyebaran virus dapat dicegah dengan disinfeksi.
Sugiyono menuturkan, penyebaran virus melalui feses sebetulnya bukan hal baru. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus seperti Hepatitis A, polio, dan diare yang disebabkan oleh rotavirus juga menular melalui rute feses.
Oleh karena itu, menjaga kebersihan tangan dan sanitasi lingkungan mutlak harus dilakukan untuk mencegah penularan berbagai penyakit, tidak hanya korona.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, penularan Covid-19 dari satu orang ke orang lain terjadi melalui kontak dekat dengan penderita, kontak dengan respiratory droplets atau percikan cairan dari saluran pernapasan orang yang terkontaminasi virus korona baru.
Namun ada beberapa potensi rute penularan lain seperti melalui benda mati yang sudah terkontaminasi virus. Dalam hal ini ada studi yang menunjukkan ketahanan beberapa jenis virus corona selain SARS-CoV-2 pada benda mati berkisar antara dua jam hingga sembilan hari.
Penularan dapat dimulai ketika tangan bersentuhan dengan benda yang sudah terkontaminasi virus kemudian tangan menyentuh area mulut, hidung, atau mata sehingga memungkinkan virus masuk ke dalam tubuh.
Namun, kata Sugiyono, studi terbaru membuktikan kontaminasi pada benda mati tidak hanya berasal dari respiratory droplet, tetapi juga sangat potensial melalui feses penderita Covid-19.
Menurut dia, variasi rute penyebaran itu merupakan salah satu hal yang dapat menjelaskan mengapa Covid-19 begitu masif cepat menular ke banyak orang.
Belum Pikirkan Opsi Lockdown Wilayah
Saat ini, Corona sudah menjadi epidemi global. Sejumlah negara yang terpapar pun sudah memberlakukan lockdown atau menutup total beberapa wilayahnya. Bagaimana dengan Indonesia?
Juru Bicara Penanganan Virus Achmad Yurianto menegaskan, sampai saat ini tidak ada rencana pemerintah menerapkan lockdown pada wilayah tertentu. ”Kita tidak akan ada opsi lockdown. Karena kalau di-lockdown kita tidak akan bisa apa-apa,” kata Yuri di Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (12/3). Diketahui, sampai saat ini di Indonesia sudah terdapat 34 pasien positif korona.
Sementara sejumlah negara yang sudah memberlakukan lockdown di antaranya Italia, Tiongkok, Jerman, Arab Saudi, Denmark, Iran, dan terbaru Filipina.
Menurut Yuri, keputusan lockdown dianggap cukup membahayakan bagi masyarakat. Dia mencontohkan kasus korona di kapal pesiar Diamond Princess. Ketika kapal diputuskan lockdown untuk proses isolasi, justru penularan korona saat itu terjadi cukup cepat kepada penumpang lain.
Atas dasar itu, imbuh Yuri, pemerintah Indonesia lebih fokus pada upaya pelacakan kontak langsung antara pasien positif korona dengan masyarakat. Dengan begitu mata rantai penularan bisa diputus. “Bahkan meliburkan sekolah pun belum opsinya,” tambah Yuri.
Kendati demikian, kebijakan pemerintah akan terus disesuaikan dengan situasi. Nantinya, keputusan akan diambil bersama para pemangku kepentingan. “Ini akan jadi keputusan bersama yang dikooordinasikan di setiap kementerian,” pungkas Yuri.
Negatif Covid-19, Sudah Dipulangkan
Sementara Kamis (12/3) petang sekira pukul 16.35, seorang pasien dari salah satu rumah sakit milik pemerintah di Pematangsiantar dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM), Medan. Pasien tersebut baru pulang umrah, dan sempat dikabarkan suspect virus corona (Covid-19).
Kasubbag Humas RSUP HAM Rosario Dorothy Simanjuntak yang dikonfirmasi membenarkan, ada pasien rujukan dari salah satu rumah sakit plat merah di daerah Sumut. “Pasiennya baru saja sampai sekitar pukul 16.20 WIB. Kami periksa dulu ya, belum tentu juga suspect Covid-19, harus diperiksa dulu,” kata Rosa yang dikonfirmasi via whatsapp sekitar pukul 16.35 WIB.
Disinggung jenis kelamin pasien tersebut dan dari rumah sakit mana dirujuk, Rosa tak bisa menyebutkan. Alasannya, karena sudah peraturan dari pusat. “Peraturan dari Pusat kan enggak boleh lagi sebut identitas, termasuk asal rumah sakit dan daerah, maaf ya,” ucapnya.
Rosa menyebutkan, setelah diperiksa oleh tim medis sekitar satu jam, ternyata hasilnya negatif suspect Covid-19. Selanjutnya, pasien tersebut dipulangkan sekitar pukul 18.00 WIB. “Pasiennya sudah kami pulangkan, bukan suspect Covid-19. Pasiennya hanya mengalami batuk ringan, cuma itu saja tidak ada gejala lain,” katanya.
Ditanya, apakah pasien itu dipantau selama 14 hari ke depan, Rosa menyatakan tidak. “Jadi heboh karena dia baru pulang dari Arab, makanya kami bilang kasih kami waktu dulu kami periksa. Status pasien tersebut PBJ (Pulang Berobat Jalan) dan tidak dipantau selama 14 hari,” tandas Rosa.
Informasi dihimpun, pasien yang dirujuk tersebut sempat dirawat di RS Tentara Pematangsiantar karena mengalami batuk dan flu setelah pulang umrah. Karena terindikasi suspect virus corona, maka pasien tersebut dirujuk ke RSUP HAM. “Masih dalam pengawasan pihak rumah sakit, pasien diperkirakan berusia 50 tahun itu dan baru saja pulang dari umrah beberapa hari lalu,” kata Kepala RS Tentara Pematangsiantar dr Mayor Hady Zulkarnain kepada wartawan sekitar pukul 15.00 WIB.
Hady menuturkan, setibanya di Kota Pematangsiantar pasien tersebut mengalami gejala batuk dan flu. Seterusnya, pasien datang ke rumah sakit ini pada Rabu (11/3) malam untuk berobat. “Pada saat pasien datang, pihak rumah sakit melakukan penanganan medis dan kita masukkan ke ruang isolasi,” jelas Hady sembari menambahkan, pasien diberangkatkan dari RS Tentang Pematangsiantar sekitar pukul 13.30 WIB untuk dirujuk ke RSUP HAM. (jpc/ris)