29.3 C
Medan
Monday, July 1, 2024

99 Persen Berita The Age Benar

SBY:  Ini Pembunuhan Karakter

JAKARTA- Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) akhirnya angkat bicara soal pemberitaan dua koran terkemuka di Australia, The Age dan Sydney Morning Herald yang menyebutkan SBY telah menyalahgunakan kekuasaannya. SBY beranggapan bahwa pemberitaan Koran Australia, The Age, edisi Jumat 11 Maret 2011 lalu adalah sebuah pembunuhan karakter.

“Nanti tentunya akan tahu siapa yang sesungguhnya demokratis dan tidak demokratis. Yang main lapor, main tuduh, main hakim di media massa. Sungguh merugikan nama baik dan boleh disebut character assasination,” kata SBY di Istana Bogor, Senin (14/3).

Namun demikian, SBY berjanji akan menyelesaikan persoalan ini dengan baik. “Saya akan tetap mengutamakan situasi di negeri ini untuk tetap bisa menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya,” tandasnya.
“Percayalah saya mempertanggungjawabkan apa yang saya lakukan. Insya Allah saya akan tetap menjaga integritas karena itulah tugas saya sebagai pemimpin di negeri ini,” ujar SBY.

SBY juga mengaku tidak akan diam saja dengan pemberitaan tersebut. Dirinya akan menggunakan haknya sebagai pihak yang merasa tercemar namanya oleh pemberitaan.

“Saya tidak ingin terlalu reaktif, emosional. Saudara-saudara tahu kebiasaan saya, setelah semuanya bisa dinalar dengan baik secara jernih, saya akan menggunakan hak saya untuk mendapat keadilan dengan cara-cara yang demokratis,” pungkasnya.

Presiden mengatakan, pemberitaan tersebut hanya sebuah kegaduhan. “Tidak perlu kita terus-menerus ikut dalam kegaduhan soal ini. Karena lebih banyak yang harus kita lakukan,” katanya.

SBY juga mengaku, tidak sakit hati dengan beberapa komentar yang bermunculan menyikapi pemberitaan tersebut. “Barangkali sebagian dari saudara sudah mengiukuti pemberitaan dua koran australia yang menyangkut diri saya dan sejumlah tokoh nasional, saya ingin mengucapkan terimakasih atas beberapa komentar dari saudara-saudara tetapi saya pandang sudah cukup,” tutup SBY.

Sementara, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Effendy Choirie, meyakini bahwa informasi rahasia yang dibocorkan Wikileaks dan dikupas dua media terkemuka Australia The Age dan Sydney Morning Herald adalah benar adanya.

“99 persen benar. Termasuk dugaan skandal yang melibatkan kalangan Istana itu benar. Sebetulnya, yang dikutip media Australia dari Wikileaks itu membenarkan apa yang kita rasakan selama ini,” ujar pria yang disapa Gus Choi ini seperti dilansir sebuah situs berita, Senin (14/3).

Anggota Komisi I DPR ini menambahkan, dirinya mempercayai informasi beragam skandal pejabat Indonesia yang dilansir The Age dan Sydney Morning Herald karena informasi tersebut sudah menjadi perbincangan luas. “Setiap hari kita semua rakyat Indonesia dan pengamat sudah bicara seperti itu. Cuma nggak dimuat di koran saja,” tuturnya.

Koran The Age dan Sydney Morning Herald dinilai Gus Choi sebagai media yang memiliki kredibilitas tinggi. “Yang memuat ini institusi yang punya kredibilitas tinggi, media Australia punya kredibilitas dan bukan koran kuning. Jadi nggak benar kalau itu dianggap informasi sampah,” pungkasnya.

Sebagaimana diberitakan, Koran Harian The Age dan Sydney Morning Herald memuat berita yang menyudutkan Presiden SBY.  SBY dituding telah menyalahgunakan kekuasaannya.

Salah satunya, SBY diberitakan telah mengintervensi Jaksa Muda Pidana Khusus untuk menghentikan kasus korupsi yang dilakukan Taufiq Kiemas saat istrinya Megawati Soekarno Putri menjabat sebagai Presiden.

Tak hanya itu mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga ditengarai telah melakukan suap saat dirinya mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Jusuf Kalla sendiri tidak membantah berita itu. Ia membenarkan membagikan duit untuk akomodasi dan kamar peserta.

LSM Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) menyayangkan sikap pemerintah yang hanya berkomentar pemberitaan The Age sebagai berita sampah dan tidak menuntut The Age seperti halnya dua aktivis Bendera yang kini menjalani persidangan. “Kita akan minta sidang diberhentikan, kecuali wikileaks dan dua media itu dituntut juga oleh SBY,” ujar aktivis Bendera Mustar Bona Ventura di Markas Bendera, Jakarta, (14/3).

Menurutnya, untuk menggugat dua media itu, tentu saja pemerintah harus juga menggunakan data. Namun sejauh ini Mustar melihatnya pemerintah hanya berani menuntut rakyatnya dan tak berani dengan The Age dan SMH. “Kenapa pemerintah tak berani, beraninya sama kita saja, karena SBY sebenarnya takut, pemerintah tidak berani menelusurinya jika (pemberitaan) ini benar SBY juga tidak sah sebagai presiden,” ucapnya.
Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, menilai berita yang ditulis dua surat kabar Australia, The Age dan Sydney Morning Herald statusnya tidak lebih dari sensasi dan gosip.

Anas menyakini tokoh-tokoh yang ditulis dalam dua koran Australia itu adalah orang-orang yang betul betul memiliki kredibilitas seperti presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono serta Taufiq Kiemas.
“Kami tidak perlu menanggapi dan direspon terus menerus yang menjawab sensasi dan gosip itu cukup kredibilitas beliau beliau. Itulah jawaban yang paling manjur terhadap sensasi dan gosip,” kata Anas Urbaningrum di Sragen, kemarin.

Anas juga membantah akibat pemberitaan dua media Australia membuat pihak Istana kebakaran jenggot, melainkan sebagai bentuk klarifikasi dan menjernihkan karena itu penting , karena kalau tidak diklarifikasi dan dijernihkan dianggap sebagai pembenaran. “Bukan kebakaran jenggot. Mengklarifikasi dan menjernihkan itu penting. Karena kalau tidak diklarifikasi dan dijernihkan dianggap sebagai pembenaran. Itu tugas pemerintah yang disudutkan dengan hal yang sensasional yang digosok makin sip, “ jelas Anas Urbaningrum.

Menurut Anas hubungan Indonesia-Australia saat ini hubungannya bagus, tetapi tentu pemerintah tidak bisa sepenuhnya mengontrol pers. Karena pers Australia sangat bebas hampir mirip Indonesia. Bahkan Australia lebih bebas lagi . Tetapi persoalannya adalah sumber berita itu, akurat atau tidak. Terkait akurasi sumber berita sebenarnya diakui sendiri oleh Kedubes di Jakarta bahwa sumbernya adalah kawat diplomatik yang lebih merupakan penilaian dan obesrvai pribadi dari diplomat bukan sikap dan pandangan pemerintah Amerika.

“Saya tahu diplomat luar negeri itu salah satu kerjaannya  mengundang ngobrol orang-orang di Jakarta dan dari obrolan itu kadang-kadang disimpulkan. Dari obrolan warung kopi itu dianggap sebagai media informasi yang benar dan serius dan dijadikan bahan menulis dan mengirim kawat diplomatik,” tegas Anas.

Informasi Wikileaks yang menuding Ketua MPR Taufik Kiemas terlibat kasus korupsi, juga dibantah Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) Muhammad Amari. Mantan Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel) tersebut menyatakan, Taufik tidak pernah ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan.

“Sejauh yang saya amati di kejaksaan, belum pernah saya dengar Pak Taufik Kiemas pernah menjadi tersangka lalu dihentikan,”ujar Amari di gedung KPK, kemarin (14/3).

Namun, Amari mengakui, Kejaksaan memang menangani kasus dugaan korupsi dalam proyek pembangunan Jakarta Outer Ring Road (JORR). Menurut dia, pihaknya akan kembali mengkaji penanganan kasus tersebut. “Ya, nanti saya review lah,” ujar Amari.

Seperti diketahui, pembangunan jalan tol JORR pada tahun 1993 disinyalir telah merugikan keuangan negara hingga Rp100 miliar lebih. Pelaksanaan proyek ini ditangani oleh PT Hutama Karya dan PT Yala Perkara Internasional. Dugaan praktik korupsi dalam proyek pembangunan infrastruktur itu belum berhasil diungkap oleh Kejaksaan.
Kasus dugaan korupsi JORR tersebut kembali mencuat setelah diberitakan oleh surat kabar asal Australia, The Age dan Sidney Morning Herald. Kedua media cetak itu membeberkan informasi dari Wikileaks perihal kasus itu. Wikileaks menyebut bahwa kasus tersebut melibatkan Taufik Kiemas dan kemudian dihentikan oleh Kejaksaan karena campur tangan presiden.

Ketua MPR Taufiq Kiemas (TK) menanggapi santai bocoran WikiLeaks yang diberitakan media Australia. Taufiq tidak merasa dicemarkan nama baiknya.

“Nggak. Kalau dicemarin nama baik kan sudah dari dulu. Itu joke,” ujar Taufiq kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (14/3).

Taufiq mengaku bingung memberikan jawaban lebih mendalam terkait tudingan melakukan korupsi. Taufiq malah menanggapi dengan bercanda. “Udah empat hari ditanyain pertanyaan yang sama, udah ya, nggak kasian apa,” kata Taufiq sambil tertawa. (ken/jpnn/net/bbs)

SBY:  Ini Pembunuhan Karakter

JAKARTA- Presiden Susilo Bambang Yudoyono (SBY) akhirnya angkat bicara soal pemberitaan dua koran terkemuka di Australia, The Age dan Sydney Morning Herald yang menyebutkan SBY telah menyalahgunakan kekuasaannya. SBY beranggapan bahwa pemberitaan Koran Australia, The Age, edisi Jumat 11 Maret 2011 lalu adalah sebuah pembunuhan karakter.

“Nanti tentunya akan tahu siapa yang sesungguhnya demokratis dan tidak demokratis. Yang main lapor, main tuduh, main hakim di media massa. Sungguh merugikan nama baik dan boleh disebut character assasination,” kata SBY di Istana Bogor, Senin (14/3).

Namun demikian, SBY berjanji akan menyelesaikan persoalan ini dengan baik. “Saya akan tetap mengutamakan situasi di negeri ini untuk tetap bisa menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya,” tandasnya.
“Percayalah saya mempertanggungjawabkan apa yang saya lakukan. Insya Allah saya akan tetap menjaga integritas karena itulah tugas saya sebagai pemimpin di negeri ini,” ujar SBY.

SBY juga mengaku tidak akan diam saja dengan pemberitaan tersebut. Dirinya akan menggunakan haknya sebagai pihak yang merasa tercemar namanya oleh pemberitaan.

“Saya tidak ingin terlalu reaktif, emosional. Saudara-saudara tahu kebiasaan saya, setelah semuanya bisa dinalar dengan baik secara jernih, saya akan menggunakan hak saya untuk mendapat keadilan dengan cara-cara yang demokratis,” pungkasnya.

Presiden mengatakan, pemberitaan tersebut hanya sebuah kegaduhan. “Tidak perlu kita terus-menerus ikut dalam kegaduhan soal ini. Karena lebih banyak yang harus kita lakukan,” katanya.

SBY juga mengaku, tidak sakit hati dengan beberapa komentar yang bermunculan menyikapi pemberitaan tersebut. “Barangkali sebagian dari saudara sudah mengiukuti pemberitaan dua koran australia yang menyangkut diri saya dan sejumlah tokoh nasional, saya ingin mengucapkan terimakasih atas beberapa komentar dari saudara-saudara tetapi saya pandang sudah cukup,” tutup SBY.

Sementara, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Effendy Choirie, meyakini bahwa informasi rahasia yang dibocorkan Wikileaks dan dikupas dua media terkemuka Australia The Age dan Sydney Morning Herald adalah benar adanya.

“99 persen benar. Termasuk dugaan skandal yang melibatkan kalangan Istana itu benar. Sebetulnya, yang dikutip media Australia dari Wikileaks itu membenarkan apa yang kita rasakan selama ini,” ujar pria yang disapa Gus Choi ini seperti dilansir sebuah situs berita, Senin (14/3).

Anggota Komisi I DPR ini menambahkan, dirinya mempercayai informasi beragam skandal pejabat Indonesia yang dilansir The Age dan Sydney Morning Herald karena informasi tersebut sudah menjadi perbincangan luas. “Setiap hari kita semua rakyat Indonesia dan pengamat sudah bicara seperti itu. Cuma nggak dimuat di koran saja,” tuturnya.

Koran The Age dan Sydney Morning Herald dinilai Gus Choi sebagai media yang memiliki kredibilitas tinggi. “Yang memuat ini institusi yang punya kredibilitas tinggi, media Australia punya kredibilitas dan bukan koran kuning. Jadi nggak benar kalau itu dianggap informasi sampah,” pungkasnya.

Sebagaimana diberitakan, Koran Harian The Age dan Sydney Morning Herald memuat berita yang menyudutkan Presiden SBY.  SBY dituding telah menyalahgunakan kekuasaannya.

Salah satunya, SBY diberitakan telah mengintervensi Jaksa Muda Pidana Khusus untuk menghentikan kasus korupsi yang dilakukan Taufiq Kiemas saat istrinya Megawati Soekarno Putri menjabat sebagai Presiden.

Tak hanya itu mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga ditengarai telah melakukan suap saat dirinya mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Jusuf Kalla sendiri tidak membantah berita itu. Ia membenarkan membagikan duit untuk akomodasi dan kamar peserta.

LSM Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) menyayangkan sikap pemerintah yang hanya berkomentar pemberitaan The Age sebagai berita sampah dan tidak menuntut The Age seperti halnya dua aktivis Bendera yang kini menjalani persidangan. “Kita akan minta sidang diberhentikan, kecuali wikileaks dan dua media itu dituntut juga oleh SBY,” ujar aktivis Bendera Mustar Bona Ventura di Markas Bendera, Jakarta, (14/3).

Menurutnya, untuk menggugat dua media itu, tentu saja pemerintah harus juga menggunakan data. Namun sejauh ini Mustar melihatnya pemerintah hanya berani menuntut rakyatnya dan tak berani dengan The Age dan SMH. “Kenapa pemerintah tak berani, beraninya sama kita saja, karena SBY sebenarnya takut, pemerintah tidak berani menelusurinya jika (pemberitaan) ini benar SBY juga tidak sah sebagai presiden,” ucapnya.
Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, menilai berita yang ditulis dua surat kabar Australia, The Age dan Sydney Morning Herald statusnya tidak lebih dari sensasi dan gosip.

Anas menyakini tokoh-tokoh yang ditulis dalam dua koran Australia itu adalah orang-orang yang betul betul memiliki kredibilitas seperti presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani Yudhoyono serta Taufiq Kiemas.
“Kami tidak perlu menanggapi dan direspon terus menerus yang menjawab sensasi dan gosip itu cukup kredibilitas beliau beliau. Itulah jawaban yang paling manjur terhadap sensasi dan gosip,” kata Anas Urbaningrum di Sragen, kemarin.

Anas juga membantah akibat pemberitaan dua media Australia membuat pihak Istana kebakaran jenggot, melainkan sebagai bentuk klarifikasi dan menjernihkan karena itu penting , karena kalau tidak diklarifikasi dan dijernihkan dianggap sebagai pembenaran. “Bukan kebakaran jenggot. Mengklarifikasi dan menjernihkan itu penting. Karena kalau tidak diklarifikasi dan dijernihkan dianggap sebagai pembenaran. Itu tugas pemerintah yang disudutkan dengan hal yang sensasional yang digosok makin sip, “ jelas Anas Urbaningrum.

Menurut Anas hubungan Indonesia-Australia saat ini hubungannya bagus, tetapi tentu pemerintah tidak bisa sepenuhnya mengontrol pers. Karena pers Australia sangat bebas hampir mirip Indonesia. Bahkan Australia lebih bebas lagi . Tetapi persoalannya adalah sumber berita itu, akurat atau tidak. Terkait akurasi sumber berita sebenarnya diakui sendiri oleh Kedubes di Jakarta bahwa sumbernya adalah kawat diplomatik yang lebih merupakan penilaian dan obesrvai pribadi dari diplomat bukan sikap dan pandangan pemerintah Amerika.

“Saya tahu diplomat luar negeri itu salah satu kerjaannya  mengundang ngobrol orang-orang di Jakarta dan dari obrolan itu kadang-kadang disimpulkan. Dari obrolan warung kopi itu dianggap sebagai media informasi yang benar dan serius dan dijadikan bahan menulis dan mengirim kawat diplomatik,” tegas Anas.

Informasi Wikileaks yang menuding Ketua MPR Taufik Kiemas terlibat kasus korupsi, juga dibantah Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) Muhammad Amari. Mantan Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel) tersebut menyatakan, Taufik tidak pernah ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan.

“Sejauh yang saya amati di kejaksaan, belum pernah saya dengar Pak Taufik Kiemas pernah menjadi tersangka lalu dihentikan,”ujar Amari di gedung KPK, kemarin (14/3).

Namun, Amari mengakui, Kejaksaan memang menangani kasus dugaan korupsi dalam proyek pembangunan Jakarta Outer Ring Road (JORR). Menurut dia, pihaknya akan kembali mengkaji penanganan kasus tersebut. “Ya, nanti saya review lah,” ujar Amari.

Seperti diketahui, pembangunan jalan tol JORR pada tahun 1993 disinyalir telah merugikan keuangan negara hingga Rp100 miliar lebih. Pelaksanaan proyek ini ditangani oleh PT Hutama Karya dan PT Yala Perkara Internasional. Dugaan praktik korupsi dalam proyek pembangunan infrastruktur itu belum berhasil diungkap oleh Kejaksaan.
Kasus dugaan korupsi JORR tersebut kembali mencuat setelah diberitakan oleh surat kabar asal Australia, The Age dan Sidney Morning Herald. Kedua media cetak itu membeberkan informasi dari Wikileaks perihal kasus itu. Wikileaks menyebut bahwa kasus tersebut melibatkan Taufik Kiemas dan kemudian dihentikan oleh Kejaksaan karena campur tangan presiden.

Ketua MPR Taufiq Kiemas (TK) menanggapi santai bocoran WikiLeaks yang diberitakan media Australia. Taufiq tidak merasa dicemarkan nama baiknya.

“Nggak. Kalau dicemarin nama baik kan sudah dari dulu. Itu joke,” ujar Taufiq kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (14/3).

Taufiq mengaku bingung memberikan jawaban lebih mendalam terkait tudingan melakukan korupsi. Taufiq malah menanggapi dengan bercanda. “Udah empat hari ditanyain pertanyaan yang sama, udah ya, nggak kasian apa,” kata Taufiq sambil tertawa. (ken/jpnn/net/bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/