Tergiur gaji Rp1 juta per bulan, Adelina Ebabu (31), wanita asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), nekat mengadu nasib ke Kota Medan sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Namun setibanya di Medan, apa yang dilaminya tak sesuai impiannya. Gaji tak dibayar, malah siksaan yang hampir setiap hari dirasakannya.
KINI, wanita yang ditemukan warga Desa Durin Tonggal, Pancurbatu, dalam kondisi memperihatinkan pada Kamis (9/8) lalu itu, dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Pirngadi Medan. Saat ditemui wartawan, Adelina berkisah, dia disiksa majikan dengan cara dibanting, ditusuk pakai kayu, dan dipukuli oleh majikannya yang dia sendiri tak tahu siapa namanya.
“Saya memang tidak kenal mereka. Saya bekerja di rumah itu melalui kabar dari teman saya, kalau ada kerjaan di Medan dengan gaji Rp1 juta per bulan. Saya terima dan dikirim ke rumah itu. Tapi selama delapan bulan saya di sana, saya tidak digaji, malah dianiaya. Dipukuli, ditusuk pakai kayu,” kata Adelina kepada wartawan saat ditemui ruang Observasi IGD RS Pirngadi Medan, Sabtu (11/8).
Dengan logat khas asal Kupang, wanita ini tidak memiliki informasi banyak soal identitas majikannya. Yang dia tahu, majikannya itu bersuku Batak. “Majikan saya suami istri suku Batak. Saya kerja di sana terus dibanting dan dilarang keluar rumah. Saya sudah tidak tahan lagi, makanya saya lari,” ungkapnya.
Ia melarikan diri saat mau membersihkan halaman depan rumah, Kamis (9/8) pagi sekira pukul 08.00 WIB. Karena sudah tidak tahan, dia berusaha kabur dengan memanjat pagar. Kebetulan, saat itu majikannya tidak berada di rumah. “Saat itu saya melihat tembok di halaman depan rumah yang lebih rendah dari tembok lainnya dan memanjatnya, terus lari tanpa melihat ke belakang,” tuturnya sembari mengaku tidak mengetahui alamat rumah majikan tersebut.
Ia mengaku lari sekencang-kencangnya hingga akhirnya bertemu dengan warga, sembari menanya apakah ada pekerjaan untuknya. “Terus saya minta tolong ke orang, saya bilang boleh tolong saya carikan kerjaan. Mbak itu yang menemukan saya terus tanya, apakah saya sudah makan? Habis itu dibungkusnya nasi, dan saya jalan kembali tanpa tidak mengetahui nama daerahnya. Kemudian saya dibawa warga ke rumah kepala desa jam 3 sore. Setelah itu besok paginya, saya dijemput Polwan,” sebutnya.
Terpisah, Kapolsek Pancurbatu Kompol Faidir Chaniago SH MH mengatakan Adelina kabur dari rumah majikannya karena tidak tahan disiksa. “Kasus ini sudah kita limpahkan ke PPA Polrestabes Medan,” kata Faidir.
Ia ditemukan warga di pinggir jalan Desa Durin Tonggal, Dusun 4 Tebing Ganjang, Kecamatan Pancurbatu, dalam kondisi menyedihkan, Kamis (9/8) sore. Faidir mengatakan, terdapat beberapa bekas kekerasan fisik pada tubuh Adelina. Salah satunya di bagian leher diduga bekas tusukan benda tajam. Namun, pihaknya belum mengetahui alamat rumah majikan Adelina.
“Saat itu korban masih trauma. Korban juga masih bingung dan tidak tahu, apakah disiksa di rumah majikan atau penampungan. Karena rumah tempat korban bekerja sebagai PRT ramai orang. Korban hanya ingat penghuninya pakai Bahasa Indonesia,” ujarnya.
Sehari setelah ditemukan, petugas Polsek Pancurbatu menjemput Adelina dari rumah warga dan dibawa ke Puskesmas untuk mendapat perawatan medis. “Korban mengaku berada di Medan sudah delapan bulan,” ungkap perwira satu melati ini.
Disinggung soal kediaman majikan Adelina, Faidir menduga tidak berada di wilayah hukum Polsek Pancurbatu. Memang korban ditemukan di wilayah Polsek Pancurbatu. Tapi kemungkinan penyiksaan yang dialaminya bukan di sini. Kendati begitu, pihak Polsek Pancurbatu tetap menyelidiki penganiayaan yang dialami Adelina. “Akan terus kita selidiki,” tegas Faidir. (dvs)