JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta vaksinasi diintensifkan. Jokowi bahkan meminta agar bulan ini, vaksinasi bisa menjangkau 700 ribu orang per hari dan bulan depan naik menjadi 1 juta orang per hari.
Perintah presiden itu disampaikan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan persnya setelah mengikuti rapat terbatas, kemarinn
Budi menyatakan, target vaksinasi 1 juta orang per hari tersebut dibebankan kepada pemerintah daerah (pemda) dan TNI-Polri.
Untuk TNI-Polri, kata Budi, mereka diminta membantu dengan target vaksinasi 400 ribu orang per hari. Sedangkan sisanya, yakni 600 ribu orang, dibebankan kepada pemda. Hingga kemarin pertambahan vaksinasi baru menyentuh 265 ribu orang untuk vaksinasi tahap pertama. Percepatan vaksinasi harus dilakukan agar kekebalan komunitas atau herd immunity bisa segera tercapai.
Kemarin Jokowi memantau vaksinasi massal di tiga tempat, yakni di Stadion Patriot Candrabhaga (Kota Bekasi), Waduk Pluit, dan Rusun Tanah Tinggi (Jakarta). Dalam tiga kunjungannya, Jokowi kembali menekankan pentingnya mengejar ketercapaian herd immunity.
Daerah diberi target untuk mengejar vaksinasi pada 70 persen warga. DKI Jakarta, misalnya, pada pekan depan diberi target 100 ribu orang divaksin per hari. “Untuk akhir Agustus, sebanyak 7,5 juta penduduk Jakarta harus sudah divaksin,” tegasnya.
Jokowi mengakui, target itu memang terkesan ambisius. Namun harus dilakukan untuk melindungi masyarakat dari penularan Covid-19. Mantan wali kota Solo tersebut menyatakan sudah meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk menyusun teknis pelaksanaannya. “Dilihat dari jumlah vaksin dan segi hitung-hitungan, semua lancar,” ungkapnya.
Jakarta merupakan kota yang padat. Mobilitas manusianya pun cukup tinggi. Bahkan, mobilitas itu juga berpengaruh ke kota-kota penyangga. Sehingga percepatan vaksinasi diharapkan dapat mengurangi pertambahan kasus Covid-19.
Kemarin Jokowi juga mengadakan rapat terbatas dengan para menteri. Rapat tersebut membahas kenaikan kasus Covid-19 di beberapa tempat. “Kenaikan kasus di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah, ada beberapa langkah yang dilakukan pemerintah,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Menurut dia, rumah sakit (RS) diminta meningkatkan kapasitas untuk pasien Covid-19 hingga 40 persen. Terutama untuk kota-kota di zona merah.
Jika RS di zona merah sudah penuh, daerah di sekitarnya menjadi penopang. RS disiagakan untuk menampung mereka yang tidak tertangani di daerah asalnya. “Kalau Kudus ke Semarang, Bangkalan ke Surabaya,” ujarnya. Hotel-hotel juga disiapkan sebagai tempat isolasi.
Untuk melihat varian baru Covid-19, pemerintah juga akan mempercepat genome sequencing. Genome sequencing diharapkan bisa mendeteksi dengan cepat jika ada varian baru yang diderita pasien Covid-19. “Waktu pengecekan yang selama ini dua minggu akan ditekan menjadi satu minggu,” tegas Airlangga.
Airlangga juga memastikan bahwa PPKM mikro diperpanjang. Di zona merah, work from home (WFH) harus dilakukan untuk 75 persen dari jumlah karyawan. Artinya, yang masuk kantor hanya 25 persen. Airlangga menitikberatkan mereka yang masuk kantor tak boleh itu-itu saja. Harus ada rotasi. “Untuk kegiatan belajar-mengajar, kecamatan yang zona merah 100 persen daring,” tuturnya.
Di zona merah, tempat ibadah akan ditutup selama dua pekan ini. Pemerintah tengah menyiapkan instruksi Mendagri untuk mengatur penutupan itu. “Daerah seperti Kudus dan Bangkalan, diharapkan ada penambahan petugas untuk meningkatkan ketertiban masyarakat,” ujarnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam kesempatan yang sama menyatakan, penerapan protokol kesehatan di lapangan harus betul-betul dilakukan. “Penularan di klaster keluarga terjadi karena aktivitas mudik, pariwisata, dan makan bersama,” kata Budi. Presiden, menurut dia, meminta tiga aktivitas yang berpeluang membuka masker itu diawasi ketat. Dia juga mengatakan bahwa Covid-19 varian delta atau B1617 sudah menyebar di beberapa wilayah. Varian asal India itu sudah masuk di Jakarta, Kudus, dan Bangkalan. Varian baru tersebut lebih cepat menular meski tidak mematikan. Karena itu, protokol kesehatan dan vaksinasi menjadi perhatian pemerintah.
Sementara itu, Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya saat ini tengah mengidentifikasi 24 sampel virus dari kasus Covid-19 di Bangkalan, Madura. Tiga sampel berhasil diidentifikasi dan hasilnya telah diserahkan kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hasil sementara, tiga sampel virus tersebut menunjukkan ciri-ciri yang mirip seperti varian korona Delta India di Kudus.
Rektor Unair Mohammad Nasih menyatakan, varian sampel virus yang masuk di ITD Unair masih kurang sempurna. Jadi, di antara total 24 sampel virus dari Madura yang kini dites whole genome sequencing (WGH), baru tiga sampel yang sempurna diidentifikasi. “Yang lainnya masih dalam proses identifikasi oleh tim di ITD,” katanya kepada Jawa Pos kemarin.
Dari tiga sampel yang berhasil diidentifikasi secara sempurna tersebut, lanjut Nasih, hasilnya sudah diserahkan ke Kemenkes, gubernur Jawa Timur, dan kepala dinas kesehatan yang terkait. “Hasilnya tampaknya tidak jauh-jauh dari varian yang ada di Kudus. Ciri-cirinya menyerupai,” ujarnya.
Nasih menambahkan, 24 sampel yang ada di ITD terus diproses identifikasi. Itu sebabnya, pihaknya belum bisa menyimpulkan secara pasti jenis varian virus dari Madura tersebut. “Tunggu semua sampel yang masuk diidentifikasi secara sempurna,” tuturnya.
Meski begitu, Nasih menjelaskan, persebaran virus yang sangat cepat membutuhkan kebijakan khusus untuk Madura. Begitu juga penanganannya yang harus spesifik. “Dibutuhkan ikhtiar-ikhtiar yang sebaik-baiknya. Mumpung belum kewalahan,” ucapnya.
Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) Unair sendiri mengalami peningkatan kasus Covid-19 dari Madura, yakni dari yang sebelumnya jumlah pasien Covid-19 asal Madura 20-an kini menjadi 50-an. “Ini menandakan adanya peningkatan tajam dan persebarannya sangat cepat. Jadi perlu antisipasi,” ungkapnya.
Nasih menambahkan, RSKI memiliki 100 tempat tidur (bed) dan sudah terisi 60-an. Artinya, sudah 60 persen bed occupancy rate (BOR) di RSKI yang terisi. Harapannya, persebaran virus dapat diantisipasi sebaik-baiknya. Pengetatan jalan keluar masuk Madura-Surabaya melalui jalur Jembatan Suramadu adalah salah satu caranya. “Kalau bertambah, rumah sakit bisa kewalahan lagi,” ujarnya.
Unair sendiri, lanjut Nasih, juga sudah mengambil langkah antisipasi. Terhadap seluruh dosen dan pegawai Unair yang rumahnya di Madura, saat ini diterapkan sistem work from home (WFH). Selain itu, Unair siap menerjunkan dokter-dokter yang memiliki kemampuan bahasa Madura untuk membantu memberikan sosialisasi kepada masyarakat Madura. “Dokter-dokter yang diterjunkan dapat memberikan pengertian dengan bahasa Madura yang simpel. Jadi, warga Madura mudah paham dibanding menggunakan bahasa Indonesia,” kata dia. (jpc)