28.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Pengebom Dipimpin ‘Panglima’ Upik

Giliran Kapolda DIY Diteror

JAKARTA-Jejak bom buku di ibukota mulai terang. Penyidik mulai menemukan petunjuk dari sisa rangkaian, sisa bahan, teknik mebuatan dan strategi serangan bom. Saat ini, indikasi terkuat, bom buku di tiga tempat Selasa (15/03) lalu dilakukan oleh sisa-sisa kelompok alumni konflikPoso yang dipimpin oleh Upik Lawanga.
“Bom signature sejak awal sudah mengarah kesana.

Kami semakin yakin setelah mengurai bom ketiga di rumah pak Yapto,” kata sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos) di lingkungan anti teror kemarin. Bom di rumah Yapto Soerjosoemarno, Ketua Umum ormas Pemuda Pancasila  dijinakkan oleh Satuan Gegana Mabes Polri pada Selasa (15/03) menjelang tengah malam di rumah Yapto, jalan Benda, Ciganjur, Jakarta Selatan .

“Rangkaiannya tiga kabel, sumber arusnya  sama dengan bom utan kayu yakni  baterai handphone Nokia 3315 sekitar 3,7 volt,” tambahnya. Seperti diketahui, ada tiga bom meneror ibukota Selasa lalu. Jika bom di jalan Utan Kayu 68 H meledak karena kecerobohan, bom di BNN harus segera diledakkan di basement. Nah, bom di rumah Yapto sempat diurai sebelum dilakukan peledakan.
Bom di rumah Yapto semakin menguatkan keterlibatan kelompok Upik Lawanga. “Foto rangkaian kami tunjukkan ke Eko (salah seorang tahanan kasus terorisme, anak buah Upik) dan dia mengangguk,?katanya.

Eko Budi Wardoyo adalah tahanan kasus terorisme yang tertangkap di Sidoarjo, Januari 2010.  Pria berumur 32 tahun itu kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur terlibat peledakan bom di Pasar Tentena, Poso, Sulawesi Tengah, 28 Mei 2005. Akibat aksi terorisme itu, 22 orang meninggal dan 93 luka-luka.

Selain peledakan di Pasar Tentena, Eko diduga terlibat penembakan terhadap Pendeta Susiyanti di Tinulele serta perampokan toko emas di Pasar Tua, Poso.

Eko adalah salah satu pelapis Taufik Bulaga alias Upik Lawanga. Ahli bom termos (rangkaian bom yang diletakkan di bawah termos, sehingga bom meledak jika termos diangkat) itu diburu sejak 2006. Upik diduga sempat datang ke Jatiasih, Bekasi, untuk bertemu Noordin M. Top pada Februari 2009.

Upik pernah beraksi pada 28 Mei 2005, dua bom meledak berurutan pukul 08.00 Wita. Sekitar 15 menit kemudian, satu bom lagi meledak 20 meter dari lokasi bom pertama di tengah pasar ketika dipenuhi penjual dan pembeli. Berdasar catatan polisi, bom di Pasar Tentena merupakan bom terbesar di antara bom yang meledak di Poso sebelumnya.

Beberapa tersangka, sebelum Eko, sudah divonis. Misalnya, Muhammad Basri alias Bagong yang tersangkut lima kasus terorisme pada 18 Juli 2004 hingga 22 Januari 2007. Dia divonis 19 tahun penjara. Selain itu, ada Ridwan alias Duan, Ardin Djantu alias Rojak, dan Tugiran alias Iran. Masing-masing divonis 14 tahun penjara.

Setelah para pimpinan kelompok teror tertangkap satu-persatu, Upik yang berada di lapangan. “Noordin tewas, Dulmatin tewas, Mustaqim di tahanan, Sonata di tahanan, operator lapangannya yang belum (ditangkap) Upik,” kata sumber Jawa Pos yang pernah kursus anti teror di Manila, Filipina itu.

Kelompok Upik ini juga jago membuat berbagai bom. Selain bom termos yang dibuat dengan casing termos ada juga bom senter. Jika tombol on pada senter ditekan, akan meledak.

Lalu, bom kardus. Jika tutup kardus dibuka, tali picu detonator terangkat dan meledak. Juga yang menjadi standar baku kelompok ini adalah bom pipa. Tekniknya dibuat dengan pipa besi yang dimampatkan dengan mesiu. Digunakan dengan cara dilempar atau disulut seperti petasan. Aneka macam bom itu digunakan untuk melawan aparat di Poso dalam durasi 2006-2007. Dalam penggerebegan Tanah Runtuh tahun 2007, puluhan bom model itu disita Satgas Poso yang waktu itu dipimpin Tito Karnavian (sekarang deputi di  BNPT).

Dua kakak beradik dalang bom JW Marriott dan Ritz Carlton yakni Muhamad Syahrir dan Syaifuddin Zuhri juga “sangu” bom pipa dalam pelariannya. Saat digerebeg di Ciputat pada  2009, Syaifuddin sempat melawan dengan melempar bom ini ke aparat.

Teror Baru

Kemarin, teror bom  ditujukan kepada Kapolda DIY Brigjen Pol Ondang Sutarsa Budhi. Teror bom itu disampaikan melalui surat yang dikirimkan ke rumah Ondang yang berlokasi di daerah Ring Road Utara sekitar pukul 17.00 WIB. Namun ketika dikonfirmasi, Ondang hanya menanggapi dengan santai.

“Yang mengirim itu ya hanya orang iseng saja kok,” jawabnya sambil tertawa kecil.

Ia mengatakan pihaknya tetap waspada. Ketika ditanya apa isi surat tersebut, Ondang juga tak mau membocorkannya. “Tulisannya jelek, jadi tidak jelas,” ujarnya. Lantas ketika ditanya siapa pengirim surat tersebut, apakah terkait dengan demonstrasi ormas tertentu yang menuntut pelarangan Ahmadiyah, ia menampik. Dia hanya menjawab, “Ah, tidak.”

Sambil berseloroh Kapolda mengatakan pengirim ancaman bom itu merupakan warga lokal, bukan seperti pelaku teror besar selama ini. Tim Gegana Polda DIY telah menyisir rumah Kapolda DIY.

Sementara itu, Polda Sumut mengimbau msyarakat Sumut yang sudah kondusif dengan memberikan tiga langkah.
“ Imbauan Poldasu dengan memberikan 3 langkah yaitu preventif, persuasif dan resefrensif agar Sumut tetap kondusif, “ ujar Kabid Humas Poldasu, Kombes Pol Heri Subiansaori, Rabu (16/3).

Dijelaskan Heri, tindakan preventif dilakukan dengan mengambil langkah memberi imbauan kepada masyarakat. Hati-hati menerima paket yang dikirim ke rumah.

Sedangkan tindakan persuasif, jika menemukan barang yang mencurigakan segera meleporkannya ke polisi. Sedangkan tindakan resfrensif, polisimejaga kekondusifan Sumut (adl/bay/rdl/kuh/mos/jpnn) (rdl/kuh/mos/jpnn)

Giliran Kapolda DIY Diteror

JAKARTA-Jejak bom buku di ibukota mulai terang. Penyidik mulai menemukan petunjuk dari sisa rangkaian, sisa bahan, teknik mebuatan dan strategi serangan bom. Saat ini, indikasi terkuat, bom buku di tiga tempat Selasa (15/03) lalu dilakukan oleh sisa-sisa kelompok alumni konflikPoso yang dipimpin oleh Upik Lawanga.
“Bom signature sejak awal sudah mengarah kesana.

Kami semakin yakin setelah mengurai bom ketiga di rumah pak Yapto,” kata sumber Jawa Pos (grup Sumut Pos) di lingkungan anti teror kemarin. Bom di rumah Yapto Soerjosoemarno, Ketua Umum ormas Pemuda Pancasila  dijinakkan oleh Satuan Gegana Mabes Polri pada Selasa (15/03) menjelang tengah malam di rumah Yapto, jalan Benda, Ciganjur, Jakarta Selatan .

“Rangkaiannya tiga kabel, sumber arusnya  sama dengan bom utan kayu yakni  baterai handphone Nokia 3315 sekitar 3,7 volt,” tambahnya. Seperti diketahui, ada tiga bom meneror ibukota Selasa lalu. Jika bom di jalan Utan Kayu 68 H meledak karena kecerobohan, bom di BNN harus segera diledakkan di basement. Nah, bom di rumah Yapto sempat diurai sebelum dilakukan peledakan.
Bom di rumah Yapto semakin menguatkan keterlibatan kelompok Upik Lawanga. “Foto rangkaian kami tunjukkan ke Eko (salah seorang tahanan kasus terorisme, anak buah Upik) dan dia mengangguk,?katanya.

Eko Budi Wardoyo adalah tahanan kasus terorisme yang tertangkap di Sidoarjo, Januari 2010.  Pria berumur 32 tahun itu kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur terlibat peledakan bom di Pasar Tentena, Poso, Sulawesi Tengah, 28 Mei 2005. Akibat aksi terorisme itu, 22 orang meninggal dan 93 luka-luka.

Selain peledakan di Pasar Tentena, Eko diduga terlibat penembakan terhadap Pendeta Susiyanti di Tinulele serta perampokan toko emas di Pasar Tua, Poso.

Eko adalah salah satu pelapis Taufik Bulaga alias Upik Lawanga. Ahli bom termos (rangkaian bom yang diletakkan di bawah termos, sehingga bom meledak jika termos diangkat) itu diburu sejak 2006. Upik diduga sempat datang ke Jatiasih, Bekasi, untuk bertemu Noordin M. Top pada Februari 2009.

Upik pernah beraksi pada 28 Mei 2005, dua bom meledak berurutan pukul 08.00 Wita. Sekitar 15 menit kemudian, satu bom lagi meledak 20 meter dari lokasi bom pertama di tengah pasar ketika dipenuhi penjual dan pembeli. Berdasar catatan polisi, bom di Pasar Tentena merupakan bom terbesar di antara bom yang meledak di Poso sebelumnya.

Beberapa tersangka, sebelum Eko, sudah divonis. Misalnya, Muhammad Basri alias Bagong yang tersangkut lima kasus terorisme pada 18 Juli 2004 hingga 22 Januari 2007. Dia divonis 19 tahun penjara. Selain itu, ada Ridwan alias Duan, Ardin Djantu alias Rojak, dan Tugiran alias Iran. Masing-masing divonis 14 tahun penjara.

Setelah para pimpinan kelompok teror tertangkap satu-persatu, Upik yang berada di lapangan. “Noordin tewas, Dulmatin tewas, Mustaqim di tahanan, Sonata di tahanan, operator lapangannya yang belum (ditangkap) Upik,” kata sumber Jawa Pos yang pernah kursus anti teror di Manila, Filipina itu.

Kelompok Upik ini juga jago membuat berbagai bom. Selain bom termos yang dibuat dengan casing termos ada juga bom senter. Jika tombol on pada senter ditekan, akan meledak.

Lalu, bom kardus. Jika tutup kardus dibuka, tali picu detonator terangkat dan meledak. Juga yang menjadi standar baku kelompok ini adalah bom pipa. Tekniknya dibuat dengan pipa besi yang dimampatkan dengan mesiu. Digunakan dengan cara dilempar atau disulut seperti petasan. Aneka macam bom itu digunakan untuk melawan aparat di Poso dalam durasi 2006-2007. Dalam penggerebegan Tanah Runtuh tahun 2007, puluhan bom model itu disita Satgas Poso yang waktu itu dipimpin Tito Karnavian (sekarang deputi di  BNPT).

Dua kakak beradik dalang bom JW Marriott dan Ritz Carlton yakni Muhamad Syahrir dan Syaifuddin Zuhri juga “sangu” bom pipa dalam pelariannya. Saat digerebeg di Ciputat pada  2009, Syaifuddin sempat melawan dengan melempar bom ini ke aparat.

Teror Baru

Kemarin, teror bom  ditujukan kepada Kapolda DIY Brigjen Pol Ondang Sutarsa Budhi. Teror bom itu disampaikan melalui surat yang dikirimkan ke rumah Ondang yang berlokasi di daerah Ring Road Utara sekitar pukul 17.00 WIB. Namun ketika dikonfirmasi, Ondang hanya menanggapi dengan santai.

“Yang mengirim itu ya hanya orang iseng saja kok,” jawabnya sambil tertawa kecil.

Ia mengatakan pihaknya tetap waspada. Ketika ditanya apa isi surat tersebut, Ondang juga tak mau membocorkannya. “Tulisannya jelek, jadi tidak jelas,” ujarnya. Lantas ketika ditanya siapa pengirim surat tersebut, apakah terkait dengan demonstrasi ormas tertentu yang menuntut pelarangan Ahmadiyah, ia menampik. Dia hanya menjawab, “Ah, tidak.”

Sambil berseloroh Kapolda mengatakan pengirim ancaman bom itu merupakan warga lokal, bukan seperti pelaku teror besar selama ini. Tim Gegana Polda DIY telah menyisir rumah Kapolda DIY.

Sementara itu, Polda Sumut mengimbau msyarakat Sumut yang sudah kondusif dengan memberikan tiga langkah.
“ Imbauan Poldasu dengan memberikan 3 langkah yaitu preventif, persuasif dan resefrensif agar Sumut tetap kondusif, “ ujar Kabid Humas Poldasu, Kombes Pol Heri Subiansaori, Rabu (16/3).

Dijelaskan Heri, tindakan preventif dilakukan dengan mengambil langkah memberi imbauan kepada masyarakat. Hati-hati menerima paket yang dikirim ke rumah.

Sedangkan tindakan persuasif, jika menemukan barang yang mencurigakan segera meleporkannya ke polisi. Sedangkan tindakan resfrensif, polisimejaga kekondusifan Sumut (adl/bay/rdl/kuh/mos/jpnn) (rdl/kuh/mos/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/