28 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

10 Menit, Perompak Somalia Takluk

Jika Pasukan Khusus TNI Diizinkan Lakukan Pembebasan

JAKARTA-Pemerintah Indonesia berpikir seribu kali merespons lampu hijau Somalia yang mengizinkan militer RI untuk membebaskan 20 awak kapal MV Sinar Kudus. Padahal, jika opsi pembebasan sandera yang diambil, pasukan khusus TNI cukup membutuhkan waktu 10 menit untuk beraksi.

“Anak-anak itu terlatih. Sangat terlatih, saya kira cukup sepuluh sampai 15 menit saja,” ujar mantan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana (pur) Slamet Soebijanto di Jakarta kemarin (13/04). Alumni AAL 1973 itu menyebut Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL memiliki kemampuan yang sangat baik untuk operasi laut.

“Sebenarnya yang dibutuhkan itu ketegasan pemerintah. Kalau ditanya apakah TNI siap, saya bisa jamin pasti 100 persen ready,” kata mantan KSAL yang menjabat di era 2005-2007 ini. Denjaka adalah prajurit pilihan TNI AL. Untuk menjadi anggota Denjaka, seorang prajurit harus berkualifikasi intai amphibi terlebih dulu. Denjaka berada dalam alur komando Korps Marinir.

Selama ini, Denjaka juga rajin berlatih penanggulangan aspek teror laut di kapal-kapal tanker di tengah laut. Semua personel Denjaka berkualifikasi penembak jitu dan bisa renang di laut dengan tangan terikat.  Mereka juga berkemampuan untuk melakukan penyusupan bawah air  dan juga peledakan bawah kapal (underwater demolition).
Slamet yakin, jika opsi militer diambil, kewibawaan pemerintah Indonesia di dunia internasional akan terjaga. “Saya kira ini juga akan menimbulkan efek jera juga bagi perompak. Ini kapal Indonesia, jangan main-main,” katanya.

Terpisah, Direktur Eksekutif  Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi Indonesia Rizal Darmaputera menilai satuan penanggulangan teror  Sat-81 Kopassus juga memiliki kemampuan untuk melakukan penyelamatan awak kapal Sinar Kudus. “Kualitasnya diakui secara internasional. Reputasinya sangat baik,” kata Rizal.

Satgultor 81 Kopassus sekarang dipimpin oleh Kolonel Nyoman Cantiasa. Nyoman yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Asisten Intelijen Kopassus itu dikenal sebagai prajurit komando yang punya rekam jejak anti teror mumpuni. Nyoman misalnya pernah memimpin operasi anti sniper gelap saat kerusuhan Ambon pecah di era 2000-2002.

Rizal menyebut, TNI pasti sudah melakukan kajian terhadap opsi-opsi pembebasan. “Tapi, emmang sangat tidak mungkin disebutkan karena itu namanya memberi bocoran pada musuh,” kata periset pertahanan yang baru pulang dari markas Pentagon Amerika Serikat ini.

Informasi yang dikumpulkan koran ini dari berbagai sumber, sejak awal bulan lalu, satu peleton Satgultor 81  Kopassus sudah disiapkan. Bahkan tim terpilih ini sudah digerakkan ke luar Jakarta. Namun, sumber resmi termasuk Danjen Kopassus Mayjen Lodewijk Freidrich Paulus menolak menyebutkan secara detail persiapan Kopassus. “Soal itu, tanya ke Panglima TNI,” kata Lodewijk di Mako Kopassus.

Pemerintah hingga kemarin (13/4), pemerintah masih menggunakan opsi negoisasi yang lebih mengutamakan keselamatan awak kapal. “Itu (operasi militer, Red) tanpa izin pemerintah Somalia kalau perlu, kita lakukan,” tegas Menko Polhukam Djoko Suyanto di Kantor Presiden, kemarin (13/4). “Tapi apakah itu jadi opsi kita satu-satunya? Kan opsi kita utamakan menyelamatkan (awak kapal),” sambungnya.

Djoko kembali menyinggung beberapa kasus pembajakan yang diselesaikan dengan operasi militer. “Banyak kasus karena tindakan seperti itu awak kapal malah jadi dibunuh,” ingatnya.

Mantan Panglima TNI itu mengungkapkan, opsi negoisasi hingga saat ini masih terus berjalan. Bahkan Djoko menyebut sudah menuju titik yang akan disepakati. “Tapi itu kan tidak mudah, memerlukan waktu,” katanya lantas mengatakan tidak bisa memberikan batasan waktunya. Nominal uang tebusan yang sering berubah-ubah juga menjadi kendala.

Saat ini, lanjut dia, yang sedang dimatangkan, baik dari pemerintah, pemilik kapal, dan pihak pembajak adalah mekanisme berikutnya. “Men-delivery-nya bagaimana, kepada siapa, contact personnya. Kemudian juga jalurnya bagaimana. Kan ini tidak sedikit, jadi proses itu yang sedang kita jalankan dan matangkan,” papar Djoko.
Komunikasi dengan perompak, menurutnya, terus dilakukan oleh pemilik kapal. Djoko mengakui ada keterlibatan agen-agen dari negara lain, seperti Ingggris, Singapura, dan Amerika. “Ada banyak. Kita kontak-kontak, kita cari yang paling pas,” jelasnya. (fal/rdl/zul/gen/jpnn)

Jika Pasukan Khusus TNI Diizinkan Lakukan Pembebasan

JAKARTA-Pemerintah Indonesia berpikir seribu kali merespons lampu hijau Somalia yang mengizinkan militer RI untuk membebaskan 20 awak kapal MV Sinar Kudus. Padahal, jika opsi pembebasan sandera yang diambil, pasukan khusus TNI cukup membutuhkan waktu 10 menit untuk beraksi.

“Anak-anak itu terlatih. Sangat terlatih, saya kira cukup sepuluh sampai 15 menit saja,” ujar mantan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana (pur) Slamet Soebijanto di Jakarta kemarin (13/04). Alumni AAL 1973 itu menyebut Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL memiliki kemampuan yang sangat baik untuk operasi laut.

“Sebenarnya yang dibutuhkan itu ketegasan pemerintah. Kalau ditanya apakah TNI siap, saya bisa jamin pasti 100 persen ready,” kata mantan KSAL yang menjabat di era 2005-2007 ini. Denjaka adalah prajurit pilihan TNI AL. Untuk menjadi anggota Denjaka, seorang prajurit harus berkualifikasi intai amphibi terlebih dulu. Denjaka berada dalam alur komando Korps Marinir.

Selama ini, Denjaka juga rajin berlatih penanggulangan aspek teror laut di kapal-kapal tanker di tengah laut. Semua personel Denjaka berkualifikasi penembak jitu dan bisa renang di laut dengan tangan terikat.  Mereka juga berkemampuan untuk melakukan penyusupan bawah air  dan juga peledakan bawah kapal (underwater demolition).
Slamet yakin, jika opsi militer diambil, kewibawaan pemerintah Indonesia di dunia internasional akan terjaga. “Saya kira ini juga akan menimbulkan efek jera juga bagi perompak. Ini kapal Indonesia, jangan main-main,” katanya.

Terpisah, Direktur Eksekutif  Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi Indonesia Rizal Darmaputera menilai satuan penanggulangan teror  Sat-81 Kopassus juga memiliki kemampuan untuk melakukan penyelamatan awak kapal Sinar Kudus. “Kualitasnya diakui secara internasional. Reputasinya sangat baik,” kata Rizal.

Satgultor 81 Kopassus sekarang dipimpin oleh Kolonel Nyoman Cantiasa. Nyoman yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Asisten Intelijen Kopassus itu dikenal sebagai prajurit komando yang punya rekam jejak anti teror mumpuni. Nyoman misalnya pernah memimpin operasi anti sniper gelap saat kerusuhan Ambon pecah di era 2000-2002.

Rizal menyebut, TNI pasti sudah melakukan kajian terhadap opsi-opsi pembebasan. “Tapi, emmang sangat tidak mungkin disebutkan karena itu namanya memberi bocoran pada musuh,” kata periset pertahanan yang baru pulang dari markas Pentagon Amerika Serikat ini.

Informasi yang dikumpulkan koran ini dari berbagai sumber, sejak awal bulan lalu, satu peleton Satgultor 81  Kopassus sudah disiapkan. Bahkan tim terpilih ini sudah digerakkan ke luar Jakarta. Namun, sumber resmi termasuk Danjen Kopassus Mayjen Lodewijk Freidrich Paulus menolak menyebutkan secara detail persiapan Kopassus. “Soal itu, tanya ke Panglima TNI,” kata Lodewijk di Mako Kopassus.

Pemerintah hingga kemarin (13/4), pemerintah masih menggunakan opsi negoisasi yang lebih mengutamakan keselamatan awak kapal. “Itu (operasi militer, Red) tanpa izin pemerintah Somalia kalau perlu, kita lakukan,” tegas Menko Polhukam Djoko Suyanto di Kantor Presiden, kemarin (13/4). “Tapi apakah itu jadi opsi kita satu-satunya? Kan opsi kita utamakan menyelamatkan (awak kapal),” sambungnya.

Djoko kembali menyinggung beberapa kasus pembajakan yang diselesaikan dengan operasi militer. “Banyak kasus karena tindakan seperti itu awak kapal malah jadi dibunuh,” ingatnya.

Mantan Panglima TNI itu mengungkapkan, opsi negoisasi hingga saat ini masih terus berjalan. Bahkan Djoko menyebut sudah menuju titik yang akan disepakati. “Tapi itu kan tidak mudah, memerlukan waktu,” katanya lantas mengatakan tidak bisa memberikan batasan waktunya. Nominal uang tebusan yang sering berubah-ubah juga menjadi kendala.

Saat ini, lanjut dia, yang sedang dimatangkan, baik dari pemerintah, pemilik kapal, dan pihak pembajak adalah mekanisme berikutnya. “Men-delivery-nya bagaimana, kepada siapa, contact personnya. Kemudian juga jalurnya bagaimana. Kan ini tidak sedikit, jadi proses itu yang sedang kita jalankan dan matangkan,” papar Djoko.
Komunikasi dengan perompak, menurutnya, terus dilakukan oleh pemilik kapal. Djoko mengakui ada keterlibatan agen-agen dari negara lain, seperti Ingggris, Singapura, dan Amerika. “Ada banyak. Kita kontak-kontak, kita cari yang paling pas,” jelasnya. (fal/rdl/zul/gen/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/