27 C
Medan
Monday, June 24, 2024

Raja Narkoba Indonesia Tertangkap

JAKARTA- Petugas dari Direktorat Narkoba Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri  berhasil menyita 200.000 butir ekstasi warna abu-abu, kuning dan merah, 10 kilogram bahan baku sabu (ketamine), dan 15 kg sabu-sabu dari tangan AO alias Aliong yang disebut-sebut sebagai raja narkoba Indonesia.

Begitupun sudah mengungkap jaringan besar ekstasi Belanda itu, polisi masih memburu seorang lagi yang menjadi big bos dibalik mafia jaringan narkoba tingkat internasional tersebut. Mereka adalah BC dan RS dari Timur Tengah.

“Dari hasil pengembangan, AO adalah seorang raja narkoba yang mengedarkan narkoba di seluruh wilayah Indonesia, antara lainya Medan, Palembang, Surabaya, Jakarta, Bali, Semarang, Kalimantan dan Yogyakarta,” ungkap Direktur Narkoba Bareskrim Polri, Brigjen Arman Depari, di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Sabtu (15/9).

“Ada seorang bos besar, inisialnya rahasia, masih kita buru,” terang Arman lagi.

Arman menjelaskan, tersangka itu diduga yang menjadi pengimpor barang haram itu dari Belanda. Diduga ekstasi masuk lewat pelabuhan kecil. Ada 2 jenis ekstasi, jenis merah yang dua kali lebih kuat dan berkualitas bagus, serta yang berwarna abu-abu.

Ditemukan juga sabu yang diduga berasal dari Iran. Sang bos narkoba ini mendapatkan barang haram itu dari pengendali lainnya yang di luar negeri.
“Pengendali jaringan ini BC dan RS. BC ini dulu warga Indonesia, tapi kini sudah jadi warga Belanda. Sedang RS berkebangsaan dari Timur Tengah,” tukas Arman.

Polisi berhasil melacak jaringan ini atas pengembangan sejumlah pengedar ‘kakap’ pada operasi sebelumnya. Para pelaku yang berjumlah tiga orang yang ditangkap itu diciduk dari lokasi berbeda, yakni dari Pelabuhan Merak, Stasiun Gambir, dan Surabaya. “Barang-barang itu hendak disebar di Jakarta, Bali, Palembang, Kalimantan,” tuturnya.

Diduga, kelompok ini merupakan bagian dari mafia narkoba di Indonesia. “Ini mafia, kita duga sudah beberapa kali melakukan penyelundupan,” urainya.
Arman menjelaskan, tertangkapnya AO berawal dari pengembangan kasus narkotika yang terungkap beberapa waktu lalu. Dalam kasus itu, polisi menangkap SJ di Merak.  Saat ditangkap SJ akan mengantar 800 butir ekstasi dan 1 kilogram sabu-sabu ke Palembang.

Dari penangkapan tersebut kemudian dilakukan pengembangan dan petugas kembali menangkap JR di Stasiun Gambir, Jakarta. Ketika itu JR hendak berangkat ke Surabaya. Dari JR muncul nama AO yang akan ditemuinya di Surabaya.

“Kemudian tim kami bergerak membawa serta JR dan meringkus AO di Surabaya, di dalam rumahnya, tanpa ada perlawanan,” ujarnya.
Begitu penangkapan AO selesai, baik AO dan JR yang diduga sebagai anggota jaringan narkoba internasional terbesar di Indonesia itu, langsung diterbangkan petang itu juga ke Mabes Polri. Mereka diangkut dengan menggunakan pesawat Garuda GA 321 dari Bandara Juanda Surabaya. Dengan pengawalan ketat polisi keduanya tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (15/9) pukul 17.04 WIB.

Dalam kronologis yang disampaikan kepada wartawan, Arman mengungkapkan, kedua tersangka yang tertangkap dengan barang bukti total ekstasi sebanyak 200.000 butir, sabu 15 kg dan ketamine 10 kg itu berawal dari ditangkapnya Syahril yang kedapatan membawa ekstasi sebanyak 20 ribu butir dan beberapa gram sabu di wilayah Merak, Banten beberapa waktu lalu.

Setelah dikembangkan, petugas mendapatkan nama JR  yang hendak mengirimkan barang terlarang itu ke Surabaya. Akibatnya JR  yang akan pergi ke Surabaya dengan menggunakan kereta dibekuk di Stasiun Gambir, Jakarta. Dari situ petugas mengembangkan kasus itu ke pelaku lainnya yakni AO di Surabaya.

Lebih jauh Arman menjelaskan, kedua tersangka ini merupakan target operasi polisi sejak dua tahun lalu. Mengingat di sejumlah penangkapan, seperti 80.000 ekstasi di Surabaya 2011 lalu dan sejumlah tempat lainnya juga melibatkan mereka.

Ditanya darimana barang terlarang yang berstandar internasional itu dikirim, Arman mengatakan masih dalam penyelidikan. Namun demikian pihaknya menduga ekstasi itu dikirim dari Belanda dan sabu serta ketamin dari Iran.

Selama proses menunggu kedatangan pelaku di bandara, petugas Polres Bandara Soekarno-Hatta menjaga ketat di Terminal II-F bandara internasional tersebut saat aparat dari Polda Metro Jaya akan membawa si raja narkoba AO dari Surabaya ke Jakarta.

Akibatnya, para calon penumpang dan pengantar serta awak penerbangan yang ada di terminal tersebut bertanya-tanya. “Ada apa ini,” kata salah satu pramugari sebuah penerbangan kepada salah satu wartawan yang akan meliput kedatangan raja narkoba tersebut.

Namun setelah diberitahu, pramugari itu lansung berkata, “ohhhh” sambil ngeluyur menuju pintu keluar Terrmianl II-F. Begitu pula dengan calon penumpang maupun pengantar lainnya.

Mereka sempat kaget dan kelihatan agak tegang ketika melihat puluhan petugas kepolisian berseragam berjajar di pintu keluar terminal itu.
Terlebih-lebih saat melihat mobil tahanan yang stand by dan di sampingnya dijaga petugas tidak berseragam dengan membawa senjata laras panjang. (net/jpnn)

JAKARTA- Petugas dari Direktorat Narkoba Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Polri  berhasil menyita 200.000 butir ekstasi warna abu-abu, kuning dan merah, 10 kilogram bahan baku sabu (ketamine), dan 15 kg sabu-sabu dari tangan AO alias Aliong yang disebut-sebut sebagai raja narkoba Indonesia.

Begitupun sudah mengungkap jaringan besar ekstasi Belanda itu, polisi masih memburu seorang lagi yang menjadi big bos dibalik mafia jaringan narkoba tingkat internasional tersebut. Mereka adalah BC dan RS dari Timur Tengah.

“Dari hasil pengembangan, AO adalah seorang raja narkoba yang mengedarkan narkoba di seluruh wilayah Indonesia, antara lainya Medan, Palembang, Surabaya, Jakarta, Bali, Semarang, Kalimantan dan Yogyakarta,” ungkap Direktur Narkoba Bareskrim Polri, Brigjen Arman Depari, di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Sabtu (15/9).

“Ada seorang bos besar, inisialnya rahasia, masih kita buru,” terang Arman lagi.

Arman menjelaskan, tersangka itu diduga yang menjadi pengimpor barang haram itu dari Belanda. Diduga ekstasi masuk lewat pelabuhan kecil. Ada 2 jenis ekstasi, jenis merah yang dua kali lebih kuat dan berkualitas bagus, serta yang berwarna abu-abu.

Ditemukan juga sabu yang diduga berasal dari Iran. Sang bos narkoba ini mendapatkan barang haram itu dari pengendali lainnya yang di luar negeri.
“Pengendali jaringan ini BC dan RS. BC ini dulu warga Indonesia, tapi kini sudah jadi warga Belanda. Sedang RS berkebangsaan dari Timur Tengah,” tukas Arman.

Polisi berhasil melacak jaringan ini atas pengembangan sejumlah pengedar ‘kakap’ pada operasi sebelumnya. Para pelaku yang berjumlah tiga orang yang ditangkap itu diciduk dari lokasi berbeda, yakni dari Pelabuhan Merak, Stasiun Gambir, dan Surabaya. “Barang-barang itu hendak disebar di Jakarta, Bali, Palembang, Kalimantan,” tuturnya.

Diduga, kelompok ini merupakan bagian dari mafia narkoba di Indonesia. “Ini mafia, kita duga sudah beberapa kali melakukan penyelundupan,” urainya.
Arman menjelaskan, tertangkapnya AO berawal dari pengembangan kasus narkotika yang terungkap beberapa waktu lalu. Dalam kasus itu, polisi menangkap SJ di Merak.  Saat ditangkap SJ akan mengantar 800 butir ekstasi dan 1 kilogram sabu-sabu ke Palembang.

Dari penangkapan tersebut kemudian dilakukan pengembangan dan petugas kembali menangkap JR di Stasiun Gambir, Jakarta. Ketika itu JR hendak berangkat ke Surabaya. Dari JR muncul nama AO yang akan ditemuinya di Surabaya.

“Kemudian tim kami bergerak membawa serta JR dan meringkus AO di Surabaya, di dalam rumahnya, tanpa ada perlawanan,” ujarnya.
Begitu penangkapan AO selesai, baik AO dan JR yang diduga sebagai anggota jaringan narkoba internasional terbesar di Indonesia itu, langsung diterbangkan petang itu juga ke Mabes Polri. Mereka diangkut dengan menggunakan pesawat Garuda GA 321 dari Bandara Juanda Surabaya. Dengan pengawalan ketat polisi keduanya tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu (15/9) pukul 17.04 WIB.

Dalam kronologis yang disampaikan kepada wartawan, Arman mengungkapkan, kedua tersangka yang tertangkap dengan barang bukti total ekstasi sebanyak 200.000 butir, sabu 15 kg dan ketamine 10 kg itu berawal dari ditangkapnya Syahril yang kedapatan membawa ekstasi sebanyak 20 ribu butir dan beberapa gram sabu di wilayah Merak, Banten beberapa waktu lalu.

Setelah dikembangkan, petugas mendapatkan nama JR  yang hendak mengirimkan barang terlarang itu ke Surabaya. Akibatnya JR  yang akan pergi ke Surabaya dengan menggunakan kereta dibekuk di Stasiun Gambir, Jakarta. Dari situ petugas mengembangkan kasus itu ke pelaku lainnya yakni AO di Surabaya.

Lebih jauh Arman menjelaskan, kedua tersangka ini merupakan target operasi polisi sejak dua tahun lalu. Mengingat di sejumlah penangkapan, seperti 80.000 ekstasi di Surabaya 2011 lalu dan sejumlah tempat lainnya juga melibatkan mereka.

Ditanya darimana barang terlarang yang berstandar internasional itu dikirim, Arman mengatakan masih dalam penyelidikan. Namun demikian pihaknya menduga ekstasi itu dikirim dari Belanda dan sabu serta ketamin dari Iran.

Selama proses menunggu kedatangan pelaku di bandara, petugas Polres Bandara Soekarno-Hatta menjaga ketat di Terminal II-F bandara internasional tersebut saat aparat dari Polda Metro Jaya akan membawa si raja narkoba AO dari Surabaya ke Jakarta.

Akibatnya, para calon penumpang dan pengantar serta awak penerbangan yang ada di terminal tersebut bertanya-tanya. “Ada apa ini,” kata salah satu pramugari sebuah penerbangan kepada salah satu wartawan yang akan meliput kedatangan raja narkoba tersebut.

Namun setelah diberitahu, pramugari itu lansung berkata, “ohhhh” sambil ngeluyur menuju pintu keluar Terrmianl II-F. Begitu pula dengan calon penumpang maupun pengantar lainnya.

Mereka sempat kaget dan kelihatan agak tegang ketika melihat puluhan petugas kepolisian berseragam berjajar di pintu keluar terminal itu.
Terlebih-lebih saat melihat mobil tahanan yang stand by dan di sampingnya dijaga petugas tidak berseragam dengan membawa senjata laras panjang. (net/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/