29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pesawat Jatuh di Danau Sentani,Papua, Pilot Amerika Ditemukan Meninggal

JATUH: Pesawat Cessna Kodiak 100 dengan nomor registrasi PK-MEC milik MAF,  mengalami kecelakaan di Danau Sentani, Papua, Selasa (12/5).
JATUH: Pesawat Cessna Kodiak 100 dengan nomor registrasi PK-MEC milik MAF, mengalami kecelakaan di Danau Sentani, Papua, Selasa (12/5).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kabar duka datang dari dunia aviasi tanah air. Pesawat Cessna Kodiak 100 dengan nomor registrasi PK-MEC milik Mission Aviation Fellowship (MAF) mengalami kecelakaan di Danau Sentani, Papua, Selasa (12/5). Pesawat tersebut membawa kargo dan hanya diawaki satu kru pesawat.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Novie Riyanto, menjelaskan informasi awal terjadinya kecelakaan tersebut dan masih menunggu hasil investigasi lanjut dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Menurut informasi yang dia dapat, pesawat Cessna milik MAF dengan nomor registrasi PK-MEC dinyatakan jatuh kemarin pagi pukul 06.29 WIT di Danau Sentani, Papua.

“Berdasarkan informasi awal, sesaat setelah take-off dari Bandara Sentani pukul 06.27 WIT, pesawat menyatakan “Mayday” dan meminta Return to Base (RTB) dan kemudian hilang pada monitor radar pada ketinggian 900 feet,” ucapnya kemarin.

Saat mengalami kecelakaan, pesawat tersebut melayani penerbangan tidak berjadwal dengan rute penerbangan Sentani (WAJJ) – Tolikara (WAVS) dan membawa muatan kargo. Pesawat tersebut diawaki oleh Capt. Joyce Lin, pilot berkewarganegaraan Amerika Serikat. Saat ditemukan tim SAR pada 08.31 WIT, Joyce sudah meninggal dunia.

Saat ini Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, melalui Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah X Merauke, melakukan koordinasi intensif dengan KNKT. “Kami juga berharap, agar seluruh operator penerbangan tetap memastikan kesiapan pelayanan angkutan udaranya, dengan tetap mengutamakan aspek keselamatan dan keamanan penerbangan, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar Novie.

“Angkasa Pura I prihatin atas terjadinya kecelakaan ini. Secara keseluruhan, kejadian ini tidak menggangu operasional penerbangan di Bandara Sentani,” jelas General Manager Bandara Sentani Antonius Widyo Praptono. Dia menegaskan bahwa pesawat ini jatuh tak lama setelah take off. Hanya sekitar 2 menit setelah meluncur dari landasan.

Untuk kondisi pesawat ataupun penyebab kecelakaan lainnya, Widyo enggan menjelaskan lebih lanjut. Menurutnya hasil akan diinvestigasi oleh KNKT.

Catatan Duka di Papua

Kecelakaan pesawat Mission Aviation Fellowship (MAF) di Danau Sentani yang menewaskan seorang pilot bernama Joyce Chaisin Lin pada Selasa pagi (12/5) menambah panjang catatan duka dunia penerbangan di Papua.

Kecelakaan seperti ini paling sering terjadi di daerah pegunungan dampak dari buruknya cuaca. Namun di mana pun lokasinya jika kejadian tersebut menewaskan seorang pilot apalagi pilot pesawat perintis maka ada banyak duka yang dirasa masyarakat Papua.

Ini dirasakan layaknya melepas kepergian seorang anak yang tinggal serumah. Sosok pilot apalagi missionaris, guru, dokter dan penginjil dianggap sebagai sosok yang sangat berjasa atas pembangunan peradaban di Papua. Karenanya jika ada kejadian duka yang melibatkan pekerjaan di atas maka tak sedikit orang Papua yang ikut merasakan sedih. “Bagi Orang Asli Papua di Pegunung, di rawa dan di pedalaman Papua kecelakaan ini seperti rasanya kami melepas anak dalam keluarga yang meninggal. Sosok anak yang tinggal serumah dan bisa dibayangkan rasanya,” kata Nathan Pahabol, salah satu anggota DPR Papua yang juga pernah merasa menjadi guru di pedalaman.

Sosok pilot di Papua dianggap memiliki jasa besar. Sebab awal kehadiran penerbangan ini (MAF) ke tanah Papua dengan membawa sebuah misi pelayanan yang mulia yakni untuk menjangkau daerah terisolir dan memberi terang pada daerah sulit. “Ini terbukti telah memberikan kontribusi besar bagi kemajuan pelayanan pekabaran Injil, kesehatan, pendidikan dan sosial bahkan pemerintahan di daerah pedalaman. Karena itu bagi masyarakat di pedalaman selalu merasa MAF dengan misinya selalu ada di hati rakyat dalam memberi pelayanan yang terbaik,” tulis Nathan.

Dengan kecelakaan ini ia merasa ada anggota keluarga di rumah yang hilang. Apalagi Papua dalam pandemi Covid-19, dimana kehadiran MAF sangat berarti bagi pedalaman Papua. “Kami berdoa Tuhan menolong dan menguatkan keluarga pilot yang meninggal dan pihak MAF. Semua ini terjadi dalam tangan Tuhan. Pihak MAF tetap menguatkan hati untuk terus melayani dan MAF akan tetap di hati orang di pedalaman,” jelasnya.

Kutipan lain disampaikan salah satu akademisi Uncen. Marinus Yaung yang memberi ucapan terima kasih atas pelayanan yang sudah dilakukan oleh sang pilot selama ini. “Selamat jalan teman misionaris kami Mrs. Joyce Chaisin Lin, panggilanmu untuk melayani di tanah Papua sudah selesai. Terimakasih untuk pelayananmu buat kami di tanah Papua,” tulisnya.

Joyce sendiri jika dilihat dari identitas SIM nya lahir di Ohio pada 1979 dan berdomisili di Sidomukti, Salatiga, Jawa Tengah. (lyn/ade/nat)

JATUH: Pesawat Cessna Kodiak 100 dengan nomor registrasi PK-MEC milik MAF,  mengalami kecelakaan di Danau Sentani, Papua, Selasa (12/5).
JATUH: Pesawat Cessna Kodiak 100 dengan nomor registrasi PK-MEC milik MAF, mengalami kecelakaan di Danau Sentani, Papua, Selasa (12/5).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kabar duka datang dari dunia aviasi tanah air. Pesawat Cessna Kodiak 100 dengan nomor registrasi PK-MEC milik Mission Aviation Fellowship (MAF) mengalami kecelakaan di Danau Sentani, Papua, Selasa (12/5). Pesawat tersebut membawa kargo dan hanya diawaki satu kru pesawat.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Novie Riyanto, menjelaskan informasi awal terjadinya kecelakaan tersebut dan masih menunggu hasil investigasi lanjut dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Menurut informasi yang dia dapat, pesawat Cessna milik MAF dengan nomor registrasi PK-MEC dinyatakan jatuh kemarin pagi pukul 06.29 WIT di Danau Sentani, Papua.

“Berdasarkan informasi awal, sesaat setelah take-off dari Bandara Sentani pukul 06.27 WIT, pesawat menyatakan “Mayday” dan meminta Return to Base (RTB) dan kemudian hilang pada monitor radar pada ketinggian 900 feet,” ucapnya kemarin.

Saat mengalami kecelakaan, pesawat tersebut melayani penerbangan tidak berjadwal dengan rute penerbangan Sentani (WAJJ) – Tolikara (WAVS) dan membawa muatan kargo. Pesawat tersebut diawaki oleh Capt. Joyce Lin, pilot berkewarganegaraan Amerika Serikat. Saat ditemukan tim SAR pada 08.31 WIT, Joyce sudah meninggal dunia.

Saat ini Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, melalui Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah X Merauke, melakukan koordinasi intensif dengan KNKT. “Kami juga berharap, agar seluruh operator penerbangan tetap memastikan kesiapan pelayanan angkutan udaranya, dengan tetap mengutamakan aspek keselamatan dan keamanan penerbangan, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan,” ujar Novie.

“Angkasa Pura I prihatin atas terjadinya kecelakaan ini. Secara keseluruhan, kejadian ini tidak menggangu operasional penerbangan di Bandara Sentani,” jelas General Manager Bandara Sentani Antonius Widyo Praptono. Dia menegaskan bahwa pesawat ini jatuh tak lama setelah take off. Hanya sekitar 2 menit setelah meluncur dari landasan.

Untuk kondisi pesawat ataupun penyebab kecelakaan lainnya, Widyo enggan menjelaskan lebih lanjut. Menurutnya hasil akan diinvestigasi oleh KNKT.

Catatan Duka di Papua

Kecelakaan pesawat Mission Aviation Fellowship (MAF) di Danau Sentani yang menewaskan seorang pilot bernama Joyce Chaisin Lin pada Selasa pagi (12/5) menambah panjang catatan duka dunia penerbangan di Papua.

Kecelakaan seperti ini paling sering terjadi di daerah pegunungan dampak dari buruknya cuaca. Namun di mana pun lokasinya jika kejadian tersebut menewaskan seorang pilot apalagi pilot pesawat perintis maka ada banyak duka yang dirasa masyarakat Papua.

Ini dirasakan layaknya melepas kepergian seorang anak yang tinggal serumah. Sosok pilot apalagi missionaris, guru, dokter dan penginjil dianggap sebagai sosok yang sangat berjasa atas pembangunan peradaban di Papua. Karenanya jika ada kejadian duka yang melibatkan pekerjaan di atas maka tak sedikit orang Papua yang ikut merasakan sedih. “Bagi Orang Asli Papua di Pegunung, di rawa dan di pedalaman Papua kecelakaan ini seperti rasanya kami melepas anak dalam keluarga yang meninggal. Sosok anak yang tinggal serumah dan bisa dibayangkan rasanya,” kata Nathan Pahabol, salah satu anggota DPR Papua yang juga pernah merasa menjadi guru di pedalaman.

Sosok pilot di Papua dianggap memiliki jasa besar. Sebab awal kehadiran penerbangan ini (MAF) ke tanah Papua dengan membawa sebuah misi pelayanan yang mulia yakni untuk menjangkau daerah terisolir dan memberi terang pada daerah sulit. “Ini terbukti telah memberikan kontribusi besar bagi kemajuan pelayanan pekabaran Injil, kesehatan, pendidikan dan sosial bahkan pemerintahan di daerah pedalaman. Karena itu bagi masyarakat di pedalaman selalu merasa MAF dengan misinya selalu ada di hati rakyat dalam memberi pelayanan yang terbaik,” tulis Nathan.

Dengan kecelakaan ini ia merasa ada anggota keluarga di rumah yang hilang. Apalagi Papua dalam pandemi Covid-19, dimana kehadiran MAF sangat berarti bagi pedalaman Papua. “Kami berdoa Tuhan menolong dan menguatkan keluarga pilot yang meninggal dan pihak MAF. Semua ini terjadi dalam tangan Tuhan. Pihak MAF tetap menguatkan hati untuk terus melayani dan MAF akan tetap di hati orang di pedalaman,” jelasnya.

Kutipan lain disampaikan salah satu akademisi Uncen. Marinus Yaung yang memberi ucapan terima kasih atas pelayanan yang sudah dilakukan oleh sang pilot selama ini. “Selamat jalan teman misionaris kami Mrs. Joyce Chaisin Lin, panggilanmu untuk melayani di tanah Papua sudah selesai. Terimakasih untuk pelayananmu buat kami di tanah Papua,” tulisnya.

Joyce sendiri jika dilihat dari identitas SIM nya lahir di Ohio pada 1979 dan berdomisili di Sidomukti, Salatiga, Jawa Tengah. (lyn/ade/nat)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/