25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Merpati Jual 17 Pesawat Tua

JAKARTA- Selain melakukan pembelian pesawat-pesawat baru, PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) juga menjual pesawat-pesawat tua yang sudah berusia di atas 20 tahun untuk menambah modal kerja (cashflow). Tahun ini Merpati melelang 17 pesawat Fokker 27, 28 dan CN 235.

“Tahun 2010 kita sudah jual tiga pesawat Fokker 28, satu Fokker 27 seharga Rp4,5 miliar  lalu satu unit CN 235 yang dibeli Rp300 juta per unit. Sebagian memang sudah tidak laik terbang. Yang ikut lelang kebanyakan dari dalam negeri,” kata Vice President Auction Asset Management Merpati, Purwatmo saat dihubungi kemarin. Lelang dilakukan melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).

Purwatmo mengatakan lelang pesawat seperti itu sangat diminati oleh pembeli. Sayangnya, lelang hanya diadakan dua kali dalam setahun. Padahal cukup banyak pesawat Merpati yang akan dilelang. “Awalnya kita diizinkan melelang 25 pesawat, tapi karena waktunya sempit, hanya dua kali dalam setahun, maka cuma terjual lima itu,”tambahnya.
Selain itu banyak calon pembeli yang menganggap barang lelang itu sebagai besi bekas sehingga nilainya dihitung kiloan. Padahal Merpati mendapatkan izin menjual dari pemerintah dalam bentuk unit.”Kalau dihitung beratnya satu pesawat itu paling cuma 16 ton harganya sekitar Rp120 juta. Tapi kita berhasil jual pesawat yang sudah tidak laik terbang itu dengan harga bagus,” tuturnya.

Bahkan satu pesawat Fokker 27 masih terjual seharga Rp4,5 miliar yang dibeli oleh salah satu Pemerintah Daerah di Papua. Namun pesawat itu harus diganti mesinnya agar kembali bisa terbang. Setelah ganti mesin, pesawat itu rencananya akan digunakan untuk melayani penerbangan Jayapura-Wamena. “Penjualan pesawat-pesawat ini berkontribusi besar dalam menunjang cashflow perusahaan,” ungkapnya. Menurut dia, penjualan pesawat-pesawat tersebut tidak akan menganggu operasional penerbangan. Pasalnya sebagian besar sudah tidak lagi digunakan.
Apalagi, jenis pesawat yang dijual yaitu Fokker 27, Fokker 28 dan CN 235 tidak lagi masuk dalam rencana pengadaan armada pesawat Merpati. “Kita tidak ada lagi rekruitmen pilot dari jenis pesawat-pesawat itu,” ungkapnya.

Pihaknya berharap Merpati terus dapat memperbarui armadanya seiring dengan pertumbuhan jumlah penumpang angkutan udara. Setelah berhasil menjual lima pesawat tahun lalu, Merpati akan kembali melelang 17 pesawat pada tahun ini, antara lain delapan unit pesawat Fokker 28, lalu sembilan unit Fokker 27 dan empat unit CN 235. “Sekarang sedang appraisal untuk menentukan harga jualnya,” kata dia.

Menurutnya, Direksi telah bekerja keras mengembalikan kejayaan Merpati meskipun banyak masalah yang harus diselesaikan. Dia menolak berkomentar saat ditanya mengenai pemecatan Ketua Umum Serikat Pekerja (Sekar) Merpati, Purwanto (sebelumnya ditulis Purwatmo), dan Ketua I Sekar, Indra Topan. “Fokus saya hanya memaksimalkan nilai aset,” tukasnya.

Setidaknya, kata dia, penjualan pesawat-pesawat yang sudah tua akan mengurangi jumlah armada yang ada di hangar Surabaya. Dengan begitu, kapasitasnya akan menjadi lebih luas untuk pesawat-pesawat baru, seperti dua unit MA 60 sehingga total menjadi 15 pesawat. Saat ini, Merpati juga memiliki 11 pesawat Boeing 737. “Pesawat-pesawat yang sudah tua, di atas 20 tahun kita jual, kalau tidak harganya akan terus turun,” jelasnya. (wir/iro/jpnn)

JAKARTA- Selain melakukan pembelian pesawat-pesawat baru, PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) juga menjual pesawat-pesawat tua yang sudah berusia di atas 20 tahun untuk menambah modal kerja (cashflow). Tahun ini Merpati melelang 17 pesawat Fokker 27, 28 dan CN 235.

“Tahun 2010 kita sudah jual tiga pesawat Fokker 28, satu Fokker 27 seharga Rp4,5 miliar  lalu satu unit CN 235 yang dibeli Rp300 juta per unit. Sebagian memang sudah tidak laik terbang. Yang ikut lelang kebanyakan dari dalam negeri,” kata Vice President Auction Asset Management Merpati, Purwatmo saat dihubungi kemarin. Lelang dilakukan melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).

Purwatmo mengatakan lelang pesawat seperti itu sangat diminati oleh pembeli. Sayangnya, lelang hanya diadakan dua kali dalam setahun. Padahal cukup banyak pesawat Merpati yang akan dilelang. “Awalnya kita diizinkan melelang 25 pesawat, tapi karena waktunya sempit, hanya dua kali dalam setahun, maka cuma terjual lima itu,”tambahnya.
Selain itu banyak calon pembeli yang menganggap barang lelang itu sebagai besi bekas sehingga nilainya dihitung kiloan. Padahal Merpati mendapatkan izin menjual dari pemerintah dalam bentuk unit.”Kalau dihitung beratnya satu pesawat itu paling cuma 16 ton harganya sekitar Rp120 juta. Tapi kita berhasil jual pesawat yang sudah tidak laik terbang itu dengan harga bagus,” tuturnya.

Bahkan satu pesawat Fokker 27 masih terjual seharga Rp4,5 miliar yang dibeli oleh salah satu Pemerintah Daerah di Papua. Namun pesawat itu harus diganti mesinnya agar kembali bisa terbang. Setelah ganti mesin, pesawat itu rencananya akan digunakan untuk melayani penerbangan Jayapura-Wamena. “Penjualan pesawat-pesawat ini berkontribusi besar dalam menunjang cashflow perusahaan,” ungkapnya. Menurut dia, penjualan pesawat-pesawat tersebut tidak akan menganggu operasional penerbangan. Pasalnya sebagian besar sudah tidak lagi digunakan.
Apalagi, jenis pesawat yang dijual yaitu Fokker 27, Fokker 28 dan CN 235 tidak lagi masuk dalam rencana pengadaan armada pesawat Merpati. “Kita tidak ada lagi rekruitmen pilot dari jenis pesawat-pesawat itu,” ungkapnya.

Pihaknya berharap Merpati terus dapat memperbarui armadanya seiring dengan pertumbuhan jumlah penumpang angkutan udara. Setelah berhasil menjual lima pesawat tahun lalu, Merpati akan kembali melelang 17 pesawat pada tahun ini, antara lain delapan unit pesawat Fokker 28, lalu sembilan unit Fokker 27 dan empat unit CN 235. “Sekarang sedang appraisal untuk menentukan harga jualnya,” kata dia.

Menurutnya, Direksi telah bekerja keras mengembalikan kejayaan Merpati meskipun banyak masalah yang harus diselesaikan. Dia menolak berkomentar saat ditanya mengenai pemecatan Ketua Umum Serikat Pekerja (Sekar) Merpati, Purwanto (sebelumnya ditulis Purwatmo), dan Ketua I Sekar, Indra Topan. “Fokus saya hanya memaksimalkan nilai aset,” tukasnya.

Setidaknya, kata dia, penjualan pesawat-pesawat yang sudah tua akan mengurangi jumlah armada yang ada di hangar Surabaya. Dengan begitu, kapasitasnya akan menjadi lebih luas untuk pesawat-pesawat baru, seperti dua unit MA 60 sehingga total menjadi 15 pesawat. Saat ini, Merpati juga memiliki 11 pesawat Boeing 737. “Pesawat-pesawat yang sudah tua, di atas 20 tahun kita jual, kalau tidak harganya akan terus turun,” jelasnya. (wir/iro/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/