25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bersafari ke Batubara dan Pematangsiantar, Ganjar Puji Keharmonisan Masyarakat Sumut

BATUBARA, SUMUTPOS.CO – Bakal calon presiden (Capres) Ganjar Pranowo menegaskan, pentingnya menyatakan kerukunan antar sesama anak bangsa. Ganjar memuji keharmonisan masyarakat Sumatera Utara yang hidup rukun, bekerja sama, dan bergotong-royong tanpa memandang suku, agama, atau golongan.

“Semua bisa hidup rukun, bekerja dan bergotong royong. Kita berusaha agar hidup kita jauh lebih baik. Itulah keasli-aslinya orang Indonesia yang tidak pernah membedakan suku, agama, golongan,” kata Ganjar saat melakukan dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama di Pendopo Desa Empat Negeri, Kecamatan Datuk Lima Puluh, Kabupaten Batubara, Sabtu (11/11).

Saat itu, Ganjar juga menyapa warga Jawa yang ada di Kabupaten Batubara. “Adakah Orang Jawa di sini?” tanya Ganjar. Seketika, banyak warga yang mengacungkan jarinya sembari mengatakan, “Ada!”.

“Ternyata banyak ya orang Jawa yang sudah puluhan tahun merantau dan beberapa generasi tinggal di Batubara, menerima ‘Panjenegen’. Itu luar biasa. Semua bisa hidup rukun, bekerja sama bergotong- royong, bagaimana kita berusaha agar menjadi jauh lebih baik serta membangun potensi daerah,”sebutnya.

Pada kesempatan itu, Ganjar juga menceritakan, banyak menerima keluhan masyarakat terkait sulitnya mendapatkan pupuk. Ganjar pun menilai, perlunya pembuatan pabrik pupuk, penambahan subsidi pupuk dan penyaluran pupuk yang tepat melalui satu data pertanian Indonesia.

Selain itu, Ganjar mengingatkan tentang bahaya narkoba yang dapat merusak generasi bangsa. Ia menekankan, perlunya penanganan serius terhadap peredaran narkoba yang semakin bervariasi. ”Maka kalau narkoba ini tidak disikat dengan keras, maka negara ini akan dilemahkan oleh narkoba,” tegasnya.

Sementara, Ketua DPC PDI Perjuangan Batubara yang juga Bupati Batubara Zahir mengatakan, kunjungan Ganjar ke wilayahnya untuk bersilaturahmi dengan semua lapisan masyarakat, bukan untuk kampanye. Ia menyebut, Ganjar sebagai figur yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh masyarakat. “Kami datang bukan sebagai bupati. Pak Ganjar ke sini mau berdialog dengan tokoh agama, masyarakat, tokoh adat,” ungkap Zahir.

Sebelumnya, Ganjar juga menyapa masyarakat Pemantangsiantar dan Simalungun. Di Pematangsiantar, Ganjar sempat membuat karyawan dan pelanggan Roti Ganda di Jalan Sutomo, kaget bukan kepalang. Mereka tak menyangka kalau Ganjar bakal singgah ke toko roti yang paling terkenal di kota itu.

Toko roti itu memang sudah menjadi ikon kuliner Kota Pematangsiantar. Toko ini cukup legendaris, karena berdiri sejak 1979. Kehadiran Ganjar membuat puluhan karyawan dan pelanggan yang berada di toko itu melongo dan terkejut. “Lho, Pak Ganjar itu,” celetuk seorang karyawan.

Spontan, karyawan yang lain pun langsung merespon. Lantas, mereka berebut posisi untuk bisa berswafoto bareng mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode itu. Bukan hanya belanja, politikus PDI Perjuangan berambut putih itu melihat langsung proses produksi Roti Ganda.

Selain ke Toko Roti Ganda, Ganjar juga sempat menyapa masyarakat di Kedai Kopi Hordja, Jalan Wandelvat, Kota Pematangsiantar. Kedatangan Ganjar disambut sejumlah tokoh. Dalam sambutannya, Ganjar merasa kagum dan senang bisa berada di Kedai Kopi Hordja yang kental dengan nuansa budaya Simalungun. “Katanya Kedai Kopi Hordja ini tempat berkumpul anak-anak muda, berdiskusi. Saya senang berada di sini,” ujarnya sembari melirik rak buku di sampingnya.

Ia pun mendekati rak buku itu dan mengambil satu buku bersampul warna merah. Setelah membaca judul bukunya, Ganjar kagum. “Ini dia! Buku berjudul ’Indonesia 1998’. Buku ini merupakan sejarah bagaimana Indonesia bangkit dan melahirkan demokrasi. Bagaimana sejarah hak-hak rakyat dibangkitkan kembali,” ujarnya.

“Mungkin kalau tidak ada reformasi, saya tidak mungkin hadir di sini. Karena saya bukan anak siapa-siapa. Bukan pejabat. Tapi karena ada reformasi, kami bisa menjadi sesuatu,” imbunya.

Dari reformasi juga, kata Ganjar, melahirkan Indonesia yang anti KKN. Sebelum reformasi, adanya kekuasaan yang besar tidak bisa berganti. Maka kemudian amandemen undang-undang dilakukan yakni dengan memotong masa jabatan presiden hanya dua periode dan ini menjadi konsitusi negara Indonesia.

Pascareformasi juga melahirkan kebebasan berdemokrasi dan kebebasan pers. “Sekarang sudah tidak lagi bebas, tapi sudah super bebas. Semuanya memiliki HP dan bebas memoto dan video terus masuk ke media sosial. Dan semua bisa berkomentar apapun asalkan saling menjaga hati nurani,” jelasnya.

Sementara pemilik Kedai Kopi Hordja, Jan Wiserdo Sumbayak mengaku kaget saat didatangi Ganjar untuk ngopi. “Secara pribadi saya tidak punya hubungan dengan Ganjar. Saya juga bukanlah anggota partai. Tapi murni pengusaha kedai kopi,” terangnya.

Jan Wiserdo mengaku tidak mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut ganjar. Hanya alat pengeras sederhana. Termasuk miniatur Rumah Bolon sebagai souvenir untuk Ganjar.

Jan menambahkan, Kedai Kopi Hordja yang ia bangun sengaja menampilkan aksesoris budaya Simalungun selaku suku asli Kota Pematangsiantar. Seperti dengan Nama ‘Hordja’ merupakan Bahasa Simalungun yang artinya Kerja. “Semoga apa yang dicita-citakan Ganjar dapat berjalan lancar dan tercapai,” harapnya.

Sekitar 20 menit ngopi di Kedai Kopi Hordja, Ganjar melanjutkan perjalanan ke Musem Simalungun yang jaraknya hanya 30 meter dari Kopi Hordja, sehingga Ganjar hanya jalan kaki saja. Tiba di Musem Simalungun, Ganjar disambut tari-tarian Budaya Simalungun. Sebagai bentuk pengharagaan, para penetua Adat Simalungun memakaikan Hiou Pamoting (Ulos Simalungun) kepada Ganjar. Pesan dari pada Ulos itu adalah bekerja dan melayani.

Marsiaman Saragih yang juga Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan berharap Ganjar dapat bekerja dengan tulus. (mag-3/mag-7/adz)

BATUBARA, SUMUTPOS.CO – Bakal calon presiden (Capres) Ganjar Pranowo menegaskan, pentingnya menyatakan kerukunan antar sesama anak bangsa. Ganjar memuji keharmonisan masyarakat Sumatera Utara yang hidup rukun, bekerja sama, dan bergotong-royong tanpa memandang suku, agama, atau golongan.

“Semua bisa hidup rukun, bekerja dan bergotong royong. Kita berusaha agar hidup kita jauh lebih baik. Itulah keasli-aslinya orang Indonesia yang tidak pernah membedakan suku, agama, golongan,” kata Ganjar saat melakukan dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama di Pendopo Desa Empat Negeri, Kecamatan Datuk Lima Puluh, Kabupaten Batubara, Sabtu (11/11).

Saat itu, Ganjar juga menyapa warga Jawa yang ada di Kabupaten Batubara. “Adakah Orang Jawa di sini?” tanya Ganjar. Seketika, banyak warga yang mengacungkan jarinya sembari mengatakan, “Ada!”.

“Ternyata banyak ya orang Jawa yang sudah puluhan tahun merantau dan beberapa generasi tinggal di Batubara, menerima ‘Panjenegen’. Itu luar biasa. Semua bisa hidup rukun, bekerja sama bergotong- royong, bagaimana kita berusaha agar menjadi jauh lebih baik serta membangun potensi daerah,”sebutnya.

Pada kesempatan itu, Ganjar juga menceritakan, banyak menerima keluhan masyarakat terkait sulitnya mendapatkan pupuk. Ganjar pun menilai, perlunya pembuatan pabrik pupuk, penambahan subsidi pupuk dan penyaluran pupuk yang tepat melalui satu data pertanian Indonesia.

Selain itu, Ganjar mengingatkan tentang bahaya narkoba yang dapat merusak generasi bangsa. Ia menekankan, perlunya penanganan serius terhadap peredaran narkoba yang semakin bervariasi. ”Maka kalau narkoba ini tidak disikat dengan keras, maka negara ini akan dilemahkan oleh narkoba,” tegasnya.

Sementara, Ketua DPC PDI Perjuangan Batubara yang juga Bupati Batubara Zahir mengatakan, kunjungan Ganjar ke wilayahnya untuk bersilaturahmi dengan semua lapisan masyarakat, bukan untuk kampanye. Ia menyebut, Ganjar sebagai figur yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh masyarakat. “Kami datang bukan sebagai bupati. Pak Ganjar ke sini mau berdialog dengan tokoh agama, masyarakat, tokoh adat,” ungkap Zahir.

Sebelumnya, Ganjar juga menyapa masyarakat Pemantangsiantar dan Simalungun. Di Pematangsiantar, Ganjar sempat membuat karyawan dan pelanggan Roti Ganda di Jalan Sutomo, kaget bukan kepalang. Mereka tak menyangka kalau Ganjar bakal singgah ke toko roti yang paling terkenal di kota itu.

Toko roti itu memang sudah menjadi ikon kuliner Kota Pematangsiantar. Toko ini cukup legendaris, karena berdiri sejak 1979. Kehadiran Ganjar membuat puluhan karyawan dan pelanggan yang berada di toko itu melongo dan terkejut. “Lho, Pak Ganjar itu,” celetuk seorang karyawan.

Spontan, karyawan yang lain pun langsung merespon. Lantas, mereka berebut posisi untuk bisa berswafoto bareng mantan Gubernur Jawa Tengah dua periode itu. Bukan hanya belanja, politikus PDI Perjuangan berambut putih itu melihat langsung proses produksi Roti Ganda.

Selain ke Toko Roti Ganda, Ganjar juga sempat menyapa masyarakat di Kedai Kopi Hordja, Jalan Wandelvat, Kota Pematangsiantar. Kedatangan Ganjar disambut sejumlah tokoh. Dalam sambutannya, Ganjar merasa kagum dan senang bisa berada di Kedai Kopi Hordja yang kental dengan nuansa budaya Simalungun. “Katanya Kedai Kopi Hordja ini tempat berkumpul anak-anak muda, berdiskusi. Saya senang berada di sini,” ujarnya sembari melirik rak buku di sampingnya.

Ia pun mendekati rak buku itu dan mengambil satu buku bersampul warna merah. Setelah membaca judul bukunya, Ganjar kagum. “Ini dia! Buku berjudul ’Indonesia 1998’. Buku ini merupakan sejarah bagaimana Indonesia bangkit dan melahirkan demokrasi. Bagaimana sejarah hak-hak rakyat dibangkitkan kembali,” ujarnya.

“Mungkin kalau tidak ada reformasi, saya tidak mungkin hadir di sini. Karena saya bukan anak siapa-siapa. Bukan pejabat. Tapi karena ada reformasi, kami bisa menjadi sesuatu,” imbunya.

Dari reformasi juga, kata Ganjar, melahirkan Indonesia yang anti KKN. Sebelum reformasi, adanya kekuasaan yang besar tidak bisa berganti. Maka kemudian amandemen undang-undang dilakukan yakni dengan memotong masa jabatan presiden hanya dua periode dan ini menjadi konsitusi negara Indonesia.

Pascareformasi juga melahirkan kebebasan berdemokrasi dan kebebasan pers. “Sekarang sudah tidak lagi bebas, tapi sudah super bebas. Semuanya memiliki HP dan bebas memoto dan video terus masuk ke media sosial. Dan semua bisa berkomentar apapun asalkan saling menjaga hati nurani,” jelasnya.

Sementara pemilik Kedai Kopi Hordja, Jan Wiserdo Sumbayak mengaku kaget saat didatangi Ganjar untuk ngopi. “Secara pribadi saya tidak punya hubungan dengan Ganjar. Saya juga bukanlah anggota partai. Tapi murni pengusaha kedai kopi,” terangnya.

Jan Wiserdo mengaku tidak mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut ganjar. Hanya alat pengeras sederhana. Termasuk miniatur Rumah Bolon sebagai souvenir untuk Ganjar.

Jan menambahkan, Kedai Kopi Hordja yang ia bangun sengaja menampilkan aksesoris budaya Simalungun selaku suku asli Kota Pematangsiantar. Seperti dengan Nama ‘Hordja’ merupakan Bahasa Simalungun yang artinya Kerja. “Semoga apa yang dicita-citakan Ganjar dapat berjalan lancar dan tercapai,” harapnya.

Sekitar 20 menit ngopi di Kedai Kopi Hordja, Ganjar melanjutkan perjalanan ke Musem Simalungun yang jaraknya hanya 30 meter dari Kopi Hordja, sehingga Ganjar hanya jalan kaki saja. Tiba di Musem Simalungun, Ganjar disambut tari-tarian Budaya Simalungun. Sebagai bentuk pengharagaan, para penetua Adat Simalungun memakaikan Hiou Pamoting (Ulos Simalungun) kepada Ganjar. Pesan dari pada Ulos itu adalah bekerja dan melayani.

Marsiaman Saragih yang juga Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan berharap Ganjar dapat bekerja dengan tulus. (mag-3/mag-7/adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/