28 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Pemerintah Tetapkan Hari Ini 1 Ramadhan 1442 Hijriah, Menag: Zona Merah dan Oranye Beribadah di Rumah

JAKARTA- Pemerintah menetapkan awal puasa atau 1 Ramadan 1442 Hijriah jatuh hari ini, Selasa (13/4). Ketetapan itu berdasarkan hasil sidang isbat yang dipimpin Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan dihadiri sejumlah ormas Islam hingga ahli astronomi.

Persiapan: Petugas OIF UMSU melakukan persiapan untuk memantau hilal awal Ramadan 1442 Hijriah, Senin (12/4).

Direktur Urusan Agama Islam Kemenag Agus Salim mengatakan, pihaknya menurunkan beberapa pemantau hilal di 86 lokasi yang tersebar di 34 provinsi. Pemantau hilal itu berasal dari petugas Kanwil Kemenag dari beberapa kabupaten/kota beserta ormas Islam lainnya.

Laporan mengenai hilal awal Ramadan 1442 Hijriah, disampaikan anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kementerian Agama Cecep Nurwendaya. Menurutnya, hilal terlihat di sejumlah wilayah Indonesia. “Ada referensi bahwa hilal awal Ramadan 1442 Hijriah hari Senin tanggal 12 April 2021 dapat teramati dari wilayah Indonesia,” kata Cecep.

Menurutnya, ijtimak terjadi pada Hari Senin, 12 April 2021, sekitar pukul 09.31 WIB. Pada saat terbenam matahari, lanjut Cecep, di seluruh Indonesia sudah terjadi ijtimak atau konjungsi.

“Hilal awal Ramadan sudah cukup tua, umurnya sudah lebih delapan jam. Di Indonesia hilal berada pada posisi signifikan untuk dilihat,” tuturnya.

“Untuk di Pos Observasi Bulan (POB) Cibeas Pelabuhan Ratu, posisi hilal saat terbenamnya matahari pada posisi 3,59 derajat dengan umur bulan 8 jam 23 menit, 12 detik,” tambahnya.

Sidang kemudian digelar secara tertutup. Tamu undangan mendengarkan laporan dari tim rukyat.

Selanjutnya, ormas Islam dan tamu undangan lainnya berdiskusi bersama Kemenag untuk menetapkan 1 Ramadan 1442 Hijriah. Keputusan sidang isbat ini juga sekaligus menjawab kapan awal puasa Ramadan 1442 Hijriah.

Sementara, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas usai menggelar Sidang Isbat Awal Ramadan 1442 H/2021 M menyampaikan, dirinya sudah menerbitkan surat edaran terkait pelaksanaan amaliah pada Ramadan dan Idul Fitri 1442 Hijriah. Salah satu instruksinya adalah untuk pelaksanaan ibadah seperti salat tarawih, i’tikaf, kultum dan seterusnya selama Ramadan akan dilakukan pembatasan-pembatasan dengan mengikuti protokol kesehatan.

“Jadi tarawih tetap diperbolehkan, tapi dengan pembatasan 50 persen dari kapasitas, namun aturan-aturan ini tidak berlaku untuk daerah-daerah yang di zona merah dan oranye,” jelasnya.

Ia meminta agar masyarakat di wilayah tersebut melaksanakan ibadah di rumah masing-masing. Sementara itu, untuk daerah zona hijau dan kuning dipersilakan beribadah dengan aturan-aturan yang sesuai dengan protokol kesehatan.

Menag menuturkan, kedisiplinan adalah bentuk pengendalian nafsu sebagaimana yang diajarkan oleh spirit Ramadan. “Kedisiplinan dalam penerapan prokes juga menjadi ikhtiar bersama untuk menjaga kesehatan diri, keluarga, dan juga masyarakat,” ucap dia.

“Ini tidak lain untuk melindungi kita semua, seluruh masyarakat Indonesia agar selama pada pandemi Covid-19 ini kita bisa beribadah tenang, kita bisa beribadah dengan baik tanpa berisiko untuk terpapar atau memaparkan Covid-19 kepada yang lain,” tutup Menag.

OIF UMSU Jadi Titik Pengamatan Hilal

Dari 86 lokasi pemantauan hilal yang tersebar di seluruh Indonesia, satu diantaranya di Kampus Pasca Sarjana UMSU, Jalan Denai Kota Medan. Kementerian Agama menujuk Observatorium Ilmu Falak (OIF) UMSU menjadi salah satu titik nasional pengamatan hilal untuk penentuan 1 Ramadan 1442 H dalam Sidang Isbat di Jakarta, Senin (12/4) sore.

“Hari ini, secara nasional adalah penentuan praktik pengamatan hilal, menentukan 1 Ramadan 1442 Hijriah. Tim OIF UMSU dalam setiap tahun rutinitasnya menyelanggarakan dan memfasilitas untuk pengamatan hilal menentukan 1 Ramadan,” kata Kepala OIF UMSU,dr Arwin Rakhmadi Butar-butar kepada wartawan, Senin (12/4) siang.

Arwin menjelaskan, OIF UMSU sudah melakukan persiapan untuk pengamatan hilal sejak Minggu (11/4), dengan menyiapkan SDM dan alat-alat. “Bahkan menyiapkan alat untuk pengamatan. Persis digunakan setelah matahari tenggelam,” jelas Arwin.

Arwin mengungkapkan, UMSU melalui OIF berkontribusi kepada pemerintah pusat dalam pengamatan hilal. “Sejak beberapa tahun ini, kordinat kita. OIF UMSU salah satu titik pemangatan Hilal secara nasional dan Kantor Gubernur Sumut sejak lama dilakukan. Bila terlihat, hasil pengamatan akan disampaikan kepada Kementerian Agama di Jakarta,” tuturnya.

Arwin menjelaskan, secara keilmuan, diketahui dari ketinggian hilal pada hari ini 3 derajat lebih, tidak sampai 4 derajat. Tentu secara keilmuan secara berulangan-ulang sangat sulit. “Namun demikian, posisi hilal masih positif berada diposisi di 3 derajat. Mudah-mudah langit sangat cerah, dan sangat mempermudah pengamatan,” kata Arwin.

Untuk pengamatan hilal ini, Arwin menambakan OIF UMSU menyiapkan 4 alat teropong, salah satunya akan digunakan Wali Kota Medan yang juga menantu Presiden Joko Widodo, Bobby Afif Nasution bersama jajaran Pemko Medan dan Rektor UMSU.

Sayang, sore itu hilal tak teramati OIF UMSU. Karena, hilal bulan berada di posisi 3 derajat. “Pada kesempatan ini, tidak memungkinkan melihat hilal itu disebabkan dua hal. Pertama karena hilal bulan ni masih sangat rendah baru 3 derajat, sedangkan melihat itu secara langsung adalah 7 derajat,” ungkap Ketua MUI Kota Medan, Dr H Hasan Matsum kepada wartawan.

Yang kedua, kata Hasan, untuk melihat hilal ini memang bagian dari syari untuk pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadan. Tapi, berkeyakinan dengan 2 derajat sampai 3 derajat seluruh Indonesia sesuai dengan kesepakatan Malaysia, Indonesia, Brunai dan Singapura. “ Insya Allah besok (hari ini) kita melaksanakan ibadah puasa Ramadan, karena umur bulan telah mencapai lebih dari 8 jam,” sebut Hasan.

Puasa Lebih Awal

Meski pemerintah baru menetapkan awal puasa Ramadan 1442 Hijriah pada Selasa (13/4), namun jamaah Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah di Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, sudah melakukan ibadah puasa Ramadan pada Senin (12/4). Mereka juga sudah melaksanakan ibadah salat tarawih di Rumah Ibadah Suluk Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah, Pasar IV, Simpang Kongsi, Gang Leman Harahap, Kecamatan Marindal, Deli Serdang, sejak Minggu (11/4) malam.

“Karena jatuhnya hari pertama Ramadan pada hari Senin ini. Maka dari itu kami mulai Minggu malam sudah melaksanakan salat Tarawih pertama,” sebut Dewan Mursyidin Naqsyabandi Al Kholidiyah Jalaliyah, Syekh Muda Khoiruddin kepada wartawan, Senin (12/4) siang.

Khoiruddin menjelaskan, penetapan 1 Ramadan dilakukan seperti tahun-tahun sebelumnya sesuai dengan Hisab Qomariyah Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah yang dipimpin Buya Dr Syekh Muhammad Ali SAg, MHum melalui sidang fatwa. Sedangkan metode perhitungan jatuhnya hari pertama Ramadan 1442 Hijriah, Khoiruddin mengatakan, berdasarkan yang diajarkan Tuan Guru Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah yang mengikuti sistem perhitungan Hisab Qomariyah Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah.

“Jadi perhitungan jatuhnya hari pertama Ramadan sudah diajarkan dan diamanahkan Tuan Guru kami berdasarkan Hisab Qomariyah Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah. Perhitungan tersebut sudah melalui kajian perhitungan yang dipimpin langsung Buya kami,” jelas Khoiruddin.

Ia mengaku, sedikitnya jamaah yang ikut serta melaksanakan salat Tarawih pertama di Bulan Ramadan 1442 Hijriah, dikarenakan situasi masa Pandemi Covid-19, yang sangat mengkhawatirkan.

Khoiruddin mengatakan, jamaah Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah juga selalu mematuhi prokes yang danjurkan oleh pemerintah dalam melaksanakan ibadah. “Makanya untuk jamaah yang di sekitar Medan ini, kami tidak begitu menganjurkan untuk beduyun-duyun ke Rumah Ibadah Suluk ini, untuk melaksakan ibadah salat Tarawih. Karena kami masih mengingat tingginya angka kasu Covid-19 saat ini,” ujarnya.

Kemudian, dalam melaksankan ibadah bulan suci Ramadan 1442 Hijriah, Syekh Muda Khoiruddin berharap, jamaah dapat meningkatkan ketaqwaan dan kedekatan kepada Allah SWT, meskipun situasi saat ini masih pandemi. “Ya, kita juga berharap semoga di bulan suci Ramadan ini pandemi Covid-19 cepat berlalu sehingha kita semua bisa kembali beraktivitas dan mencari rezeki dengan situasi normal. Sebab di masa Covid-19 inikan, menyerang semua sendi seperti perekonomian,” tandasnya.(gus)

JAKARTA- Pemerintah menetapkan awal puasa atau 1 Ramadan 1442 Hijriah jatuh hari ini, Selasa (13/4). Ketetapan itu berdasarkan hasil sidang isbat yang dipimpin Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan dihadiri sejumlah ormas Islam hingga ahli astronomi.

Persiapan: Petugas OIF UMSU melakukan persiapan untuk memantau hilal awal Ramadan 1442 Hijriah, Senin (12/4).

Direktur Urusan Agama Islam Kemenag Agus Salim mengatakan, pihaknya menurunkan beberapa pemantau hilal di 86 lokasi yang tersebar di 34 provinsi. Pemantau hilal itu berasal dari petugas Kanwil Kemenag dari beberapa kabupaten/kota beserta ormas Islam lainnya.

Laporan mengenai hilal awal Ramadan 1442 Hijriah, disampaikan anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kementerian Agama Cecep Nurwendaya. Menurutnya, hilal terlihat di sejumlah wilayah Indonesia. “Ada referensi bahwa hilal awal Ramadan 1442 Hijriah hari Senin tanggal 12 April 2021 dapat teramati dari wilayah Indonesia,” kata Cecep.

Menurutnya, ijtimak terjadi pada Hari Senin, 12 April 2021, sekitar pukul 09.31 WIB. Pada saat terbenam matahari, lanjut Cecep, di seluruh Indonesia sudah terjadi ijtimak atau konjungsi.

“Hilal awal Ramadan sudah cukup tua, umurnya sudah lebih delapan jam. Di Indonesia hilal berada pada posisi signifikan untuk dilihat,” tuturnya.

“Untuk di Pos Observasi Bulan (POB) Cibeas Pelabuhan Ratu, posisi hilal saat terbenamnya matahari pada posisi 3,59 derajat dengan umur bulan 8 jam 23 menit, 12 detik,” tambahnya.

Sidang kemudian digelar secara tertutup. Tamu undangan mendengarkan laporan dari tim rukyat.

Selanjutnya, ormas Islam dan tamu undangan lainnya berdiskusi bersama Kemenag untuk menetapkan 1 Ramadan 1442 Hijriah. Keputusan sidang isbat ini juga sekaligus menjawab kapan awal puasa Ramadan 1442 Hijriah.

Sementara, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas usai menggelar Sidang Isbat Awal Ramadan 1442 H/2021 M menyampaikan, dirinya sudah menerbitkan surat edaran terkait pelaksanaan amaliah pada Ramadan dan Idul Fitri 1442 Hijriah. Salah satu instruksinya adalah untuk pelaksanaan ibadah seperti salat tarawih, i’tikaf, kultum dan seterusnya selama Ramadan akan dilakukan pembatasan-pembatasan dengan mengikuti protokol kesehatan.

“Jadi tarawih tetap diperbolehkan, tapi dengan pembatasan 50 persen dari kapasitas, namun aturan-aturan ini tidak berlaku untuk daerah-daerah yang di zona merah dan oranye,” jelasnya.

Ia meminta agar masyarakat di wilayah tersebut melaksanakan ibadah di rumah masing-masing. Sementara itu, untuk daerah zona hijau dan kuning dipersilakan beribadah dengan aturan-aturan yang sesuai dengan protokol kesehatan.

Menag menuturkan, kedisiplinan adalah bentuk pengendalian nafsu sebagaimana yang diajarkan oleh spirit Ramadan. “Kedisiplinan dalam penerapan prokes juga menjadi ikhtiar bersama untuk menjaga kesehatan diri, keluarga, dan juga masyarakat,” ucap dia.

“Ini tidak lain untuk melindungi kita semua, seluruh masyarakat Indonesia agar selama pada pandemi Covid-19 ini kita bisa beribadah tenang, kita bisa beribadah dengan baik tanpa berisiko untuk terpapar atau memaparkan Covid-19 kepada yang lain,” tutup Menag.

OIF UMSU Jadi Titik Pengamatan Hilal

Dari 86 lokasi pemantauan hilal yang tersebar di seluruh Indonesia, satu diantaranya di Kampus Pasca Sarjana UMSU, Jalan Denai Kota Medan. Kementerian Agama menujuk Observatorium Ilmu Falak (OIF) UMSU menjadi salah satu titik nasional pengamatan hilal untuk penentuan 1 Ramadan 1442 H dalam Sidang Isbat di Jakarta, Senin (12/4) sore.

“Hari ini, secara nasional adalah penentuan praktik pengamatan hilal, menentukan 1 Ramadan 1442 Hijriah. Tim OIF UMSU dalam setiap tahun rutinitasnya menyelanggarakan dan memfasilitas untuk pengamatan hilal menentukan 1 Ramadan,” kata Kepala OIF UMSU,dr Arwin Rakhmadi Butar-butar kepada wartawan, Senin (12/4) siang.

Arwin menjelaskan, OIF UMSU sudah melakukan persiapan untuk pengamatan hilal sejak Minggu (11/4), dengan menyiapkan SDM dan alat-alat. “Bahkan menyiapkan alat untuk pengamatan. Persis digunakan setelah matahari tenggelam,” jelas Arwin.

Arwin mengungkapkan, UMSU melalui OIF berkontribusi kepada pemerintah pusat dalam pengamatan hilal. “Sejak beberapa tahun ini, kordinat kita. OIF UMSU salah satu titik pemangatan Hilal secara nasional dan Kantor Gubernur Sumut sejak lama dilakukan. Bila terlihat, hasil pengamatan akan disampaikan kepada Kementerian Agama di Jakarta,” tuturnya.

Arwin menjelaskan, secara keilmuan, diketahui dari ketinggian hilal pada hari ini 3 derajat lebih, tidak sampai 4 derajat. Tentu secara keilmuan secara berulangan-ulang sangat sulit. “Namun demikian, posisi hilal masih positif berada diposisi di 3 derajat. Mudah-mudah langit sangat cerah, dan sangat mempermudah pengamatan,” kata Arwin.

Untuk pengamatan hilal ini, Arwin menambakan OIF UMSU menyiapkan 4 alat teropong, salah satunya akan digunakan Wali Kota Medan yang juga menantu Presiden Joko Widodo, Bobby Afif Nasution bersama jajaran Pemko Medan dan Rektor UMSU.

Sayang, sore itu hilal tak teramati OIF UMSU. Karena, hilal bulan berada di posisi 3 derajat. “Pada kesempatan ini, tidak memungkinkan melihat hilal itu disebabkan dua hal. Pertama karena hilal bulan ni masih sangat rendah baru 3 derajat, sedangkan melihat itu secara langsung adalah 7 derajat,” ungkap Ketua MUI Kota Medan, Dr H Hasan Matsum kepada wartawan.

Yang kedua, kata Hasan, untuk melihat hilal ini memang bagian dari syari untuk pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadan. Tapi, berkeyakinan dengan 2 derajat sampai 3 derajat seluruh Indonesia sesuai dengan kesepakatan Malaysia, Indonesia, Brunai dan Singapura. “ Insya Allah besok (hari ini) kita melaksanakan ibadah puasa Ramadan, karena umur bulan telah mencapai lebih dari 8 jam,” sebut Hasan.

Puasa Lebih Awal

Meski pemerintah baru menetapkan awal puasa Ramadan 1442 Hijriah pada Selasa (13/4), namun jamaah Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah di Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, sudah melakukan ibadah puasa Ramadan pada Senin (12/4). Mereka juga sudah melaksanakan ibadah salat tarawih di Rumah Ibadah Suluk Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah, Pasar IV, Simpang Kongsi, Gang Leman Harahap, Kecamatan Marindal, Deli Serdang, sejak Minggu (11/4) malam.

“Karena jatuhnya hari pertama Ramadan pada hari Senin ini. Maka dari itu kami mulai Minggu malam sudah melaksanakan salat Tarawih pertama,” sebut Dewan Mursyidin Naqsyabandi Al Kholidiyah Jalaliyah, Syekh Muda Khoiruddin kepada wartawan, Senin (12/4) siang.

Khoiruddin menjelaskan, penetapan 1 Ramadan dilakukan seperti tahun-tahun sebelumnya sesuai dengan Hisab Qomariyah Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah yang dipimpin Buya Dr Syekh Muhammad Ali SAg, MHum melalui sidang fatwa. Sedangkan metode perhitungan jatuhnya hari pertama Ramadan 1442 Hijriah, Khoiruddin mengatakan, berdasarkan yang diajarkan Tuan Guru Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah yang mengikuti sistem perhitungan Hisab Qomariyah Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah.

“Jadi perhitungan jatuhnya hari pertama Ramadan sudah diajarkan dan diamanahkan Tuan Guru kami berdasarkan Hisab Qomariyah Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah. Perhitungan tersebut sudah melalui kajian perhitungan yang dipimpin langsung Buya kami,” jelas Khoiruddin.

Ia mengaku, sedikitnya jamaah yang ikut serta melaksanakan salat Tarawih pertama di Bulan Ramadan 1442 Hijriah, dikarenakan situasi masa Pandemi Covid-19, yang sangat mengkhawatirkan.

Khoiruddin mengatakan, jamaah Tarekat Naqsabandiyah Al Kholidiyah Jalaliyah juga selalu mematuhi prokes yang danjurkan oleh pemerintah dalam melaksanakan ibadah. “Makanya untuk jamaah yang di sekitar Medan ini, kami tidak begitu menganjurkan untuk beduyun-duyun ke Rumah Ibadah Suluk ini, untuk melaksakan ibadah salat Tarawih. Karena kami masih mengingat tingginya angka kasu Covid-19 saat ini,” ujarnya.

Kemudian, dalam melaksankan ibadah bulan suci Ramadan 1442 Hijriah, Syekh Muda Khoiruddin berharap, jamaah dapat meningkatkan ketaqwaan dan kedekatan kepada Allah SWT, meskipun situasi saat ini masih pandemi. “Ya, kita juga berharap semoga di bulan suci Ramadan ini pandemi Covid-19 cepat berlalu sehingha kita semua bisa kembali beraktivitas dan mencari rezeki dengan situasi normal. Sebab di masa Covid-19 inikan, menyerang semua sendi seperti perekonomian,” tandasnya.(gus)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/