26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kalau Penting, Efffendi Bisa Dibulang-bulangi

Budayawan Batak, Thomson HS, punya pikiran berbeda terhadap kritikan Effendi Simbolon pada tokoh adat Batak yang mangulosi Dahlan Iskan. Menurutnya, pernyataan itu bisa saja merupakan buah dari rasa iri.

“Harusnya Effendi Simbolon sadar sebagai orang Batak dengan menghormati keputusan tokoh adat Batak itu. Jangan dibawa sentimen pribadi terhadap keputusan raja-raja adat. Jika Effendi Simbolon iri atas pemberian itu, bila penting dia (Effendi Simbolon) pun kita bulang-bulangi,” papar Thomson.

Soal pantas atau tidak pantasnya Dahlan dibulang-bulangi, menurut Thompson, Effendi tak pantas menilai.”Karena pemberian bulang-bulang itu jelas secara adat diberikan kepada orang yang dihormati karena perbuatannya yang baik. Begitulah Pak Dahlan Iskan dihormati oleh tokoh masyarakat di Tapanuli Utara karena telah peduli terhadap pembangunan Bandara Silangit,” ujar Thomson.

Thomson pun mengaku prihatin dan menyesalkan pernyataan tersebut. “Semoga dia sadar apa yang telah diucapkannya,”ujar Thomson.

Tanggapan lain muncul dari tokoh Simalungun di Tebingtinggi Agusman Purba. “Effendi Simbolon harus banyak belajar tentang budaya batak. Setiap tamu atau pejabat negara yang datang ke Tanah Batak boleh mendapatkan ulos bulang bulang dan tongkat Tunggal Panaluan,” tegasnya.

Bukan itu saja, orang luar negeri yang datang ke Tanah Batak bisa diberikan ulos bulang bulang. Bahkan, untuk pemberian marga juga bisa diberikan atas persetujuan pemangku adat batak setempat. “Banyak pejabat di Indonesia yang diberikan gelar marga, bahkan mantan Presiden Megawati Soekarno Putri pernah mendapat gelar marga dari Karo saat berkunjung ke Kabupaten Karo. Berarti Effendi Simbolon harus banyak belajarlah,”ungkap Agusman.

Agusman Purba mengibaratkan Effendi Simbolon seperti bermain dengan batu kerikil kecil, tetapi batu kerikil kecil itu bisa mencederai dan melukainya. “Perkataan sekecil ini bisa menghancurkan dan menghilangkan rasa percaya masyarakat Sumut khusus suku Batak. Seperti pribahasa, mulut kamu adalah harimaumu maka hati-hatilah dengan bicara karena itu bisa menyakitkan orang lain,” lugasnya.

Menurut Agusman Purba, harus bersyukur katrena ada orang non Batak yang peduli dengan Batak. “Apakah Effendi Simbolon sudah ada berbuat untuk orang Batak?” pungkasnya. (sam/rud/mag-3/hsl/pra)

Budayawan Batak, Thomson HS, punya pikiran berbeda terhadap kritikan Effendi Simbolon pada tokoh adat Batak yang mangulosi Dahlan Iskan. Menurutnya, pernyataan itu bisa saja merupakan buah dari rasa iri.

“Harusnya Effendi Simbolon sadar sebagai orang Batak dengan menghormati keputusan tokoh adat Batak itu. Jangan dibawa sentimen pribadi terhadap keputusan raja-raja adat. Jika Effendi Simbolon iri atas pemberian itu, bila penting dia (Effendi Simbolon) pun kita bulang-bulangi,” papar Thomson.

Soal pantas atau tidak pantasnya Dahlan dibulang-bulangi, menurut Thompson, Effendi tak pantas menilai.”Karena pemberian bulang-bulang itu jelas secara adat diberikan kepada orang yang dihormati karena perbuatannya yang baik. Begitulah Pak Dahlan Iskan dihormati oleh tokoh masyarakat di Tapanuli Utara karena telah peduli terhadap pembangunan Bandara Silangit,” ujar Thomson.

Thomson pun mengaku prihatin dan menyesalkan pernyataan tersebut. “Semoga dia sadar apa yang telah diucapkannya,”ujar Thomson.

Tanggapan lain muncul dari tokoh Simalungun di Tebingtinggi Agusman Purba. “Effendi Simbolon harus banyak belajar tentang budaya batak. Setiap tamu atau pejabat negara yang datang ke Tanah Batak boleh mendapatkan ulos bulang bulang dan tongkat Tunggal Panaluan,” tegasnya.

Bukan itu saja, orang luar negeri yang datang ke Tanah Batak bisa diberikan ulos bulang bulang. Bahkan, untuk pemberian marga juga bisa diberikan atas persetujuan pemangku adat batak setempat. “Banyak pejabat di Indonesia yang diberikan gelar marga, bahkan mantan Presiden Megawati Soekarno Putri pernah mendapat gelar marga dari Karo saat berkunjung ke Kabupaten Karo. Berarti Effendi Simbolon harus banyak belajarlah,”ungkap Agusman.

Agusman Purba mengibaratkan Effendi Simbolon seperti bermain dengan batu kerikil kecil, tetapi batu kerikil kecil itu bisa mencederai dan melukainya. “Perkataan sekecil ini bisa menghancurkan dan menghilangkan rasa percaya masyarakat Sumut khusus suku Batak. Seperti pribahasa, mulut kamu adalah harimaumu maka hati-hatilah dengan bicara karena itu bisa menyakitkan orang lain,” lugasnya.

Menurut Agusman Purba, harus bersyukur katrena ada orang non Batak yang peduli dengan Batak. “Apakah Effendi Simbolon sudah ada berbuat untuk orang Batak?” pungkasnya. (sam/rud/mag-3/hsl/pra)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/