25 C
Medan
Sunday, July 7, 2024

155 Rumah Warga Rusak, Korban Bom Sibolga Dapat Rp1,4 Miliar

istimewa
TINJAU: Presiden Joko Widodo didampingi Wali Kota Sibolga Syarfi Hutauruk meninjau rumah warga terdampak bom terduga teroris, Minggu (17/3).

SIBOLGA, SUMUTPOS.CO – Presiden Joko Widodo mengaku sangat kaget, di Kota Sibolga ada terduga teroris. Apalagi kota yang berdiri sejak 319 tahun lalu ini dikenal sebagai kota yang tenteram, aman, tidak ada perpecahan, serta tidak ada saling menghujat antara satu dengan yang lain.

“Hubungan antar umat beragamanya sangat baik, rukun dan bersatu terus. Inilah ke depan yang harus terus kita jalin. Rasa persaudaraan kita, rasa kerukunan kita. Karena negara kita ini yang berbeda-beda, penduduknya sekarang sudah 269 juta. Tapi isinya berbeda-beda yaitu berbeda suku, agama, adat, tradisi dan berbeda bahasa daerah,” ujar Jokowi saat meninjau lokasi bom bunuh diri di Jalan Cendrawasih.

Kelurahan Pancuran Bambu, Kecamatan Sibolga Sambas, Kota Sibolga, Minggu (17/3).

Jokowi meminta, rumah warga yang rusak segera dibangun dan dikerjakan, agar bisa segera ditempati kembali. Pada kesempatan itu, presiden memberikan bantuan sebesar Rp1.451.000.000 untuk membangun sebanyak 155 rumah warga yang hancur akibat ledakan bom.

“Saya akan perintahkan juga Menteri Sosial untuk datang ke sini. Tetapi untuk memulai pembangunan rumah, saya sedikit memberikan bantuan agar bisa langsung dimulai mengerjakanya,” tegas Jokowi.

Jokowi juga meminta personel TNI di Korem 023/KS dan Kodim 0211/TT untuk membantu pengerjaannya agar lebih cepat selesai. “Bantuan tadi sudah kita hitung, saya berikan hari ini Rp1.451.000.000. Tadi saya sudah berbicara dengan Walikota Sibolga bahwa bangunan yang rusak berat akan diberikan Rp25.000.000, rusak sedang Rp5.000.000 dan rusak ringan Rp3.000.000,” tandasnya.

BNPT Salah Strategi

Mantan teroris CIMB Niaga, Khairul Ghazali menilai, peledakan bom yang terjadi di Kota Sibolga, sebenarnya bisa diantisipasi jika Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melibatkan para aktivis jihad yang ada di Sumatera Utara. Di sisi lain, aparat kepolisian juga harus ekstra waspada menyikapi potensi balas dendam kelompok Islam radikal, atas kejadian penembakan dua masjid di Selandia Baru, Jumat (15/3) kemarin.

“Menurut saya (kejadian bom di Sibolga) bukan kelemahan BNPT ataupun aparat kepolisian. Tapi lebih disebabkan kesalahan strategi. Harusnya BNPT melakukan konsolidasi dengan aktivis jihad yang ada di Sumut. Mereka ini dibawa untuk berunding dengan istri Abu Hamzah, karena (masih) satu frekuensi. Padahal sudah 10 jam ada komunikasi, tapi gagal juga akhirnya bom tetap diledakkan,” ujar Khairul Ghazali kepada wartawan di sela-sela menerima bantuan mesin petelur ayam kampung dari Tim Mabes Polri, di Pondok Pesantren Al Hidayah, Desa Kutalimbaru, Deliserdang, Sabtu (16/3).

Kata Ghazali, BNPT mempunyai volunter atau relawan yang notabene mantan teroris sebanyak 200 orang se Indonesia. Bahkan pada beberapa waktu lalu, kepala BNPT pernah mengumpulkan mereka di Masjid Istiqlal, Jakarta dalam sebuah kegiatan.

“Harusnya begitu, BNPT menggandeng mantan tipiter sebagai benteng, agar gerakan terorisme mengecil. Kalau perlu mereka digaji oleh negara untuk proses radikalisasi. Sebab kehebatan aksi teror seperti hantu. Siapa yang sangka bom gereja di Jatim, lalu berlanjut di Sidoarjo dan juga Polda Sumut. Termasuk di Sibolga baru-baru ini yang kemungkinan bukan yang terakhir,” katanya.

Didampingi AKBP Suhaymi dari Mabes Polri dan Kapolsek Kutalimbaru AKP Bilter Sitanggang, mantan perampok Bank CIMB Niaga Medan ini mengaku intens berkomunikasi dengan kepala BNPT dan Kapolri, guna membujuk agar istri Abu Hamzah tidak sampai meledakkan diri. Namun usulan pengelola Ponpes Al Hidayah itu ditolak polisi dengan berbagai macam pertimbangan. Sampai akhirnya bom bunuh diri terjadi dan menewaskan istri serta anak Abu Hamzah.

Ghazali optimis, jika dirinya yang dihadirkan ke Sibolga waktu itu maka proses pembujukan akan bisa diselesaikan. “Saya tahu bahasa apa yang digunakan untuk membujuk, dan saya paham bagaimana berkomunikasi dengan mereka. Jadi bisa lebih mudah untuk membujuk mereka dan menyerahkan diri ke polisi,” katanya.

Menurutnya kelompok teroris yang ada kini di Indonesia adalah kelompok baru yang sudah berafiliasi ke ISIS yang bermarkas di Suriah, termasuk seperti kejadian di Sibolga. Ia menerangkan menjadi teroris tidaklah mudah, butuh tahapan dan rangkaian panjang. Mulai dari proses rekrutmen, halaqah atau semacam kelompok kecil yang isinya tidak lebih dari 10 orang. Dan di halaqah itulah proses cuci otak berlangsung. Lalu bai’at, janji setia untuk mati fisabililah jihad dan amaliyah seperti melakukan perampokkan, bom bunuh diri dan lain sebagaianya.

“Jadi bukan belajar dari internet, langsung lakukan teror. Agak sedikit berbeda dengan si Ivan pelaku teror Gereja di Setia Budi Medan. Kalau si Ivan itu awalnya juga direkrut, namun proses pembai’atnya dilakukan secara online langsung ke Suriah,” ungkapnya.

Perempuan Lebih Cepat Tersentuh dan Emosional

Menyikapi jaringan teroris kini menyasar rekrutmen kaum perempuan, seperti halnya jaringan Abu Hamzah, psikolog Vera Christina Hulu SPsi MKes menilai, hal itu disebabkan kaum perempuan lebih mudah untuk dipengaruhi.

“Secara psikologis, seorang perempuan memang lebih mudah untuk dirayu dan dipengaruhi. Memang tidak mudah mempengaruhi seorang perempuan dengan satu pandangan yang ekstrim, tapi jangan lupa bahwa perempuan itu lebih cepat tersentuh dan lebih emosional. Bila sudah tersentuh secara emosional, maka akan sangat sulit bagi seorang perempuan untuk menggunakan akal sehatnya,” ungkap Vera Christina Hulu kepada Sumut Pos, Minggu (17/3).

Menurut Vera yang juga merupakan dosen di Poltekes RI Medan, seorang perempuan, bila sudah tersentuh secara emosional, maka dia akan cenderung mempertahankan hal itu. “Psikologis seorang perempuan kalau sudah tersentuh secara emosional, maka dia pasti akan mempertahankan hal itu. Entah itu sebuah paham ataupun yang lainnya. Sebagai contoh, seorang perempuan, kalau dia sudah tersentuh perasaannya oleh seorang laki-laki, maka dia cenderung akan mempertahankan laki-laki itu, sekalipun mungkin dirinya mengalami KDRT yang jelas-jelas adalah sebuah kesalahan. Ini sudah sangat umum terjadi”, ungkap Vera.

Vera menambahkan, tak hanya laki-laki, faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat emosional seorang perempuan. “Faktor lingkungan itu sangat mempengaruhi setiap orang, khususnya perempuan. Perempuan itu sifatnya sekunderitas dan lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal yang ada disekitarnya. Dia akan berada dan bertahan disatu lingkungan yang nyaman baginya dan menghargai dia sebagai seorang perempuan”, jelasnya.

Maka dari itu, kata Vera, agar setiap perempuan dalam anggota keluarga bisa terhindar dari paham-paham yang keliru, maka setiap orang wajib untuk mengawasi dan memperhatikan perempuan yang ada dikeluarga maupun di lingkungannya. (rb/ts/smg/prn/mag-1)

istimewa
TINJAU: Presiden Joko Widodo didampingi Wali Kota Sibolga Syarfi Hutauruk meninjau rumah warga terdampak bom terduga teroris, Minggu (17/3).

SIBOLGA, SUMUTPOS.CO – Presiden Joko Widodo mengaku sangat kaget, di Kota Sibolga ada terduga teroris. Apalagi kota yang berdiri sejak 319 tahun lalu ini dikenal sebagai kota yang tenteram, aman, tidak ada perpecahan, serta tidak ada saling menghujat antara satu dengan yang lain.

“Hubungan antar umat beragamanya sangat baik, rukun dan bersatu terus. Inilah ke depan yang harus terus kita jalin. Rasa persaudaraan kita, rasa kerukunan kita. Karena negara kita ini yang berbeda-beda, penduduknya sekarang sudah 269 juta. Tapi isinya berbeda-beda yaitu berbeda suku, agama, adat, tradisi dan berbeda bahasa daerah,” ujar Jokowi saat meninjau lokasi bom bunuh diri di Jalan Cendrawasih.

Kelurahan Pancuran Bambu, Kecamatan Sibolga Sambas, Kota Sibolga, Minggu (17/3).

Jokowi meminta, rumah warga yang rusak segera dibangun dan dikerjakan, agar bisa segera ditempati kembali. Pada kesempatan itu, presiden memberikan bantuan sebesar Rp1.451.000.000 untuk membangun sebanyak 155 rumah warga yang hancur akibat ledakan bom.

“Saya akan perintahkan juga Menteri Sosial untuk datang ke sini. Tetapi untuk memulai pembangunan rumah, saya sedikit memberikan bantuan agar bisa langsung dimulai mengerjakanya,” tegas Jokowi.

Jokowi juga meminta personel TNI di Korem 023/KS dan Kodim 0211/TT untuk membantu pengerjaannya agar lebih cepat selesai. “Bantuan tadi sudah kita hitung, saya berikan hari ini Rp1.451.000.000. Tadi saya sudah berbicara dengan Walikota Sibolga bahwa bangunan yang rusak berat akan diberikan Rp25.000.000, rusak sedang Rp5.000.000 dan rusak ringan Rp3.000.000,” tandasnya.

BNPT Salah Strategi

Mantan teroris CIMB Niaga, Khairul Ghazali menilai, peledakan bom yang terjadi di Kota Sibolga, sebenarnya bisa diantisipasi jika Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melibatkan para aktivis jihad yang ada di Sumatera Utara. Di sisi lain, aparat kepolisian juga harus ekstra waspada menyikapi potensi balas dendam kelompok Islam radikal, atas kejadian penembakan dua masjid di Selandia Baru, Jumat (15/3) kemarin.

“Menurut saya (kejadian bom di Sibolga) bukan kelemahan BNPT ataupun aparat kepolisian. Tapi lebih disebabkan kesalahan strategi. Harusnya BNPT melakukan konsolidasi dengan aktivis jihad yang ada di Sumut. Mereka ini dibawa untuk berunding dengan istri Abu Hamzah, karena (masih) satu frekuensi. Padahal sudah 10 jam ada komunikasi, tapi gagal juga akhirnya bom tetap diledakkan,” ujar Khairul Ghazali kepada wartawan di sela-sela menerima bantuan mesin petelur ayam kampung dari Tim Mabes Polri, di Pondok Pesantren Al Hidayah, Desa Kutalimbaru, Deliserdang, Sabtu (16/3).

Kata Ghazali, BNPT mempunyai volunter atau relawan yang notabene mantan teroris sebanyak 200 orang se Indonesia. Bahkan pada beberapa waktu lalu, kepala BNPT pernah mengumpulkan mereka di Masjid Istiqlal, Jakarta dalam sebuah kegiatan.

“Harusnya begitu, BNPT menggandeng mantan tipiter sebagai benteng, agar gerakan terorisme mengecil. Kalau perlu mereka digaji oleh negara untuk proses radikalisasi. Sebab kehebatan aksi teror seperti hantu. Siapa yang sangka bom gereja di Jatim, lalu berlanjut di Sidoarjo dan juga Polda Sumut. Termasuk di Sibolga baru-baru ini yang kemungkinan bukan yang terakhir,” katanya.

Didampingi AKBP Suhaymi dari Mabes Polri dan Kapolsek Kutalimbaru AKP Bilter Sitanggang, mantan perampok Bank CIMB Niaga Medan ini mengaku intens berkomunikasi dengan kepala BNPT dan Kapolri, guna membujuk agar istri Abu Hamzah tidak sampai meledakkan diri. Namun usulan pengelola Ponpes Al Hidayah itu ditolak polisi dengan berbagai macam pertimbangan. Sampai akhirnya bom bunuh diri terjadi dan menewaskan istri serta anak Abu Hamzah.

Ghazali optimis, jika dirinya yang dihadirkan ke Sibolga waktu itu maka proses pembujukan akan bisa diselesaikan. “Saya tahu bahasa apa yang digunakan untuk membujuk, dan saya paham bagaimana berkomunikasi dengan mereka. Jadi bisa lebih mudah untuk membujuk mereka dan menyerahkan diri ke polisi,” katanya.

Menurutnya kelompok teroris yang ada kini di Indonesia adalah kelompok baru yang sudah berafiliasi ke ISIS yang bermarkas di Suriah, termasuk seperti kejadian di Sibolga. Ia menerangkan menjadi teroris tidaklah mudah, butuh tahapan dan rangkaian panjang. Mulai dari proses rekrutmen, halaqah atau semacam kelompok kecil yang isinya tidak lebih dari 10 orang. Dan di halaqah itulah proses cuci otak berlangsung. Lalu bai’at, janji setia untuk mati fisabililah jihad dan amaliyah seperti melakukan perampokkan, bom bunuh diri dan lain sebagaianya.

“Jadi bukan belajar dari internet, langsung lakukan teror. Agak sedikit berbeda dengan si Ivan pelaku teror Gereja di Setia Budi Medan. Kalau si Ivan itu awalnya juga direkrut, namun proses pembai’atnya dilakukan secara online langsung ke Suriah,” ungkapnya.

Perempuan Lebih Cepat Tersentuh dan Emosional

Menyikapi jaringan teroris kini menyasar rekrutmen kaum perempuan, seperti halnya jaringan Abu Hamzah, psikolog Vera Christina Hulu SPsi MKes menilai, hal itu disebabkan kaum perempuan lebih mudah untuk dipengaruhi.

“Secara psikologis, seorang perempuan memang lebih mudah untuk dirayu dan dipengaruhi. Memang tidak mudah mempengaruhi seorang perempuan dengan satu pandangan yang ekstrim, tapi jangan lupa bahwa perempuan itu lebih cepat tersentuh dan lebih emosional. Bila sudah tersentuh secara emosional, maka akan sangat sulit bagi seorang perempuan untuk menggunakan akal sehatnya,” ungkap Vera Christina Hulu kepada Sumut Pos, Minggu (17/3).

Menurut Vera yang juga merupakan dosen di Poltekes RI Medan, seorang perempuan, bila sudah tersentuh secara emosional, maka dia akan cenderung mempertahankan hal itu. “Psikologis seorang perempuan kalau sudah tersentuh secara emosional, maka dia pasti akan mempertahankan hal itu. Entah itu sebuah paham ataupun yang lainnya. Sebagai contoh, seorang perempuan, kalau dia sudah tersentuh perasaannya oleh seorang laki-laki, maka dia cenderung akan mempertahankan laki-laki itu, sekalipun mungkin dirinya mengalami KDRT yang jelas-jelas adalah sebuah kesalahan. Ini sudah sangat umum terjadi”, ungkap Vera.

Vera menambahkan, tak hanya laki-laki, faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat emosional seorang perempuan. “Faktor lingkungan itu sangat mempengaruhi setiap orang, khususnya perempuan. Perempuan itu sifatnya sekunderitas dan lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal yang ada disekitarnya. Dia akan berada dan bertahan disatu lingkungan yang nyaman baginya dan menghargai dia sebagai seorang perempuan”, jelasnya.

Maka dari itu, kata Vera, agar setiap perempuan dalam anggota keluarga bisa terhindar dari paham-paham yang keliru, maka setiap orang wajib untuk mengawasi dan memperhatikan perempuan yang ada dikeluarga maupun di lingkungannya. (rb/ts/smg/prn/mag-1)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/