Kesepakatan 10 Anggota KTT di Bali
NUSA DUA-Koneksivitas sepuluh negara anggota ASEAN menjadi salah satu fokus pembicaraan dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Bali yang dibuka kemarin (17/11).
Di antara kesepakatan yang dihasilkan adalah fasilitas bebas visa serta bebas biaya roaming dalam komunikasi selular berbasis suara dan satelit.
Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring menuturkan, Penghapusan biaya roaming internasional di kawasan ASEAN diharapkan memacu pertumbuhan ekonomi di kawasan, sekaligus menarik minat investor asing untuk menanam modal di kawasan ASEAN.
Secara prinsip sudah kami setujui, sekarang akan dibahas teknisnya, terutama yang berkaitan dengan bisnis antaroperator selular,” kata Tifatul ketika ditemui di arena KTT ASEAN, Bali Nusa Convention Center kemarin (17/11).
Dengan fasilitas bebas biaya roaming ASEAN, warga negara Indonesia tidak perlu membayar tarif roaming internasional bila menelepon nomor selular Indonesia maupun nomor telepon selular dari negara ASEAN lain.
Selain program bebas biaya roaming, sepuluh negara anggota ASEAN juga sepakat untuk membebaskan visa kunjungan antarwarga negara ASEAN. Program tersebut genap dilakukan di sepuluh negara di kawasan Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar sepakat untuk membebaskan visa masuk negaranya bagi warga negara ASEAN lain pada awal 2012.
“Laos dan Myanmar menyambut baik, sehingga tahun depan diharapkan sepuluh negara ASEAN sudah bebas visa seluruhnya. Dengan demikian, terjadi mobilitas tinggi antarpenduduk di kawasan ASEAN sehingga memacu pertumbuhan dan perekonomian,” terang Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di arena KTT ASEAN kemarin.
Ke depan, tutur Marty, fasilitas bebas visa antarnegara anggota ASEAN akan dikembangkan menjadi fasilitas visa saat kedatangan (visa on arrival) bagi warga negara lain yang berkunjung ke kawasan ASEAN. “Saat ini sebagian negara sudah menerapkan visa on arrival, ke depan kita harapkan seluruh negara ASEAN menerapkan visa on arrival, sehingga keterhubungan ASEAN akan semakin terwujud,” katanya.
Dalam pidato pembukaan KTT ASEAN, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan keterhubungan antarnegara dan antarkawasan (ASEAN connectivity) adalah salah satu dari tiga tujuan penyelenggaraan KTT ASEAN ke-19 di Bali.
“Kita harus memastikan realisasi dari Master Plan on ASEAN Connectivity untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi domestik serta membangun peluang untuk investasi, perdagangan dan penciptaan lapangan pekerjaan. Kita harus memberi kesempatan yang adil bagi warga negara kita untuk mendapatkan keuntungan dari semakin terintegrasinya perekonomian kawasan,” kata presiden.
Pembukaan KTT ASEAN dihadiri sembilan pemimpin kepala negara ASEAN, minus Presiden Filipina Benigno Aquino III yang diwakili Sekretaris Presiden Filipina Ramond Carandang.” Sementara, Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra yang sempat dikabarkan tidak hadir karena sedang mengatasi bencana banjir di negaranya, tiba di Bali Kamis pukul 02.00 WITA.
Pemimpin negara ASEAN lain yang hadir dalam pembukaan KTT ASEAN adalah Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung, Perdana Menteri Laos Thingsing Thammavong, Perdana Menteri Malaysia Najib Tun Razak, Presiden Myanmar Thein Sein, dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Long.
Keterhubungan ASEAN juga menjadi isu yang dikeluhkan negara-negara yang melakukan kerjasama perdagangan dengan ASEAN. Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Kimihiro Ishikane mencontohkan, saat ini sulit bagi industri otomotif asal Jepang yang berbasis di Thailand untuk mengekspor produk ke Tiongkok dan India melalui jalur darat. Hal ini disebabkan masih belum ada kesepakatan antara Thailand dengan Myanmar dan Laos dalam transportasi antarnegara.
“Saat ini, truk dari Thailand terpaksa berhenti di perbatasan, barang diturunkan, lantas dinaikkan lagi ke truk yang ada di Laos atau Myanmar. Belum lagi prosedur bea cukai yang membutuhkan waktu. Karena itu, kami mendorong konektifitas ASEAN,” terangnya.(noe/fal/iro/jpnn)