29 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Hadirkan Kampanye CHSE di Mandalika, Kemenparekraf Bangkitkan Industri Event dan Pariwisata

MANDALIKA, SUMUTPOS.CO –  Kondisi pandemi menghadirkan tantangan tersendiri bagi para penggiat event.  Perubahan situasi dan regulasi yang ada, mendorong  penggiat event  untuk terus berkreasi, mempelajari hal hal baru  dan mengoptimalkan segala potesi yang ada. Seperti diakui  para profesional kreatif yang ada di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada kesempatan sosialisasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) melalui programCerita Protokol CHSE Event (CERPEN)yang digelarKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI) di Mandalika, NTB, 11 November 2021.

Diakui para kreator lokal ini,  di masa kenormalan baru, mereka membutuhkan panduan/ arahan tentang penerapan penyelenggaraan acara dan pariwisata yang aman dan nyaman bagi semua masyarakat. Dan dengan protokol  CHSE, sejumlah event yang sangat menarik perhatian wisatawan segera digelar di daerah ini.  Karenanya mereka sangat menyambut baik kegiatan sosialisasi CHSE melalui programCERPEN Kemenparekraf.

Sosialisasi CHSE  ini sendiri bertujuan untuk memberikan panduan serta pemahaman bagi para pelaku event daerah terkait penerapan protokol CHSE saat penyelenggaraan event.

“Dengan adanya buku Panduaan CHSE event ini, diharapkan teman-teman event dapat bangkit kembali untuk berkreativitas dan berkreatifitas serta menyelenggarakan event  kembali dengan tetap menerapkan protokol kesehatan” ujar Vicky Apriansyah, Sub Koordinator Strategi Event Daerah Kemenparekraf.

Dikatakan Vicky, untuk membangkitkan kembali industri event, Kemenparekraf berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, Polri, asosiasi serta penyelenggara event dalammenyosialisasikan protokol kesehatan event dalam bentuk buku panduan CHSE. Panduan ini memuat berbagai protokol kenormalan baru untuk penyelenggaraan acara, mulai dari sebelum acara (pre-event), selama acara berlangsung (on event), dan sesudahnya (post-event).

Berbagai protokol seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan/menggunakan hand sanitizer, pengaturan kapasitas ruangan dan kegiatan keramaian diharapkan mampu memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh penyelenggara, pengisi acara dan pengunjung.

Vicky juga menambahkan, “Dalam situasi pandemi COVID-19, industri event harus dapat beradaptasi, berinovasi, dan berkolaborasi sehingga penyelenggaran acara di masa pandemi dapat dijadikan momentum untuk pemulihan ekonomi. Tentunya pelaksanaan acara tetap harus memperhatikan protokol kesehatan (prokes) yang ketat, karena prokes ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah tapi tanggung jawab kita bersama para pelaku event: penyelenggara, pengisi acara maupun pengunjung acara.

Sosialisasi panduan CHSE untuk event, atau CERPEN di Mandalika, NTB, digelar dalam format media gathering, yang melibatkan para profesional kreatif NTB untuk saling berbagi pandangan serta pengalaman dalam menyelenggarakan acara, dengan protokol kenormalan baru.

Pembicara yang hadir di antaranya Vicky Apriansyah, Lalu Chandra Yudistira, CEO Gudang Mahakarya Indonesia selaku event organizer “Festival Bau Nyale” dan Andre Satriawan, CEO Aksara, atau event organizer di balik “Pesona Khazanah Ramadhan.”

Festival Bau Nyale  harus digelar secara daring tahun lalu. Padahal, setiap tahunnya event ini selalu menarik banyak wisatawan domestik dan internasional untuk mengunjungi Lombok dan NTB.

“Pandemi mendorong kita, para penggiat event, untuk terus belajar hal-hal baru yang selama ini belum kami optimalkan. Seperti menggelar event secara hybrid dengan penguasaan teknis live broadcast dan kreativitas yang berbeda. Kita dituntut untuk semakin jeli menemukan hal-hal yang unik sehingga orang tertarik untuk menyaksikan event kita, apapun formatnya, hingga selesai,” ujar Lalu.

Tantangan serupa juga dialami oleh Andre Satriawan sebagai penyelenggara event “Pesona Khazanah Ramadhan.” Sejak pertama kali digelar di tahun 2020, event yang menekankan pada pameran dan kuliner wisata halal di NTB ini harus digelar secara daring akibat pandemi.

“Di tahun 2021, setelah ada pelonggaran PPKM, akhirnya memungkinkan kami untuk menggelar acara secara hybrid. Karena itu, tahun ini, kita mengadakan bazaar Ramadhan, namun dengan protokol CHSE yang ketat. Jumlah audiens dibatasi, ada fasilitas cuci tangan dan pembagian masker,“ jelas Andre.

Setelah Medan, Surabaya, Yogyakarta, dan Mandalika, Kemenparekraf juga akan menggelar CERPEN untuk sosialisasi protokol CHSE terkait penyelenggaraan acara di Makassar.  Untuk informasi lebih lanjut tentang kampanye CHSE, silakan kunjungi chse.kemenparekraf.go.id. (*/sih)

MANDALIKA, SUMUTPOS.CO –  Kondisi pandemi menghadirkan tantangan tersendiri bagi para penggiat event.  Perubahan situasi dan regulasi yang ada, mendorong  penggiat event  untuk terus berkreasi, mempelajari hal hal baru  dan mengoptimalkan segala potesi yang ada. Seperti diakui  para profesional kreatif yang ada di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada kesempatan sosialisasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability) melalui programCerita Protokol CHSE Event (CERPEN)yang digelarKementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI) di Mandalika, NTB, 11 November 2021.

Diakui para kreator lokal ini,  di masa kenormalan baru, mereka membutuhkan panduan/ arahan tentang penerapan penyelenggaraan acara dan pariwisata yang aman dan nyaman bagi semua masyarakat. Dan dengan protokol  CHSE, sejumlah event yang sangat menarik perhatian wisatawan segera digelar di daerah ini.  Karenanya mereka sangat menyambut baik kegiatan sosialisasi CHSE melalui programCERPEN Kemenparekraf.

Sosialisasi CHSE  ini sendiri bertujuan untuk memberikan panduan serta pemahaman bagi para pelaku event daerah terkait penerapan protokol CHSE saat penyelenggaraan event.

“Dengan adanya buku Panduaan CHSE event ini, diharapkan teman-teman event dapat bangkit kembali untuk berkreativitas dan berkreatifitas serta menyelenggarakan event  kembali dengan tetap menerapkan protokol kesehatan” ujar Vicky Apriansyah, Sub Koordinator Strategi Event Daerah Kemenparekraf.

Dikatakan Vicky, untuk membangkitkan kembali industri event, Kemenparekraf berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, Polri, asosiasi serta penyelenggara event dalammenyosialisasikan protokol kesehatan event dalam bentuk buku panduan CHSE. Panduan ini memuat berbagai protokol kenormalan baru untuk penyelenggaraan acara, mulai dari sebelum acara (pre-event), selama acara berlangsung (on event), dan sesudahnya (post-event).

Berbagai protokol seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan/menggunakan hand sanitizer, pengaturan kapasitas ruangan dan kegiatan keramaian diharapkan mampu memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh penyelenggara, pengisi acara dan pengunjung.

Vicky juga menambahkan, “Dalam situasi pandemi COVID-19, industri event harus dapat beradaptasi, berinovasi, dan berkolaborasi sehingga penyelenggaran acara di masa pandemi dapat dijadikan momentum untuk pemulihan ekonomi. Tentunya pelaksanaan acara tetap harus memperhatikan protokol kesehatan (prokes) yang ketat, karena prokes ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah tapi tanggung jawab kita bersama para pelaku event: penyelenggara, pengisi acara maupun pengunjung acara.

Sosialisasi panduan CHSE untuk event, atau CERPEN di Mandalika, NTB, digelar dalam format media gathering, yang melibatkan para profesional kreatif NTB untuk saling berbagi pandangan serta pengalaman dalam menyelenggarakan acara, dengan protokol kenormalan baru.

Pembicara yang hadir di antaranya Vicky Apriansyah, Lalu Chandra Yudistira, CEO Gudang Mahakarya Indonesia selaku event organizer “Festival Bau Nyale” dan Andre Satriawan, CEO Aksara, atau event organizer di balik “Pesona Khazanah Ramadhan.”

Festival Bau Nyale  harus digelar secara daring tahun lalu. Padahal, setiap tahunnya event ini selalu menarik banyak wisatawan domestik dan internasional untuk mengunjungi Lombok dan NTB.

“Pandemi mendorong kita, para penggiat event, untuk terus belajar hal-hal baru yang selama ini belum kami optimalkan. Seperti menggelar event secara hybrid dengan penguasaan teknis live broadcast dan kreativitas yang berbeda. Kita dituntut untuk semakin jeli menemukan hal-hal yang unik sehingga orang tertarik untuk menyaksikan event kita, apapun formatnya, hingga selesai,” ujar Lalu.

Tantangan serupa juga dialami oleh Andre Satriawan sebagai penyelenggara event “Pesona Khazanah Ramadhan.” Sejak pertama kali digelar di tahun 2020, event yang menekankan pada pameran dan kuliner wisata halal di NTB ini harus digelar secara daring akibat pandemi.

“Di tahun 2021, setelah ada pelonggaran PPKM, akhirnya memungkinkan kami untuk menggelar acara secara hybrid. Karena itu, tahun ini, kita mengadakan bazaar Ramadhan, namun dengan protokol CHSE yang ketat. Jumlah audiens dibatasi, ada fasilitas cuci tangan dan pembagian masker,“ jelas Andre.

Setelah Medan, Surabaya, Yogyakarta, dan Mandalika, Kemenparekraf juga akan menggelar CERPEN untuk sosialisasi protokol CHSE terkait penyelenggaraan acara di Makassar.  Untuk informasi lebih lanjut tentang kampanye CHSE, silakan kunjungi chse.kemenparekraf.go.id. (*/sih)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/