24 C
Medan
Tuesday, September 24, 2024

Terjaring OTT Kasus Jual Beli Jabatan di Kemenag, Tiba di KPK, Ketum PPP Tertunduk Malu

isitmewa
TERCIDUK : Ketum PPP Romahurmuziy tertunduk saat digiring petugas KPK usai terjaring OTT di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (15/3).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga tadi malam belum menentukan status hukum politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy atau Rommy, yang terjaring operasi tangkap tangan di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (15/3) pagi. Rommy ditangkap KPK terkait kasus dugaan jual beli jabatan di Kementerian Agama (Kemenag). Bahkan, ruang Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sudah disegel KPK.

Rommy tiba di gedung KPK tadi malam sekitar pukul 20.13 WIB. Legislator Komisi IX DPR itu memilih bungkam. Dia tampak menggenakan jaket, topi dan celana yang berwarna hitam. Mukanya ditutup masker abu-abu. Ia tiba dengan diantar mobil Innova warna hitam dan dikawal beberapa petugas KPK.

Ketika turun dari mobil, dia tampak tertunduk malu dan memilih bersembunyi di balik petugas KPK yang membawanya, begitu banyak pertanyaan yang dicecar awak media terhadapnya. Namun, Romy tetap memilih bungkam.

Selain Rommy, lima orang lainnya tiba di gedung KPK. Serupa dengan Rommy, mereka memilih bungkam. Diduga mereka yang diamankan penyidik KPKitu merupakan Staf Anggota DPR, pejabat Kemenag daerah, pihak swasta dan dua orang supir yang belum diketahui secara pasti namanya. Pantauan JawaPos.com, orang yang diduga pejabat kemenag daerah itu datang dengan menggenakan masker muka dan kemeja batik. Dia tampak santai ketika hendak masuk dalam gedung lembaga antikorupsi ini.

Sementara, empat pihak lain tampak malu menutupi wajah menggunakan tangannya dan serempak menggenakan masker bewaran abu-abu. Namun, tetap tak ada kata yang terlontar dari mulut mereka. Awak media pun tampak geram karena masker mereka semua tak dilepas

Wakil Ketua KPK Basaria Panjaidtan menyebut, ditangkapnya Rommy ini berawal dari informasi masyarakat terkait adanya transaksi pengisian jabatan di Kemenag. Atas dasar itulah, Satgas KPK mengkroscek sesuai kewenangannya sebagai lembaga antikorupsi. “Sesuai pelaksanaan tugas dan kewenangan KPK, tentu kami harus menindaklanjuti hal tersebut,” ucap Basaria.

Kemudian, juru bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, dugaan transaksi yang dilakukan bukan hanya pertama kali melainkan sudah beberapa kali. Namun, dia tak merinci berapa nominal uang yang diamankan terkait transaksi ini. “Ada enam orang yang dibawa ke Jakarta, unsurnya ada Anggota DPR, Staf Anggota DPR, pejabat Kemenag daerah dan swasta,” tukasnya.

Atas dasar itu juga, tim akan melakukan pemeriksaan kembali di gedung KPK guna menentukan status hukum terhadap rommy. “Soal rencana konferensi pers malam ini atau besok pagi,” jelasnya.

Selain menangkap enam orang, termasuk Rommy, KPK juga menyita uang tunai dalam pecahan rupiah terkait OTT ini. Namun, mantan peneliti ICW ini belum dapat memastikan nominal uang yang disita tim di lapangan.

Aksi Kejar-kejaran

Penangkapan Rommy kemarin pagi, ternyata diwarnai drama kejar-kejaran dan teriakan yang menegangkan. Menurut sejumlah saksi mata yang bertugas sebagai penjaga JPO (jembatan penyeberangan orang) Basuki Rahmat menceritakan ada beberapa orang yang keluar dari tempat parkir di samping kiri Hotel Bumi Surabaya. “Pukul 08.00 WIB, ada orang keluar dari hotel. Keluar dari lobi. Ada ramai-ramai gitu,” kata saksi mata.

Saksi yang enggan menyebutkan namanya itu mengatakan, dari lokasinya yang berada di seberang jalan, terlihat ada dua orang yang ditangkap. Sementara itu, ada sekitar lima orang yang melakukan penangkapan.

Dia menyebut, saat ditangkap, salah satu orang tersebut dipegang pada kedua tangannya. Sedangkan satu orang lainnya terlihat dipiting atau lehernya dikalungi tangan. Namun beberapa orang yang menangkap tersebut tidak memakai seragam. “Ada dua orang yang ditangkap. Satunya dikekep, satunya dipegang tangannya gitu. Ada rame-rame orang, tapi ndak pakai seragam,” lanjutnya.

Selain itu, saksi tersebut melihat beberapa orang yang menangkap sambil membawa selembar kertas HVS putih. Dia menduga bisa saja itu surat penangkapan. “Dua orang ini dikejar sama kurang-lebih lima orang. Ada salah satu yang bawa kertas (bisa jadi surat OTT),” imbuhnya.

Saksi lainnya juga berbagi cerita. Petugas Linmas wanita yang enggan disebutkan namanya itu awalnya mendengar ada keributan di lokasi. Dia mendengar ada suara ramai orang-orang yang berteriak hendak menangkap. “Iya ramai gitu, denger teriakan juga,” lanjutnya.

Petugas Linmas itupun bergegas menghampiri keributan tersebut. Dia akhirnya naik lift untuk menyeberangi JPO. Namun, saat dia masih berada di JPO, keributan itu telah usai.

Sementara itu, Direktur Sales dan Marketing Hotel Bumi Surabaya Endah Retnowati membenarkan Ketum PPP Romahurmuziy saat itu memang menginap di Hotel Bumi. Namun pihaknya sama sekali tidak mengetahui soal penangkapan yang dilakukan KPK. “Saya tidak tahu detailnya. Dan saya tidak bisa memberikan informasi apa pun karena saya tidak tahu kejadiannya. Betul, Pak Rommy memang menginap di Hotel Bumi Surabaya,” kata Retno melalui sambungan telepon.

Sayangnya, hingga saat ini belum ada keterangan resmi dari KPK soal lokasi pasti penangkapan Romahurmuziy. “Betul ada giat KPK di Jatim. Saat ini sedang dilakukan pemeriksaan oleh KPK, bertempat di Polda Jatim,” kata Ketua KPK Agus Rahardjo. Namun Agus tidak menyebut siapa saja yang ditangkap. Dia juga belum menyebutkan kasus apa yang melatari OTT itu.

Sementara itu, seorang penyidik membenarkan penangkapan tersebut. Dia menyebut Rommy ditangkap pada pukul 09.00 WIB. Polisi juga memberikan pembenaran. “Benar,” ujar Kabid Humas Polda Jatim Kombes Barung Mangera saat dimintai konfirmasi. Pemeriksaan Romi dan pihak-pihak lainnya dilakukan di Mapolda Jatim.

Terkait penyelidikan kasus ini, penyidik KPK juga telah menyegel ruangan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. “Iya (disegel), iya benar. Jadi itu bagian dari proses yang memang harus dipenuhi oleh KPK,” kata Kepala Biro Humas, Data dan Informasi Kemenag Mastuki.

Dari foto yang diterima redaksi, pintu ruang kerja Kemenag terlihat tertutup rapat. Pegangan pintu itu diikat dengan KPK Line. Ada juga stempel KPK di pintu itu. Selain ruang Menteri Agama, ruang kerja Sekjen Kemenag juga disegel KPK.

Tim KPK juga mendatangi rumah Rommy di Jakarta Timur. Tim KPK tampak membawa tas ketika memasuki rumah Rommy. Mereka menyambangi rumah Rommy di Jalan Batu Ampar III RT 04 RW 03, Kramat Jati sekitar pukul 19.30 WIB. Ada empat orang dalam tim KPK itu yang semuanya mengenakan masker.

Tim KPK sempat tidak diizinkan masuk ke rumah itu. Seorang petugas KPK meminta agar pintu dibuka. Apabila tidak, maka seluruh rumah akan disegel. “Pak, bukain pak kalau nggak dibukain, saya segel satu rumah pak,” kata seorang petugas KPK perempuan.

Tim KPK itu akhirnya bisa masuk karena bantuan pihak RT. Keempat orang dari KPK langsung masuk ke dalam rumah Rommy.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum mau berbicara banyak tentang operasi tangkap tangan (OTT) KPK terhadap Ketua Umum PPP Romahurmuziy alias Rommy. Jokowi menunggu keterangan resmi dari KPK. “Saya masih menunggu keterangan resmi dari KPK. Sebelum ada keterangan resmi dari KPK, saya tidak mau berkomentar,” kata Jokowi saat ditemui wartawan di Gedung Serbaguna T Rizal Nurdin, Medan, Jumat (15/3).

Anggota Majelis Tinggi PPP Hasrul Azwar menyatakan, partai berlambang Kakbah itu tetap optimistis terkait elektabilitas, meski kini sang ketua umum, Romahurmuziy berurusan dengan KPK. Rommy terjaring dalam OTT KPK. “Kami dari dulu diajarkan optimis. Jadi tidak ada kekhawatiran, selalu optimis dan kami sudah berpengalaman untuk itu,” kata Hasrul di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (15/3).

Dia yakin elektabilitas PPP tidak tergerus karena peristiwa yang berkaitan dengan Rommy. Hasrul menyatakan PPP merupakan partai dengan pengalaman politik yang panjang.

Hasrul menceritakan saat Pileg 2014, PPP kerap diprediksi berbagai lembaga survei nasional tidak lolos ke parlemen. Namun, kenyataan berkata lain. “Tidak ada kekhawatiran bagi kami terkait elektabilitas. PPP sudah teruji,” tegas dia.

Namun, Hasrul mengaku belum bisa banyak berkomentar mengenai kasus hukum yang menjerat Rommy. PPP, kata dia, menunggu keterangan resmi dari KPK. “Kami menunggu keterangan resmi dari KPK. Sudah domainnya KPK, jadi kami tidak bisa menduga-duga, yang tahu persis adalah KPK,” tutur Hasrul.

Bukan secara kebetulan Ketua Umum PPP Romahurmuziy terciduk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Surabaya. Rommy, sapaan akrabnya, punya agenda sejak Rabu (13/3) di Jawa Timur.

Hari pertama, Rommy menghadiri acara halaqoh ulama terkait legislasi bernuansa syariah di Malang Raya. Hari Kamis (14/3) safari Rommy berlanjut ke Blitar dan Kediri bersama pimpinan daerah setempat.

Ketua DPW PPP Jatim, Musyafa Noer mengaku dirinya turut mendampingi Rommy, saat itu. Namun, Musyafa mengaku memilih pulang ke rumah tanpa ikut menemani ketuanya beristirahat di hotel.

“Nah kemarin malam (14/3) istirahat di Hotel Bumi Surabaya. Pagi jam 10 atau jam berapa, rencananya pulang. Saya sebagai DPW turut mendampingi karena sudah protap,” kata Musyafa kepada JawaPos.com, Jumat (15/3).

Terkait penangkapan Rommy oleh KPK, Musyafa mengaku baru tahu dari media, kemarin. Dia juga belum mengetahui pasti kasus seperti apa yang menjerat ketua partainya tersebut.

Musyafa menyatakan, akan menunggu informasi penetapan status Rommy dari KPK. Jika KPK menetapkan Rommy jadi tersangka, dirinya akan berkonsolidasi dengan DPP PPP masalah pemilihan pelaksanan tugas ketua umumnya. ”Kami harus hargai proses hukum oleh KPK. Kalau memang KPK menyatakan positif, tentu partai akan tegas dan strategis. Soal apakah ada Plt dan Plth, itu hak penuh DPP PPP. Yang penting tidak terjadi kekosongan,” kata Musyafa.

Plt atau Plh itu nanti yang akan mengomandani semua unsur partai untuk menghadapi Pemilu 2019 pada April mendatang. Meski, dirinya mengakui penangkapan Rommy, juga berdampak pada para caleg.

Musyafa mengatakan, beberapa caleg sempat down mendengar kabar penangkapan ketuanya. Untuk itu, dia berharap agar semua kader, terutama caleg PPP, tetap konsisten berkonsolidasi untuk upaya pemenangan.

“Sehingga, itu (penangkapan Rommy) lebih kepada pribadi. Bukan institusi partai. Kemudian, (caleg) harus menyadarkan masyarakat bahwa tetap PPP eksis dan konsis. Jangan putus asa,” tuturnya. (cuy/jpnn)

isitmewa
TERCIDUK : Ketum PPP Romahurmuziy tertunduk saat digiring petugas KPK usai terjaring OTT di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (15/3).

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) hingga tadi malam belum menentukan status hukum politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy atau Rommy, yang terjaring operasi tangkap tangan di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (15/3) pagi. Rommy ditangkap KPK terkait kasus dugaan jual beli jabatan di Kementerian Agama (Kemenag). Bahkan, ruang Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sudah disegel KPK.

Rommy tiba di gedung KPK tadi malam sekitar pukul 20.13 WIB. Legislator Komisi IX DPR itu memilih bungkam. Dia tampak menggenakan jaket, topi dan celana yang berwarna hitam. Mukanya ditutup masker abu-abu. Ia tiba dengan diantar mobil Innova warna hitam dan dikawal beberapa petugas KPK.

Ketika turun dari mobil, dia tampak tertunduk malu dan memilih bersembunyi di balik petugas KPK yang membawanya, begitu banyak pertanyaan yang dicecar awak media terhadapnya. Namun, Romy tetap memilih bungkam.

Selain Rommy, lima orang lainnya tiba di gedung KPK. Serupa dengan Rommy, mereka memilih bungkam. Diduga mereka yang diamankan penyidik KPKitu merupakan Staf Anggota DPR, pejabat Kemenag daerah, pihak swasta dan dua orang supir yang belum diketahui secara pasti namanya. Pantauan JawaPos.com, orang yang diduga pejabat kemenag daerah itu datang dengan menggenakan masker muka dan kemeja batik. Dia tampak santai ketika hendak masuk dalam gedung lembaga antikorupsi ini.

Sementara, empat pihak lain tampak malu menutupi wajah menggunakan tangannya dan serempak menggenakan masker bewaran abu-abu. Namun, tetap tak ada kata yang terlontar dari mulut mereka. Awak media pun tampak geram karena masker mereka semua tak dilepas

Wakil Ketua KPK Basaria Panjaidtan menyebut, ditangkapnya Rommy ini berawal dari informasi masyarakat terkait adanya transaksi pengisian jabatan di Kemenag. Atas dasar itulah, Satgas KPK mengkroscek sesuai kewenangannya sebagai lembaga antikorupsi. “Sesuai pelaksanaan tugas dan kewenangan KPK, tentu kami harus menindaklanjuti hal tersebut,” ucap Basaria.

Kemudian, juru bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, dugaan transaksi yang dilakukan bukan hanya pertama kali melainkan sudah beberapa kali. Namun, dia tak merinci berapa nominal uang yang diamankan terkait transaksi ini. “Ada enam orang yang dibawa ke Jakarta, unsurnya ada Anggota DPR, Staf Anggota DPR, pejabat Kemenag daerah dan swasta,” tukasnya.

Atas dasar itu juga, tim akan melakukan pemeriksaan kembali di gedung KPK guna menentukan status hukum terhadap rommy. “Soal rencana konferensi pers malam ini atau besok pagi,” jelasnya.

Selain menangkap enam orang, termasuk Rommy, KPK juga menyita uang tunai dalam pecahan rupiah terkait OTT ini. Namun, mantan peneliti ICW ini belum dapat memastikan nominal uang yang disita tim di lapangan.

Aksi Kejar-kejaran

Penangkapan Rommy kemarin pagi, ternyata diwarnai drama kejar-kejaran dan teriakan yang menegangkan. Menurut sejumlah saksi mata yang bertugas sebagai penjaga JPO (jembatan penyeberangan orang) Basuki Rahmat menceritakan ada beberapa orang yang keluar dari tempat parkir di samping kiri Hotel Bumi Surabaya. “Pukul 08.00 WIB, ada orang keluar dari hotel. Keluar dari lobi. Ada ramai-ramai gitu,” kata saksi mata.

Saksi yang enggan menyebutkan namanya itu mengatakan, dari lokasinya yang berada di seberang jalan, terlihat ada dua orang yang ditangkap. Sementara itu, ada sekitar lima orang yang melakukan penangkapan.

Dia menyebut, saat ditangkap, salah satu orang tersebut dipegang pada kedua tangannya. Sedangkan satu orang lainnya terlihat dipiting atau lehernya dikalungi tangan. Namun beberapa orang yang menangkap tersebut tidak memakai seragam. “Ada dua orang yang ditangkap. Satunya dikekep, satunya dipegang tangannya gitu. Ada rame-rame orang, tapi ndak pakai seragam,” lanjutnya.

Selain itu, saksi tersebut melihat beberapa orang yang menangkap sambil membawa selembar kertas HVS putih. Dia menduga bisa saja itu surat penangkapan. “Dua orang ini dikejar sama kurang-lebih lima orang. Ada salah satu yang bawa kertas (bisa jadi surat OTT),” imbuhnya.

Saksi lainnya juga berbagi cerita. Petugas Linmas wanita yang enggan disebutkan namanya itu awalnya mendengar ada keributan di lokasi. Dia mendengar ada suara ramai orang-orang yang berteriak hendak menangkap. “Iya ramai gitu, denger teriakan juga,” lanjutnya.

Petugas Linmas itupun bergegas menghampiri keributan tersebut. Dia akhirnya naik lift untuk menyeberangi JPO. Namun, saat dia masih berada di JPO, keributan itu telah usai.

Sementara itu, Direktur Sales dan Marketing Hotel Bumi Surabaya Endah Retnowati membenarkan Ketum PPP Romahurmuziy saat itu memang menginap di Hotel Bumi. Namun pihaknya sama sekali tidak mengetahui soal penangkapan yang dilakukan KPK. “Saya tidak tahu detailnya. Dan saya tidak bisa memberikan informasi apa pun karena saya tidak tahu kejadiannya. Betul, Pak Rommy memang menginap di Hotel Bumi Surabaya,” kata Retno melalui sambungan telepon.

Sayangnya, hingga saat ini belum ada keterangan resmi dari KPK soal lokasi pasti penangkapan Romahurmuziy. “Betul ada giat KPK di Jatim. Saat ini sedang dilakukan pemeriksaan oleh KPK, bertempat di Polda Jatim,” kata Ketua KPK Agus Rahardjo. Namun Agus tidak menyebut siapa saja yang ditangkap. Dia juga belum menyebutkan kasus apa yang melatari OTT itu.

Sementara itu, seorang penyidik membenarkan penangkapan tersebut. Dia menyebut Rommy ditangkap pada pukul 09.00 WIB. Polisi juga memberikan pembenaran. “Benar,” ujar Kabid Humas Polda Jatim Kombes Barung Mangera saat dimintai konfirmasi. Pemeriksaan Romi dan pihak-pihak lainnya dilakukan di Mapolda Jatim.

Terkait penyelidikan kasus ini, penyidik KPK juga telah menyegel ruangan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. “Iya (disegel), iya benar. Jadi itu bagian dari proses yang memang harus dipenuhi oleh KPK,” kata Kepala Biro Humas, Data dan Informasi Kemenag Mastuki.

Dari foto yang diterima redaksi, pintu ruang kerja Kemenag terlihat tertutup rapat. Pegangan pintu itu diikat dengan KPK Line. Ada juga stempel KPK di pintu itu. Selain ruang Menteri Agama, ruang kerja Sekjen Kemenag juga disegel KPK.

Tim KPK juga mendatangi rumah Rommy di Jakarta Timur. Tim KPK tampak membawa tas ketika memasuki rumah Rommy. Mereka menyambangi rumah Rommy di Jalan Batu Ampar III RT 04 RW 03, Kramat Jati sekitar pukul 19.30 WIB. Ada empat orang dalam tim KPK itu yang semuanya mengenakan masker.

Tim KPK sempat tidak diizinkan masuk ke rumah itu. Seorang petugas KPK meminta agar pintu dibuka. Apabila tidak, maka seluruh rumah akan disegel. “Pak, bukain pak kalau nggak dibukain, saya segel satu rumah pak,” kata seorang petugas KPK perempuan.

Tim KPK itu akhirnya bisa masuk karena bantuan pihak RT. Keempat orang dari KPK langsung masuk ke dalam rumah Rommy.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) belum mau berbicara banyak tentang operasi tangkap tangan (OTT) KPK terhadap Ketua Umum PPP Romahurmuziy alias Rommy. Jokowi menunggu keterangan resmi dari KPK. “Saya masih menunggu keterangan resmi dari KPK. Sebelum ada keterangan resmi dari KPK, saya tidak mau berkomentar,” kata Jokowi saat ditemui wartawan di Gedung Serbaguna T Rizal Nurdin, Medan, Jumat (15/3).

Anggota Majelis Tinggi PPP Hasrul Azwar menyatakan, partai berlambang Kakbah itu tetap optimistis terkait elektabilitas, meski kini sang ketua umum, Romahurmuziy berurusan dengan KPK. Rommy terjaring dalam OTT KPK. “Kami dari dulu diajarkan optimis. Jadi tidak ada kekhawatiran, selalu optimis dan kami sudah berpengalaman untuk itu,” kata Hasrul di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (15/3).

Dia yakin elektabilitas PPP tidak tergerus karena peristiwa yang berkaitan dengan Rommy. Hasrul menyatakan PPP merupakan partai dengan pengalaman politik yang panjang.

Hasrul menceritakan saat Pileg 2014, PPP kerap diprediksi berbagai lembaga survei nasional tidak lolos ke parlemen. Namun, kenyataan berkata lain. “Tidak ada kekhawatiran bagi kami terkait elektabilitas. PPP sudah teruji,” tegas dia.

Namun, Hasrul mengaku belum bisa banyak berkomentar mengenai kasus hukum yang menjerat Rommy. PPP, kata dia, menunggu keterangan resmi dari KPK. “Kami menunggu keterangan resmi dari KPK. Sudah domainnya KPK, jadi kami tidak bisa menduga-duga, yang tahu persis adalah KPK,” tutur Hasrul.

Bukan secara kebetulan Ketua Umum PPP Romahurmuziy terciduk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Surabaya. Rommy, sapaan akrabnya, punya agenda sejak Rabu (13/3) di Jawa Timur.

Hari pertama, Rommy menghadiri acara halaqoh ulama terkait legislasi bernuansa syariah di Malang Raya. Hari Kamis (14/3) safari Rommy berlanjut ke Blitar dan Kediri bersama pimpinan daerah setempat.

Ketua DPW PPP Jatim, Musyafa Noer mengaku dirinya turut mendampingi Rommy, saat itu. Namun, Musyafa mengaku memilih pulang ke rumah tanpa ikut menemani ketuanya beristirahat di hotel.

“Nah kemarin malam (14/3) istirahat di Hotel Bumi Surabaya. Pagi jam 10 atau jam berapa, rencananya pulang. Saya sebagai DPW turut mendampingi karena sudah protap,” kata Musyafa kepada JawaPos.com, Jumat (15/3).

Terkait penangkapan Rommy oleh KPK, Musyafa mengaku baru tahu dari media, kemarin. Dia juga belum mengetahui pasti kasus seperti apa yang menjerat ketua partainya tersebut.

Musyafa menyatakan, akan menunggu informasi penetapan status Rommy dari KPK. Jika KPK menetapkan Rommy jadi tersangka, dirinya akan berkonsolidasi dengan DPP PPP masalah pemilihan pelaksanan tugas ketua umumnya. ”Kami harus hargai proses hukum oleh KPK. Kalau memang KPK menyatakan positif, tentu partai akan tegas dan strategis. Soal apakah ada Plt dan Plth, itu hak penuh DPP PPP. Yang penting tidak terjadi kekosongan,” kata Musyafa.

Plt atau Plh itu nanti yang akan mengomandani semua unsur partai untuk menghadapi Pemilu 2019 pada April mendatang. Meski, dirinya mengakui penangkapan Rommy, juga berdampak pada para caleg.

Musyafa mengatakan, beberapa caleg sempat down mendengar kabar penangkapan ketuanya. Untuk itu, dia berharap agar semua kader, terutama caleg PPP, tetap konsisten berkonsolidasi untuk upaya pemenangan.

“Sehingga, itu (penangkapan Rommy) lebih kepada pribadi. Bukan institusi partai. Kemudian, (caleg) harus menyadarkan masyarakat bahwa tetap PPP eksis dan konsis. Jangan putus asa,” tuturnya. (cuy/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/