26 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Tertangkapnya Sang Guru Besar

SIAPA mengira tokoh secemerlang Rudi Rubiandini, Kepala Satuan Kerja Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), berakhir di ruang tahanan KPK. Dia dikenal cerdas dan lugas.

Nama Rudi Rubiandini menjadi sorotan nasional saat menyoroti kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Rudi adalah pakar pertambangan yang menentang teori bahwa bencana lumpur Lapindo terjadi lantaran buntut gempa di Yogyakarta. Dia yakin petaka itu terjadi karena kesalahan pengeboran.

Nama Rudi pun moncer di berbagai media. Sarjana Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung 1985 itu sering menjadi narasumber media. Setelah itu, nama Rudi Rubiandini tidak cuma dikenal di kalangan akademisi. Doktor lulusan Technische Universitaet, Clausthal, Jerman, itu kemudian menjadi birokrat. Karena pengetahuannya yang luas, dia diangkat menjadi Penasihat Ahli Kepala BP Migas Badan Pelaksana Hulu Kegiatan Minyak dan Gas (BP Migas) pada 2009-2010.

Di BP Migas, kariernya melesat. Dia akhirnya menjadi Deputi Pengendalian Operasi BP Migas pada periode 2011-2012. Bahkan, kemudian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengangkatnya sebagai Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada 2012. Kawan-kawan sekerja Rudi Rubiandini di Badan Pelaksana Hulu Kegiatan Minyak dan Gas (BP Migas) menilai Rudi sebagai the rising star yang bisa menggenjot produksi minyak nasional.

Saat BP Migas dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi dan diganti dengan SKK Migas, Rudi diangkat menjadi kepala. Rudi pernah dua tahun bekerja di bidang ini.

BP Migas dibubarkan November lalu dengan alasan inkonstitusional. Badan yang sudah tutup buku itu kerap dituding sebagai sarang korupsi, boros, pro-asing, dan gagal mencari sumber cadangan minyak baru. Rudi tak menampik tudingan-tudingan itu. “Korupsi ada di mana saja, bahkan di kelurahan, tak hanya di BP Migas. Yang jadi pertanyaan, mengapa tak pernah ditindak atau ditangkap,” ujarnya.

Alhasil, Rudi duduk di kursi panas yang lebih sulit daripada Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Rudi Rubiandini sejatinya seorang akademikus. Namun, bandul kariernya bergerak ke arah birokrasi tinggi yang membawanya, antara lain, ke dunia baru yang tak dikenalnya: pergaulan lapangan golf. Olahraga yang digemari Rudi memang cuma badminton.

Toh, dia membeli stik golf serta belajar memukul bola karena harus menghadiri acara-acara di lingkungan energi dan mineral yang acap dibuka dengan teeing shot­ pukulan pertama dalam golf oleh pejabat kementerian.

Saat ditemui wartawan Januari lalu, Rudi baru saja bermain golf dalam ajang ESDM Cup di Lapangan Golf Bogor. Rudi sadar di tempat barunya banyak korupsi terjadi. Saat ditanya tentang banyak bawahan Rudi adalah bekas orang BP Migas, lembaga yang sering dituding korup, dia menjawab enteng. “Betul, saya tahu ini berat. Makanya saya mau ketika negara meminta saya menduduki tempat itu dengan segala kesulitannya.”

Rupanya ucapan itu ‘menusuk’ kepada dirinya sendiri. Dia ditangkap tangan oleh KPK pada Selasa, 13 Agusuts 2013, pukul 22.30. Bahkan, suap Rudi Rubiandi pecahkan rekor tangkap tangan KPK. (bbs/jpnn)

SIAPA mengira tokoh secemerlang Rudi Rubiandini, Kepala Satuan Kerja Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), berakhir di ruang tahanan KPK. Dia dikenal cerdas dan lugas.

Nama Rudi Rubiandini menjadi sorotan nasional saat menyoroti kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Rudi adalah pakar pertambangan yang menentang teori bahwa bencana lumpur Lapindo terjadi lantaran buntut gempa di Yogyakarta. Dia yakin petaka itu terjadi karena kesalahan pengeboran.

Nama Rudi pun moncer di berbagai media. Sarjana Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung 1985 itu sering menjadi narasumber media. Setelah itu, nama Rudi Rubiandini tidak cuma dikenal di kalangan akademisi. Doktor lulusan Technische Universitaet, Clausthal, Jerman, itu kemudian menjadi birokrat. Karena pengetahuannya yang luas, dia diangkat menjadi Penasihat Ahli Kepala BP Migas Badan Pelaksana Hulu Kegiatan Minyak dan Gas (BP Migas) pada 2009-2010.

Di BP Migas, kariernya melesat. Dia akhirnya menjadi Deputi Pengendalian Operasi BP Migas pada periode 2011-2012. Bahkan, kemudian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengangkatnya sebagai Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada 2012. Kawan-kawan sekerja Rudi Rubiandini di Badan Pelaksana Hulu Kegiatan Minyak dan Gas (BP Migas) menilai Rudi sebagai the rising star yang bisa menggenjot produksi minyak nasional.

Saat BP Migas dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi dan diganti dengan SKK Migas, Rudi diangkat menjadi kepala. Rudi pernah dua tahun bekerja di bidang ini.

BP Migas dibubarkan November lalu dengan alasan inkonstitusional. Badan yang sudah tutup buku itu kerap dituding sebagai sarang korupsi, boros, pro-asing, dan gagal mencari sumber cadangan minyak baru. Rudi tak menampik tudingan-tudingan itu. “Korupsi ada di mana saja, bahkan di kelurahan, tak hanya di BP Migas. Yang jadi pertanyaan, mengapa tak pernah ditindak atau ditangkap,” ujarnya.

Alhasil, Rudi duduk di kursi panas yang lebih sulit daripada Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Rudi Rubiandini sejatinya seorang akademikus. Namun, bandul kariernya bergerak ke arah birokrasi tinggi yang membawanya, antara lain, ke dunia baru yang tak dikenalnya: pergaulan lapangan golf. Olahraga yang digemari Rudi memang cuma badminton.

Toh, dia membeli stik golf serta belajar memukul bola karena harus menghadiri acara-acara di lingkungan energi dan mineral yang acap dibuka dengan teeing shot­ pukulan pertama dalam golf oleh pejabat kementerian.

Saat ditemui wartawan Januari lalu, Rudi baru saja bermain golf dalam ajang ESDM Cup di Lapangan Golf Bogor. Rudi sadar di tempat barunya banyak korupsi terjadi. Saat ditanya tentang banyak bawahan Rudi adalah bekas orang BP Migas, lembaga yang sering dituding korup, dia menjawab enteng. “Betul, saya tahu ini berat. Makanya saya mau ketika negara meminta saya menduduki tempat itu dengan segala kesulitannya.”

Rupanya ucapan itu ‘menusuk’ kepada dirinya sendiri. Dia ditangkap tangan oleh KPK pada Selasa, 13 Agusuts 2013, pukul 22.30. Bahkan, suap Rudi Rubiandi pecahkan rekor tangkap tangan KPK. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/